Makan Mie Instan, yang lezatnya Na’uzubillah Bisa Buat Kita Mati Besok!
Mie Instan di mata hamba Tuhan
Makanan murah versi anak kos
Anak kos terkenal dengan biaya hidup yang penuh keterbatasan. Anak kos yang biaya hidupnya bergantung pada penghasilan bulanan, atau bertahan hidup bulan ke bulan, melihat nasib atau rezeki yang setiap bulan kadang tidak sama pendapatan.
Sudah lazim di kita khususnya masyarakat Indonesia, bahwasannya anak kos hidupnya pas-pasan dan harus ngirit kemana-mana, jika keuangan sudah mulai menipis maka, tanggal 15 ke bawah hanya bisa stok makanan paling murah, hanya makan makanan yang sekali makan kenyang dan lezat menggugah selera ketika makan, masak yang praktis, makanan jenis apa itu? jawabannya ya pasti “Mie Instan”
Lalu terkait dengan rencana pemerintah yang akan menaikkan harga Mie Instan, bagaimana kesudahannya stok makanan ala anak kos zaman sekarang? Masih ada bungkusan mie di balik pintu? Apakah deretan mie instan lezat berbagai merek dengan varian rasa dari Indonesia ke Korea tinggalah sebagai pajangan saja di supermarket.
Kalangan keluarga menengah ke bawah dan anak kos cukup mendegup ludah saja kalau lewat di stall tersebut. Karena tidak mampu membeli, kebutuhan lain yang akan dibeli lebih penting daripada menikmati kelezatan mie yang akan naik pula harganya. Bye-bye sementara dulu ya mie sayang!
“Sudahlah gas elpiji naik,minyak naik, Bbm naik,terigu naik, cabe naik, malah pendapatan ga naik-naik, apalah daya lagi. Makan apa kami lagi pak?”
Makanan paling mahal versi ponakan
Ponakan saya paling suka mie instan. Kalau Ibu mereka menawarkan makan mie instan untuk makan malam telur dadar atau mata sapi (sesuai selera-kalau Abi pakai daging bakso), maka ponakan saya, Emil dan Arla langsung semangat mengerjakan tugas-tugas rumah mereka, mulai dari membaca buku, mengerjakan latihan atau menyelesaikan Pr, mandi dan berpakaian, setelah itu mereka duduk manis menanti mie lezat olahan tangan terampil sang bunda. Ini sungguh prilaku yang sangat kontras yang mereka tunjukkan.
Kalau Ibunda masak ikan cucut (Ikan besar) atau goreng Ayam ketok, mereka malah biasa-biasa saja. Tak jarang mereka malah tidak mau makan karena tidak tergoda dengan menu masakan Ibunda.
Giliran Ibu masak Mie Instan, maka mereka berlompatan gembira dan berlomba mengerjakan kegiatan mereka yang belum selesai, dengan maksud ketika mienya dihidangkan mereka bisa menikmati puas tanpa memikirkan sesuatu yang lain di otak mereka.
Namun mengingat kesehatan, maka Ibu memasak mienya dengan durasi 2 minggu atau lebih, tak jarang sekali sebulan saja, maka itulah akhirnya para ponakan berpendapat ini jenis makanan mahal, buktinya Ibu masak begitu jarang, mereka hanya bisa makan makanan tersebut tidak boleh sering-sering, atau hanya boleh sekali dalam sebulan.
Sudah begitu sang Ibu terus menyelipkan kata-kata, “ini makanan tidak baik untuk kesehatan, karena ada bumbu penyedapnya, ada monosodium glutamatnya, kalau sering makan mie bisa kecanduan, sakit bla,,bla”
Makanan pemicu kanker versi Bapak Mahyuddin
Nama teman saya Bapak Mahyuddin, beliau seorang guru bahasa Indonesia. Pernah suatu kesempatan dalam pidato beliau ketika menjadi pembina upacara bendera di sekolah pada senin pagi, menyampaikan bahwasanya, makanan yang bersifat mie-miean tidak bagus untuk dikosumsi oleh anak sekolah. Pelajar membutuhkan makanan yang sehat dan tinggi kalori serta protein.
Makan mie tidak memenuhi kadar kesehatan karena mengandung bahan penyedap dan pengawet. Seterusnya bapak tersebut menyampaikan bahwa mie sangat sulit dicerna oleh usus.
Terlalu sering mengkosumsi mie, maka sistem perncernaan dan metabolisme kita terganggu. Bisa menderita usus buntu dan kanker kronis. Bagaimana saran dari dokter, benarkah demikian?
Si Dito adik teman saya yang duduk di kelas 12 SMA malah bilang dia tidak suka mie, dia tidak mau makan mie. Alasannya? Dia tidak bisa tahan nafsu jika makan mie, sekali makan mie, maka pikirannya mau makan mie terus. Jadi lebih baik tidak makan sama sekali. Yakin tuch? Alamak..
Makanan pembuat mandul versi Aunty
Ada seorang sepupu yang baru menikah, makan di meja makan bersama tante-tantenya. Saya nguping di balik pintu. Si tante memberi wejangan untuk si pengantin tersebut “nah kamu kalau pengen cepat punya anak, moh jangan makan mie. Kalau makan mie bisa mandul..” astaghfirulahh,,
Ada hubungannya makan mie dengan kemandulan? Kan mie itu terbuat dari gandum, tepung terigu, diberi bumbu dan dimakan sesuai dengan intruksi, takaran dan tanggal konsumsi terbaik. Si tante terus bicara “tuch lihat sianu,, sampai saat ini tidak punya anak, karena dia tuch memang sangat suka makan mie nampak,mie itu tidak bagus, mie itu ada ininya,,,”
Makanan yang bisa buat Mati besok versi kaka-kaka tercinta
Pernah saya kemalaman dan menumpang tidur di rumah saudara, karena hujan tentu tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang ke rumah orangtua. Kebetulan kakak tempat saya bermalam tersebut sudah ditinggal suaminya.
Beliau hanya tinggal bersama anak lelaki semata wayangnya yang masih duduk di bangku SD kelas 6. Terdorong ingin membuat suasana yang menyenangkan akhirnya saya nyeletuk “masak mie yok kak, mie rebus pedas-pedas pasti asyik, mana diluar hujan, dingin nih kan seru tuch”
Spontan si kakak menjawab “ga lah, kaka takut makan mie, takut kakak mati besok!”
Oolah, mata saya membulat, “oo begitu ya kak”
“iya, kan bang Boy dulu suka banget tuch, sebentar-sebentar makan mie, kemarin makan mie, sekarang mie, besok mie lagi..”
Dan bercerita lagi si kakak akan penyebab suaminya yang telah meninggal didiagnosa penyakit paru-paru oleh sang dokter, dirawat, pulih, kambuh dan tidak tertolong. Selama hidup memang si abang sangat sering makan mie, merokok, dan sering telat jadwal makan.
Akhirnya saya menelan saja keinginan untuk makan mienya, ya apa boleh buat. Demi menenggang rasa dan toleransi, percuma saja saya jelaskan “it is over thinking, sebuah penghakiman untuk satu makanan”.
Ketika saya sudah sampai kembali ke rumah. Saya meneruskan keinginan untuk makan mie. Saya mengambil mie yang sudah saya siapkan dan preparing untuk merebus.
Ketika saya dapati kakak saya yang di rumah, saya langsung menawarkan, “teteh, yuk masak mie, ini satu untuk teteh, mau masak kompakan atau sendiri-sendiri?”
“ah ndaklah, makan mie sendiri saja, makan mie tidak baik, tidak mau mati besoklah”
Weleh-weleh, darimana sih pemikiran itu?,, saya geleng-geleng sendiri. Parno banget si teteh atuh! Memang si teteh pernah dirawat di rumkit karena asam lambung akut yang dideritanya sampai berbulan-bulan lamanya. Namun harus begitu juga kah komentarnya ketika diminta/diajak untuk makan mie?
Sekarang Gandum naik, akibat perang Rusia – Ukraina membuat harga gandum naik, tepung terigu naik, mie instan naik, ahha,, kita punya sumber nabati umbi-umbian pengganti yang lain seperti singkong, ketela rambat, talas, keladi, kentang dan porang.
Namun sepertinya sumber makanan tersebut sangat terbatas di beberapa wilayah ataupun tempat untuk mengembangbiakkan. Tambahan lagi untuk pengolahan di Indonesia juga belum memiliki mesin yang handal dan sudah legal.
Harga pasarannya juga rata-rata masih mahal untuk keluarga menengah ke bawah di atas 5-10ribu rupiah/kilogram.
Untuk beberapa hamba Tuhan yang memiliki pandangan parno tentang mie instan di atas terhadap wacana pemerintah harga Mie Instan naik mungkin happy-happy wae ya kan, karena sudah membiasakan tidak tergoda akan kelezatan mie gandum tersebut!
Dilansir dari www.cnbcindonesia.com Rusia adalah negara pengekspor pertama gandum, kedua minyak mentah dan ketujuh untuk LNG /(Gas Alam Cair) sementara Ukraina negara pengekspor kelima terbesar di dunia untuk urusan gandum.
Dampak peperangan Rusia-Ukraina ini sudah terasa ke Indonesia sehingga terjadi tekanan inflasi dan pemerintah bersiap untuk menaikkan harga barang yang notabene berasal dari gandum. Akibatnya masyarakat bawah makin menjerit, anak kos kian terjepit.
Terima kasih sudah membaca, salam takzim saya
Rose Marz
Batas Kota Padang, 17 Agustus 2022, 20 muharram1444H, 19:18pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H