Mohon tunggu...
Jejak Tinta
Jejak Tinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kak Ros

News Anchor is my dream

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadiah Ulang Tahun tuk Selamanya

20 Oktober 2021   11:53 Diperbarui: 20 Oktober 2021   11:55 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung.

Nama aku Syifa Laksamana biasa dipanggil Syifa. Aku lahir di Bandung dan tinggal bersama nenek, ibu dan ayah tiri ku. Saat ini aku kuliah di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jawa Timur. Suatu ketika aku pulang kampung karena hari libur telah tiba. Suasana kampung yang begitu sejuk selalu membuat hati merasa nyaman, aku terbangun di pagi hari dalam dekapan cinta pertama ku yaitu nenek.  Kenapa harus nenek ? Kenapa bukan Ayah atau ibu ?

Sebentar aku ceritakan.

Aku menikmati hari-hariku di kampung bersama teman-teman, hingga hari libur telah usai. Lusa adalah hari keberangkatan aku ke Surabaya dan di sore hari ibu mengajak aku ngobrol yang cukup serius. Satu minggu lagi hari ulang tahun ku tiba, usiaku kini akan genap 18 tahun.

'' Nak, ibu mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan marah yah'' ucap ibu.

 Perasaan aku gak enak, aku tau ibu mau  bicara apa tapi rasanya aku belum siap untuk mendengarkan semuanya.

 '' Ini soal ayah kandung kamu nak'' sambung ibu.

 Aku belum siap dengar semuanya meskipun ini sudah lama ku pertanyakan, ucapku pada ibuku. 

 '' Kamu udah dewasa nak dan harus tau semuanya. Ayah kamu sebenarnya... Arman nak''. Ibu pun menangis. 

Sontak aku shok mendengarnya, aku rasa ini mimpi tapi ini nyata. Ya Tuhan  sakit sekali rasanya hati ini mendengar pernyataan ibu.

'' Buat apa dia cari aku lagi, kemana aja dia selama ini'', ucapku sambil mengusap air mataku. 

Saat itu pertama kalinya aku merasakan sakit yang begitu perih. Ayah kandung ku ternyata dia adalah ayah dari sahabat aku sendiri, satu kampung, dan dia adalah salah satu tetangga ku. Sakiit banget rasanya di sia-siain selama belasan tahun.

Mulai sore itu aku menyendiri terus di kamar, makan pun tidak nafsu. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu sendiri dalam kamar ku yang ukuran mini itu. Sebelum aku berangkat ke Surabaya, ibuku memberikan  cincin emas kepadaku sebagai hadiah ulang tahun ku nanti. Aku memberikan pelukan hangat ku pada ibu dan nenek sambil menangis, tidak ingin rasanya melepaskan pelukan itu tapi aku harus pergi.

Surabaya.

Aku kembali bersandar di dinding-dinding kamar ku sambil memikirkan betapa menyedihkan nya hidupku ini.  Saat itu rasanya aku ingin Allah mengambil ku saat itu juga.  Hatiku selalu bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak pernah mengirimkan sosok ayah dalam hidupku, apakah aku se menyedihkan itu. Tapi kenapa Tuhan, aku juga pengen ngerasain punya ayah. 

Tiba-tiba ponsel ku bergetar panggilan nomor yang tidak dikenal, dan ternyata itu ayah.

'' Assalamualaikum nak, ini ayah. Ayah minta maaf karena telah membiarkanmu tumbuh dewasa tanpa ayah''. ucap ayahku

Aku hanya bisa terdiam dan menangis mendengarkan semua perkataan ayah ku saat itu.

'' Ayah gak tau nak, ibu kamu gak pernah kasi tau ayah kalau kamu itu anak kandung ayah'' lanjut ayah

'' Itu artinya aku gak ada pentingnya sama sekali di hidup ayah, ayah yang membuat aku sama ibu hingga aku bisa ada di dunia ini. Tapi ayah malah gak tau aku anak siapa, ayah jahat'' ucapku penuh tangis dan nada kurang enak didengar

'' Ayah minta maaf nak, maafin ayah''  ucap ayah sebelum aku akhiri panggilan.

Aku pun tertidur dengan hati yang campur aduk, hidup ku benar-benar berantakan saat itu.

 

Lalu bagaimana dengan ayah tiri ku.

Ayah tiri ku tinggal bersamaku selama 17 tahun lamanya hingga saat ini, tapi dia tidak pernah menganggap aku sebagai seorang anak.   Kata ''Nak'' tidak pernah terbesit sedikit pun dari bibirnya untuk ku. Dia pun tidak peduli sama sekali apapun tentang aku, jadi tidak heran kalau aku sulit menjalin hubungan spesial sama seseorang. 

Ayah kandung ku saja tega meninggalkan aku, membiarkan aku menjalani hidup dengan sendiri tanpa kasih sayangnya. Bagaimana bisa orang lain bisa menyayangi aku dengan sepenuh hati, kalau ayah ku saja tidak bisa.

Ini adalah hadiah terbesar di hari ulang tahun ku yang harus ku jalani dengan tegar disetiap langkah ku. Tepat 20 September 2020 usia ku genap 18 tahun, tidak banyak ku pinta malam itu. Aku diberikan kekuatan,kesabaran dan ketabahan hati dalam menerima takdir ku dan Allah mengirimkan sosok lelaki yang bisa menyayangi aku sebagaimana nenek dan ibuku menyayangi ku. 

Patah hati pertama ku jatuh pada ayah kandung ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun