Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sarung Sutera Ustadz Qadir Kasim

14 Mei 2020   23:34 Diperbarui: 14 Mei 2020   23:41 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarung Sutera dari Makassar ( https://www.google.com/search?q=sarung+songket+sutera+Makassar&safe=strict&sxsrf=ALeKk02_SVTbVwBYpv0p-4j69czDjtZejA:1589328135509&source )

Penggemar Sepak Bola

Wajah ramahnya selalu terbayang meskipun puluhan tahun beliau sudah pergi menghadap - Nya.

Usianya sekitar 85 tahun saat kami berjumpa,  pada awalnya Saya tidak terlalu antusias karena beberapa hal.  

Kegemarannya mengurung diri disalah satu kamar rumah  Bapak  yang cukup luas. 

Dibangun  sekitar 1978 di sebuah desa yang terkesan hutan rimba belantara. 

Yang menyeramkan jelasnya sering sekali  ular lewat saja tanpa ba . . . bi  bu  tidak punya sopan - santun,  

membuat kaum perempuan di pondok kami setengah memekik jika ular belang telah lewat.

Mungkin sang ular hanya numpang  mlipir,   atau kesasar  arah lewat salah satu pintu yang terbuka.

Beliau mengurung diri,   belakang Saya mengetahui dari paparannya sedang mengkaji beberapa ayat surat Al Israa' .

Kata  Ustadz Kadir Qasim  banyak hal yang menarik di dalamnya,   

Saya hanya menatap selewatan laki - laki yang sudah tua dan Saya belum kenal sesungguhnya dia itu siapa.

Pernah suatu saat kami berkumpul beberapa orang,  disamping   Ustadz  Kadir   ada juga  adik bungsu Saya  yang menemaninya.  

Beliau   terlihat bahagia sekali membicarakan sepak bola antara Maung Bandung lawan Makasar,   

yang memangnya  Saya tidak begitu suka pagelaran - pagelar sepak bola.

Adik bungsu memang sangat gemar juga sepak bola,  sehingga pembicaraan kaum laki - laki berkembang menghangat. 

Saya sering heran betapa banyaknya penggemar sepak bola sedemikian fanatiknya dan membahas begitu bersemangat tentang tendangan - tendangan gila pemain pujaan mereka.  

Membahas tendangan itu saja cukup mengherankan !

Lha . . . Ustadz Kadir     yang  sering mengurung diri mendalami macam - macam kitab. 

Menjadi fokus perhatiannya tenggelam dalam keasyikannya menelusuri pemikiran para ulama besar tingkat dunia.

Ketika berkunpul dengan putera dan puteri Bapak  yang dibahas justru menganalisis tendangan - tendangan.

"Ndak berguna . . .  membahas permainan sepak bola",  

demikian gumaman  Saya,   dengar serta - merta saja,  lebih nyaman  meninggalkan riungan yang mendadak ini,   

memang spontan adanya.  Kenapa justru membahas sepak bola.

LeKk00C4IhqC5AwhPeiyaLkzlm9Qfz8NA:1589328866486&source=lnms&tbm=
LeKk00C4IhqC5AwhPeiyaLkzlm9Qfz8NA:1589328866486&source=lnms&tbm=
Sarung Sutera dari Makassar ( https://www.google.com/search?q=sarung+songket+sutera+Makassar&safe=strict&sxsrf=ALeKk02_SVTbVwBYpv0p-4j69czDjtZejA:1589328135509&source )
Sarung Sutera dari Makassar ( https://www.google.com/search?q=sarung+songket+sutera+Makassar&safe=strict&sxsrf=ALeKk02_SVTbVwBYpv0p-4j69czDjtZejA:1589328135509&source )

Kisah Bapak

Pada suatu kesempatan.  

Bapak berkisah,  atas dasar pertanyaan Saya yang tidak mengerti duduk persoalan kenapa    Ustadz Kadir    tinggal di rumah Kami,  

sepertinya rentang waktunya  sekitar satu tahun penuh.

