Mohon tunggu...
Rose Marz
Rose Marz Mohon Tunggu... Tutor - Unlimited Love Edition :) Kesederhanaan dalam Kebersamaan Itu Penting Bacalah, Menulislah, Bacalah, Tuliskan, maka itu akan mengantarkan ke depan pintu-pintu gerbang kebahagiaan hidup sepanjang hayat

Alumni SMAN 7 Padang Alumni FBBS UNP Guru Motivator Literasi 2021 Guru Penggerak 2023 Pld (Penggerak Literasi Daerah) 2024 Kota Padang Keep Writing On ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Chairil Anwar antara Puisinya yang Telanjang, Harapan dan Keinginan

3 Agustus 2022   12:54 Diperbarui: 3 Agustus 2022   14:04 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CHAIRIL ANWAR PEJUANG, PELOPOR '45 KESUSASTRAAN INDONESIA

Puisi bapak Chairil Anwar

Ada yang tidak mengetahui siapa Chairil Anwar? Seorang puisiwan yang melegenda dengan karya-karya puisi yang telanjang dan begitu terbuka dalam mengekpresikan gelojak dalam hatinya.

Jika ditelusuri dari tahun ke tahun seorang Charil Anwar telah mulai dilupakan. Terlebih-lebih generasi millenial zaman sekarang, mungkin hanya segilintir anak sekolahan yang masih paham dengan siapa dan bagaimana perjuangan seorang Chairil Anwar dalam melahirkan perubahan baru dalam kesusastraan Indonesia. 

Chairil Anwar telah mengubah tradisi dalam membuat penulisan puisi yang biasanya kaku karena terikat oleh bentuk dan sajak, namun puisi-puisi karya Bapak Chairil Anwar bebas eksplorasi diksi dan menekankan isi.

Bisa dicek, siswa-siswi di bangku SD-SMA, jika ditanya "tahu dengan Bapak Chairil Anwar, pernah dengar atau pernah baca karya beliau? rata-rata mereka akan menggelengkan kepala karena tidak tahu, tidak kenal, dan tidak pernah membaca karya-karya beliau. Apalagi siswa-siswi lulusan dua tahun terakhir atau era Pandemi Covid 19, saya yakin sekali mereka semakin asing dengan nama itu "Chairil Anwar". Satu-satu dari generasi sekarang mungkin mengetahui tapi tentu hanya sebatas membaca puisi karya Chairil Anwar, itupun karena permintaan guru bahasa Indonesia karena ada materi penghayatan puisi dalam pelajaran tersebut. Anak-anak muda zaman sekarang tidak lagi merasa betapa indahnya larik-larik puisi dan diksi yang digunakan dalam puisi bapak Chairil Anwar, begitu membius dan emosional.

Terlahir sebagai orang Medan, 26 Juli 1922, darah dan jiwa bapak Chairil meledak-ledak dan ekpresionis yang terlihat dari setiap sajak-sajak puisinya.

Aku 

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Dalam puisi AKU bapak Chairil Anwar tidak segan memilih dan meanalogikan aku=binatang jalang demi menyampaikan gejolak emosi dalam dirinya.

Harapan dan keinginan Bapak Chairil Anwar

Seratus tahun telah berlalu. Bapak Chairil Anwar di usia 27 tahun telah pergi untuk selama-lamanya dengan diaognasa kanker paru-paru atau TBC yang merenggut jiwanya tepat pada pukul 15.15 WIB tanggal 28 April 1949 dengan status duda meninggalkan seorang anak yang bernama Evawani Chairil Anwar. Dengan usia yang masih muda, bapak Chairil Anwar telah menorehkan tinta emas dalam perkembangan dunia sastra di Indonesia. Apa jadinya jika seorang Chairil Anwar  masih punya waktu lebih lama tentu tidak bisa dikira karya-karya hebat beliau lainnya yang terus meluncur dan booming dimana-mana. Apakah tahu perjalanan di dunia ini begitu singkat atau telah mendapat ilham kalau akan berusia pendek, Bapak Chairil Anwar telah menitipkan harapan dan keinginan beliau yang tertuang dalam puisi AKU

...

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

"aku mau hidup seribu tahun lagi"

Semua orang terbius dengan kata-kata ini. semua orang yang membaca mengaminkannya. Harapan dan keinginan Bapak Chairil Anwar untuk hidup dan terus berjuang telah disematkan dalam puisi ini.

Puisi Kerawang Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Kerawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka " dan angkat
senjata lagi
tapi siapakah yang tidak lagi mendengar
deru kami
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di
Malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

.....................

Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kerawang-Bekasi
Yang terampas dan terputus

Puisi  Kerawang Bekasi oleh bapak Chairil Anwar lahir karena bentuk empati yang sangat dalam terhadap apa yang dialami para pahlawan yang gugur di medan perang dalam merebut kemerdekaan. Hati pembaca menjadi pilu dan teraduk-aduk jika membaca puisi Kerawang Bekasi. Sesak dan berat.

Maka harapan dan keinginan bapak Chairil Anwar dalam puisi ini untuk di kenang tersampaikan sudah. Sejatinya sebagai generasi penerus bangsa maka sudah seharusnya kita mengenang jasa-jasa pahlawan dan pelopor kemerdekaan dengan melanjutkan perjuangan untuk mewujudkan "kemerdekaan abadi" dan "kesejahteraan sosial" sebagai sasaran kerja dari negara Pancasila, menjadi bangsa yang bermoral dan lebih bermartabat lagi.

Tiga sikap yang diwariskan dari seorang bapak Chairil Anwar yang wajib dilestarikan oleh generasi penerus kemerdekaan selain sajak-sajak ekpresif beliau adalah :
1. Jiwa ekpresionis (bahwasanya kita perlu mengekpresikan diri dengan cara yang baik dan benar berlandaskan ilmu pengetahuan)
2. Never give up (semangat pantang menyerah, berjuang sampai menang, be the winner)
3. Sikap totalitas (full tidak setengah-setengah untuk berkarya, mencurahkan rasa dan karsa dalam menggeluti dunia sastra)

Selamat memperingati 100 tahun Bapak Chairil Anwar, thankful untuk semua perjuangan dan larik-larik yang mempesona, God Bless you

Terima kasih sudah membaca
Salam takzim saya

Rose Marz
Di malam dingin jangkrik berdendang, 2 Agustus 2022, 23:12pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun