Kesimpulan Materi
Berapa hal terkait budaya positif di dalam modul 1.4 tentang  peran dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti di bawah ini :
Disiplin positif
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001 menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, 'disciplina', yang artinya 'belajar'.Â
Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Disiplin berarti tindakan positif yang bertujuan untuk mengontrol diri agar mencapai  tujuan yang ingin dicapai.Â
Bapak KHD juga berpandangan bahwa disiplin adalah kemauan dengan kontrol diri dengan aturan yang kuat untuk mencapai tujuan yang mulia.Â
Jika belum bisa melakukan kontrol diri maka diperlukan orang lain untuk memberikan kontrol positif pada seseorang dengan melihat nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini bersama dan terlepas dari unsur sara.
Motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan)
Pada buku Restructuring School Discipline, Diane Gossen membedakan bahwa ada tiga bentuk prilaku motivasi:
1. Menghindari hukuman/ketidaknyamanan
2. Mendapatkan pernghargaan dari orang lain
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Pada dasarnya manusia melakukan sesuatu karena tujuan tertentu. Jika motivasi melakukan sesuatu masih bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan atau ingin mendaptkan penghargaan maka dapat dikatakan itu adalah sebuah identitas gagal yang mana manusia tersebut berbuat/berprilaku melalui motivasi yang bersifat negatif.
Posisi kontrol restitusi
Kontrol diri adalah bentuk disiplin positif dimana seseorang melakukan sesuatu dengan bermakna menggali potensi dalam diri untuk mencapai tujuan dengan apa yang dia hargai.Â
Sedangkan restitusi adalah sebuah cara menciptakan disiplin positif pada murid dengan mengkondisikan anak agar memperbaiki kesalahan yang mereka perbuat sebagai proses belajar sehingga mereka dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.Â
Kontrol restitusi adalah penguatan nilai-nilai kebajikan dalam diri sebagai motivasi intrinsik bagi seseorang untuk mencapai tujuannya.Â
Posisi kontrol ini bermakna identitas sukses sehingga ini merupakan langkah penyelesaian yang baik dibanding hukuman dan konsekuensi
Sebagai pengontrol bahwasanya ada beberapa posisi kotrol di dalam tindakan restitusi yaitu:
1. Penghukum
2. Sebagai pembuat rasa bersalah
3. Teman
4. Pemantau
5. Manajer
Restitusi kontrol baik diterapkan dalam menumbuhkan lingkungan yang positif di sekolah.Â
Lingkungan yang positif sangat diperlukan untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah, namun tentu tidak bisa lepas dari kontribusi civitas sekolah, orangtua-keluarga serta lingkungan masyarakat sekitar
Keyakinan  sekolah/kelas
Keyakinan sekolah adalah bentuk merumuskan nilai-nilai kebajikan universal  yang dilakukan secara bersama-sama menandatangani apa yang diyakini.Â
Kegiatan keyakinan sekolah dirumuskan bersama kepala sekolah dan guru. Untuk kesepakatan kelas dilakukan bersama dengan guru dan murid. Kesepakatan dibuat dengan menghindarkan unsur SARA.Â
Kesepakatan dibuat dengan tujuan untuk membuat anak disiplin dan bertanggungjawab dengan kesepakatan yang diyakini .
Segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, Â serta Visi Guru Penggerak.
Segitiga restitusi adalah tindakan penyelesaian terhadap pelanggaran  kesepakatan kelas ataupun keyakinan sekolah.Â
Di sini anak yang berbuat salah dikondisikan melalui pilihan-pilihan yang diberikan agar mereka mencari cara untuk memperbaiki kesalahan mereka dengan menggali potensi dalam diri yang mana bisa menjadi kekuatan pada mereka sebagai nilai nilai atau sikap positif yang mereka miliki.Â
Segitiga restitusi sejalan dengan pemikiran Bapak KHD bahwasanya disiplin adalah bentuk kontrol diri yang dilakukan agar mencapai tujuan mulia yang diinginkan. Jika belum bisa melakukan disiplin positifpada diri maka diperlukan orang lain dengan kekuatan yang bisa mengontrol yang mana jika menimbulkan disiplin positif  dengan langkah restitusi.
 Pendidikan yang dilakukan dengan keberpihakan kepada murid serta perilaku guru yang "menuntun dan menghamba" menjadi penguatan pada segitiga restitusi sebagai pembentuk disiplin positif pada murid dan menjadikan lingkungan yang positif sehingga menjadi budaya positif di sekolah.Â
Sebagai pendidik yang memiliki nilai --nilai kebajikan dalam diri, sikap yang positif dengan mau mengembangkan diri dan orang lain terjawab dengan pendekatan langkah-langkah restitusi. Peran guru penggerak sebagai  pemimpin pembelajaran dimana bisa menciptakan budaya positif di sekolah melalui :
 Aksi nyata melakukan pembelajaran yang berpihak kepada murid melalui tindakan kesepakatan kelas, keyakinan sekolah dan langkah penyelesaian masalah melalui segitiga restitusi.
Studi Kasus Segitiga Restitusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H