Dalam masa satu tahun itu,  beliau mengajar   Tafsir al Quran,    Hadist Ilmu Hadis    dan Mantiq (Logika)    di Pondok Pesantren yang dirintis oleh Bapak sejak 1989 - an.

Beliau tekun ibadah,   tekun mengkaji kitab - kitab tebal tanpa syakal jika ada pertandingan sepak bola hingga larut malampun beliau tempuh menonton hingga usai,   lanjut shalat malam dan shalat shubuh.

Memang hiburan paling menggiurkan di tahun sekitaran 1990 semacam sepak bola khusus bagi para penggemarnya,  

akan tetapi memang dikeluarga kami pada umumnya kaum lelaki itu gemar nonton sepak bola meskipun hanya sekedar lewat televisi.  

Konon . . . sebagai mana sering dikisahkan Bapak secara berserakan.,   

Masa berkuasanya Presideng Suharto yang cukup panjang.

Menyebabkan semua orang,  baik itu pegawai negeri,  petani,  guru,  buruh, para ulama semua . . . semua  harus memilih partai Golkar.

Masyarakat tidak boleh memilih partai lain selain Golkar.

Kalau tidak mau memilih partai Golkar pastilah ketahuan dan kemudian akan  "ditandai".

Maksud ditandai,  itu dapat mengandung bermacam - macam makna.

Situasi dan kondisi hingar bingar di kampung  antara Golkar si kuning,  PDI si merah dan PPP si hijau  

tidak sedikitpun menggoyahkan hati  Ustadz Kadir Qasim,  akan memilih yang mana.  

Katanya bebas dan rahasia tetapi harus pilih Golkar !

Ketika seluruh keluarganya sudah masuk anggota partai Golkar,  Ustadz Kadir Qasim memilih diam dan menjadi golput.

Kehidupan di kampung   Ustadz Kadir Qasim   lama - kelamaan membuat hati Ustadz gundah,  

risau dan sulit untuk berdakwah kalau bukan golkar.     Tidak leluasa tinggal di Pulau Selayar terkesan harus golkarlah semua.

Bapak,  adalah salah satu murid Ustadz Kadir Qasim yang mendorong harus tetap tinggal di Bandung sebagai ladang dakwah.

Ustadz Kadir Qasim tidak memperkenankan Bapak kembali ke Pulau penghasil terasi dan ikan sunu yang istimewa.

Maka,   Bapak mengajak Ustadz Kadir Qasim menemani perjuangannya di Bandung hijrah menunggu situasi benar - benar  kondusif.

Pada akhirnya  banyak kisah yang Bapak ceriterakan  tentang   Ustadz Kadir Qasim    diantaranya bagaimana menebar spirit supaya  murid - muridnya pergi menuntut ilmu ke Jawa.  

Kata beliau   "Jawa adalah harapan masa depan,  di Jawa banyak sekolah berkualitas,  dan di Jawa cita - cita kamu apa saja bakal terwujud".   

Dan ucapan beliau menurut Bapak 100%  benar dan terbukti.

Setelah sering berdialog ringan terkait pendalaman  ajaran Islam,   Saya berusaha memanfaatkan keberadaan Ustadz dengan limpahan ilmu yang beliau miliki,     beliau terkadang memaparkan pendapat beberapa Imam tentang satu masalah saja.  

Apakah itu pemaparan  pendapat Imam Syafi'i  ataukah Imam Hambali Maliki dan Hanafi kadang beliaupun mengungkapkan pandangan Syi'ah Imamiah.

Ustadz Kadir sempat menyampaikan bahwa salah satu surat yang menarik dan tengah dikaji olehnya dalam beberapa bulan,   setengah mengusili beliau di saat senggangnya   Saya  bertanya kepada Ustadz Kadir satu surat,  iya surat Al Isra.

Siang itu,  saat Ustadz baru saja keluar dari kamarnya.   

Saya berusaha ringan bertanya padanya :  "Ustadz bolehkan Saya mengamalkan salat tiga waktu ?"

Ustadz Kadir memandang lekat anak dari muridnya,  iya "Saya"  anak murid beliau.

Sepertinya sang Ustadz lagi berfikir dalam,   sambil mengambil jeda beliau bertanya.   Bunyi suratnya bagaimana ?

Saya menyangka dirinya sedang menghimpun kata - kata yang paling strategis memberikan jawaban pada anak dari muridnya . . . 

Bunyinya gini Ustadz :

"Aqimish shalaata liduluukisy syamsi ilaa ghasaqil laili wa  quraanal fajri inna quraanal fajri kaana masyhuudaa"

Dirikanlah salat diwaktu tergelincir Matahari sampai gelap malam,  dan (dirikanlah) salat subuh  sesungguhnya salat subuh disaksikan

(Al Quran /Al Israa' _ Perjalanan Malam,  17 : 78


Saya tidak seriusan bertanya pada Ustadz,  sekedar mengisi kekosongan pembahasan disiang hari saat katanya tidak ada jam mengajar.

Ustadz  berusaha menatap cucu beliau,   cucu bukan sengaja,  iya puteri dari muridnya.

"Ogh . . . ya . . . ya   . . .  kamu boleh melaksanakan shalat tiga waktu dengan ketetapan dalil itu,  syaratnya kamu tidak boleh berceritera kepada siapapun juga,   hanya untuk kamu saja . . . "

Tampaknya    Ustadz Kadir   cukup gundah dengan pertanyaan cucu muridnya beberapa kali beliau berusaha menarik nafas panjang.  dari sikap gundahnya Sayapun mencoba mencairkan situasi    

"Hai . . . Ustadz,  Makassar yang pernah Saya baca memiliki produksi sarung sutera yang indah"

Sambil menarik lengan keriput dan wajah tuanya . . . agar ke luar rumah agar fikirannya tidak terus - terusan 

memikirkan pertanyaan surat al Israa 78

"Nanti malam berceritera yaa tentang sarung Bugis Makassar yang terkenal indah"

Beliau hanya senyum - senyum tahu jika itu cara cucunya mengalihkan perbincaraan yang sedang dia fikirkan

Sarung Bugis Makassar

Beberapa hari dari pertanyaan ringkas yang Saya sampaikan pada Ustadz,  entah kaget . . . entah terkesan, entah bingung.

Rupanya beliau membungkus sesuatu yang Saya belum mengetahuinya isinya apa,  akan tetapi beliau berkomentar 

"Hei Bintang ini buat kamu yang nakal,    Ustadz besok harus kembali ke Selayar, ditunggu ya kamu di sana 

kapan - kapan jika sudah ada kesempatan jangan lupa kau datang".

"Lho . . . Ngapain Ustadz pulang ini belum lima tahun Ustadz mengabdi"

Beliau terbahak dan tampak gigi ompongnya dan bibir dan mata keriputnya.

"Akh . . . Ustad,  tidak setia mengabdi".    Saya menghibur dengan kalimat bercanda  Kami terbahak bersama.

Rupanya Ustadz Kadir Qasim memang harus segera kembali ke kampung halamannya mengingat istri beliau sakit.

Memang sekembalinya Ustadz beberapa hari dikhabarkan istri beliau wafat.  Dan Ustadz menyusul satu tahun kemudian.

Bungkusan koran baru saja dibuka ketika Ustadz Kadir Qasim menuju Makassar dengan pesawat Merpati.

Sungguh Saya terharu . . .   iya menangis menatap sarung Bugis sutera halus,   pernah beliau berkisah bahwa sarung itu satu - satunya sarung special yang beliau miliki.

Saya Bintang  akan terus mengenang sarung sutera pemberian berharga dari Ustadz Kadir Qasim,  dan selalu mendoakannya agar beliau tenang bahagia bersama keluarga di alam barzah,  tanpa mengingat - ngingat lagi aakan beratnya kehidupan di dunia.

Allohumma shalli ala Muhammad wa aly Muhammad kama shallaitaa ala Ibrahim wa aly Ibrahim

Salam alaika ya Ustadz Kadir Qasim

Ciburial,  Bandung. 

Jumat,   22 Ramadan 1441 H  /   Kamis,    15 Mei 2020M  


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun