Mohon tunggu...
Rosni Dwi
Rosni Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan pendidikan matematika

Jangan merasa diri tak mampu, karena ada Allah yang selalu membantu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengulik Permasalahan Sistem Pendidikan di Indonesia

17 Juli 2022   13:24 Diperbarui: 17 Juli 2022   13:38 1802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan adalah hak setiap manusia. (Sumber: Jess Yuwono via Unspalsh)

Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia yang terlahir tidak tahu apa-apa bisa menjadi Ilmuwan dengan menemukan pengetahuan terbaru, menjadi Presiden yang memimpin sebuah negara, bahkan bisa menjadi Astronaut yang menjelajahi luar angkasa. 

Oleh karena itu, dari zaman sebelum Indonesia merdeka, pendidikan diyakini sebagai sarana yang menjembatani setiap manusia untuk meraih impiannya.

Di Indonesia sendiri, pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang kemudian diatur dalam Pasal 31 UUD 1945 (1) dan (2). Dikutip dari www.dpr.go.id, Sabtu (16/7/2022), Pasal 31 (1) berbunyi, "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.", dan Pasal 31 (2) berbunyi, "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.". Pendidikan dasar yang dimaksud dalam Pasal 31 (2) harus pemerintah usahakan dan selengggarakan sebagai satu sistem nasional. Kemudian dibentuklah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berfokus pada tanggung jawab negara terhadap pendidikan setiap warganya.

Sistem Pendidikan Indonesia sudah berjalan lama seiring dengan usia kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Namun, hingga saat ini sistem pendidikan Indonesia belum bisa dikatakan ideal. Masih banyak yang harus dibenahi. Mulai dari kerangka konsepnya hingga praktiknya.

Permasalahan pertama, belum meratanya akses pendidikan di Indonesia. Dengan begitu luasnya wilayah Indonesia apalagi setiap pulau dibatasi oleh perairan, menjadikan permasalahan ini masih ada hingga sekarang. Terdapat kesenjangan antara masyarakat kota dan pelosok. 

Jika di wilayah kota begitu mudahnya menjumpai sekolah dengan fasilitas lengkap, staf dan pengajar yang memenuhi kualifikasi, lain halnya di pelosok yang jauh dari keramaian. 

Mungkin cuman ada beberapa sekolah yang didirikan, itu pun kualitasnya rendah. Bangunan sekolah yang seadanya, minimnya fasilitas pendukung pembelajaran, sistem koordinasi sekolah yang sederhana, bahkan kekurangan tenaga pengajar yang dimana itu kekuatan utama dalam pembelajaran.

Kedua, pendidikan di Indonesia belum bisa menghasilkan lulusan yang siap berkompetisi di dunia kerja. Pendidikan seharusnya menjadi masa persiapan atau bekal agar siswa tersebut mampu menghadapi berbagai persoalan di masa yang akan datang. 

Namun, nyatanya lulusan sarjana pun banyak yang menjadi pengangguran. Ini menandakan bahwa pendidikan di Indonesia belum berhasil. Pasti ada kekeliruan dalam mengkonsepkan kurikulum, pelaksanaan, koordinasi, dsb. Apalagi di era society 5.0 ini, perubahan semakin cepat dirasakan sehingga manusia sebagai pelaku dari peradaban harus mampu mengikuti perubahan itu. 

Sekolah-sekolah masih terfokus dengan nilai pengetahuan yang didapat dari hasil ujian. Padahal itu belum tentu hasil nyata yang diperoleh siswa tersebut. Mirisnya di Indonesia mencontek sudah menjadi budaya, apapun akan mereka lakukan demi mendapatkan nilai tertinggi saat ujian yang belum tentu menjamin kesuksesan di masa depan.

Ketiga, masih minimnya kinerja guru yang professional saat mengajar. Meskipun latar belakang pendidikan seorang guru sesuai dengan kualifikasi, belum tentu semua guru mengaplikasikan ilmu pedagogiknya di kelas. Pengalaman penulis pribadi semasa sekolah, hanya beberapa guru yang menerapkan berbagai metode pembelajaran selain metode ceramah. 

Selain itu, masih ada guru yang masuk hanya memberikan tugas saja. Hal ini sangat disayangkan. Karena, kuliah di jurusan pendidikan kemudian menjadi guru itu sebuah anugerah yang sangat besar. Meskipun tidak setenar dokter, gaji nya pun tidak sampai 2 digit, tetapi kualitas generasi yang akan datang dan peradaban yang akan tercipta ditentukan salahsatunya oleh kualitas guru dalam mendidik.

Keempat, rendahnya motivasi belajar pada diri siswa. Rendahnya minat belajar pada siswa menjadi salah satu penyebab mengapa negara kita belum semaju negara lain. Hanya ada segelintir orang yang memunyai motivasi yang tinggi terhadap pendidikan. Meskipun kita semua tahu bahwa tingkat pendidikan seseorang belum menjamin kesuksesannya di masa depan. 

Namun, dengan menjalani proses pendidikan dengan diiringi motivasi yang tinggi, akan membuahkan hasil. Karena orang yang mempunyai motivasi tinggi terhadap dunia pendidikan, ia tidak hanya mengandalkan pengetahuan dari kelas saja, tetapi ia akan semangat mempelajari apa-apa yang terjadi di luar kelas, ia akan selalu mempertanyakan sebab-akibat yang terjadi di alam semesta ini.

Sistem pendidikan itu merupakan suatu hal yang kompleks karena menyangkut pertumbuhan dan perkembangan manusia yang juga makhluk kompleks. Untuk melihat hasil dari proses perubahan pendidikan itu butuh waktu yang cukup lama kurang lebih 10 tahun. Untuk membangun sistem pendidikan yang optimal, perlu kerja sama antar semua pihak bukan hanya pemerintah saja melainkan orang tua, guru, akademisi, hingga masyarakat umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun