Galau.Â
Ketika saya membuka pintu pagar. Tetangga saya datang. Beliau baru saja balik dari kampung. Kami pun mengobrollah.ngalor ngidul. dan sampai ke topik pilih siapa.
Ini topik memang hangat banget dalam masa ini.
"Nanda kau pilih siapa?, Praroro atau Jangar?". Haha..
Kemudian tetangga saya menyodorkan beberapa kartu bergambar caleg  sebuah partai bergambar Garuda. Ada juga tertulis kenagarian daerah pemilihan dan kabupatennya.
" Ini dikasih anak saya" begitu jelasnya kepada saya.
"Anak saya bilang ke saya, pilih orang ini aja Bu". " Tadi uangnya sudah masuk sebentar ini ke rekening saya"
"What?. Astaga naga!" Saya mendegup air liur. Tercekat plus pura-pura mau pengsan!
Saya mencoba menguasai diri. Benar-benar dunia sudah terbalik. Seingat saya kita tidak boleh memberitahukan siapa orang yang akan kita pilih. Karena itu sebenarnya sifatnya sangat-sangat rahasia. Beda kalau caleg tersebut sendiri yang berorasi di depan publik dan mengajak agar orang memilih dirinya tidak apa-apa ya kan?. Â Tapi kalau sesorang mendatangi seseorang lainnya secara individu atau pribadi kemudian menyampaikan suaranya dan beragumen serta memberikan barang atau uang ini jauh tindakan yang lebih berat larinya ke sebuah intervensi, tekanan atau provokasi!
" Jadi Tante akan pilih orang ini besok?" tanya saya.
" Tentulah iya" Tante tersebut menjawab terus berlalu dan balik ke rumahnya.
Selepas maghrib kakak saya yang sulung cerita di grup whatshapp. Kalau ada orang lingkungan tetangganya yang datang. Membawa termos yang dibagi-bagikan selingkungan sekitar.Â
Kakak susah payah menolak, dengan menjelaskan pemahaman pemahaman yang disederhanakan sesederhana mungkin. Takut akan tersinggung si empunya atau yang sipembagi-bagi termos. Namun meski kakak bisa menolak dengan baik. Tapi yakinlah nama akak akan dicatut dan didiskreditkan di sekitar komunitas lingkungan tetangga mereka di setiap kesempatan perkumpulan grup ngaji ataupun kumpulan wirid yassin mereka .