“ah ndaklah, makan mie sendiri saja, makan mie tidak baik, tidak mau mati besoklah”
Weleh-weleh, darimana sih pemikiran itu?,, saya geleng-geleng sendiri. Parno banget si teteh atuh! Memang si teteh pernah dirawat di rumkit karena asam lambung akut yang dideritanya sampai berbulan-bulan lamanya. Namun harus begitu juga kah komentarnya ketika diminta/diajak untuk makan mie?
Sekarang Gandum naik, akibat perang Rusia – Ukraina membuat harga gandum naik, tepung terigu naik, mie instan naik, ahha,, kita punya sumber nabati umbi-umbian pengganti yang lain seperti singkong, ketela rambat, talas, keladi, kentang dan porang.
Namun sepertinya sumber makanan tersebut sangat terbatas di beberapa wilayah ataupun tempat untuk mengembangbiakkan. Tambahan lagi untuk pengolahan di Indonesia juga belum memiliki mesin yang handal dan sudah legal.
Harga pasarannya juga rata-rata masih mahal untuk keluarga menengah ke bawah di atas 5-10ribu rupiah/kilogram.
Untuk beberapa hamba Tuhan yang memiliki pandangan parno tentang mie instan di atas terhadap wacana pemerintah harga Mie Instan naik mungkin happy-happy wae ya kan, karena sudah membiasakan tidak tergoda akan kelezatan mie gandum tersebut!
Dilansir dari www.cnbcindonesia.com Rusia adalah negara pengekspor pertama gandum, kedua minyak mentah dan ketujuh untuk LNG /(Gas Alam Cair) sementara Ukraina negara pengekspor kelima terbesar di dunia untuk urusan gandum.
Dampak peperangan Rusia-Ukraina ini sudah terasa ke Indonesia sehingga terjadi tekanan inflasi dan pemerintah bersiap untuk menaikkan harga barang yang notabene berasal dari gandum. Akibatnya masyarakat bawah makin menjerit, anak kos kian terjepit.
Terima kasih sudah membaca, salam takzim saya
Rose Marz
Batas Kota Padang, 17 Agustus 2022, 20 muharram1444H, 19:18pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H