Mohon tunggu...
Jejak Tinta
Jejak Tinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kak Ros

News Anchor is my dream

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadiah Ulang Tahun tuk Selamanya

20 Oktober 2021   11:53 Diperbarui: 20 Oktober 2021   11:55 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat itu pertama kalinya aku merasakan sakit yang begitu perih. Ayah kandung ku ternyata dia adalah ayah dari sahabat aku sendiri, satu kampung, dan dia adalah salah satu tetangga ku. Sakiit banget rasanya di sia-siain selama belasan tahun.

Mulai sore itu aku menyendiri terus di kamar, makan pun tidak nafsu. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu sendiri dalam kamar ku yang ukuran mini itu. Sebelum aku berangkat ke Surabaya, ibuku memberikan  cincin emas kepadaku sebagai hadiah ulang tahun ku nanti. Aku memberikan pelukan hangat ku pada ibu dan nenek sambil menangis, tidak ingin rasanya melepaskan pelukan itu tapi aku harus pergi.

Surabaya.

Aku kembali bersandar di dinding-dinding kamar ku sambil memikirkan betapa menyedihkan nya hidupku ini.  Saat itu rasanya aku ingin Allah mengambil ku saat itu juga.  Hatiku selalu bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak pernah mengirimkan sosok ayah dalam hidupku, apakah aku se menyedihkan itu. Tapi kenapa Tuhan, aku juga pengen ngerasain punya ayah. 

Tiba-tiba ponsel ku bergetar panggilan nomor yang tidak dikenal, dan ternyata itu ayah.

'' Assalamualaikum nak, ini ayah. Ayah minta maaf karena telah membiarkanmu tumbuh dewasa tanpa ayah''. ucap ayahku

Aku hanya bisa terdiam dan menangis mendengarkan semua perkataan ayah ku saat itu.

'' Ayah gak tau nak, ibu kamu gak pernah kasi tau ayah kalau kamu itu anak kandung ayah'' lanjut ayah

'' Itu artinya aku gak ada pentingnya sama sekali di hidup ayah, ayah yang membuat aku sama ibu hingga aku bisa ada di dunia ini. Tapi ayah malah gak tau aku anak siapa, ayah jahat'' ucapku penuh tangis dan nada kurang enak didengar

'' Ayah minta maaf nak, maafin ayah''  ucap ayah sebelum aku akhiri panggilan.

Aku pun tertidur dengan hati yang campur aduk, hidup ku benar-benar berantakan saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun