Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tahu Bacem di Kaki Gunung Singgalang

4 Desember 2018   23:25 Diperbarui: 5 Desember 2018   16:08 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu putih (pict.dok.pribadi)

Bagi orang Jawa,  memasak atau menyantap tahu bacem adalah budaya kuliner yang paling populer.  Meskipun tidak semua orang memiliki ketrampilan memasaknya akan tetapi kita bisa menemukan tahu bacem baik di warung -- warung atau pasar.

Salah satu ketrampilan yang diturunkan almarhumah  ibunda adalah memasak tahu bacem yang super mudah dan tidak ribet sebagaimana memasak rendang yang terkenal pedas gurih dan sabana lamak (sungguh -- sungguh enak )

Maka saat penulis  sempat merantau ke Padang Panjang ( 1977 -- 1979 ) sebagai salah satu santri Aliyah Kuliyatul Muballighien Tapak Lambiek  satu hal yang seru adalah tukar -   menukar budaya kuliner,  sempat mencoba  ketrampilan memarut ala -- ala orang Minang yang menggunakan alat pemarut yang berbeda disebutlah sebagai mangukua  ( memarut dengan alat yang seperti bulatan yang ujung -- ujung besinya ditajamkan ).

Padang Panjang Sekelebatan

Kota yang dijuluki Serambi Mekkah ini memiliki udara yang sejuk karena berada di daerah ketinggian yang dikelilingi oleh 3 gunung yaitu Tandikek, Marapi dan Singgalang.

Masyarakatnya sangat agamis,  ingat Buya Hamka ?  beliau adalah salah sastrawan terkenal dengan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka'bah seting kisahnya ya di Padang Panjang,  maka saat membaca novel tersebut kami dapat melacak lokasi -- lokasi yang tersebut dalam novel namun kini sudah banyak sekali macam -- macam perubahan.

Paling tidak saat ini jika ada yang menyebut Lubuak Mato Kuciang, Goa Batu Batirai dan kuliner paling viral adalah sate Mak Syukur.

Penulis mengingat dengan jelas ketika ingin memperkenalkan tahu bacem kepada para santri satu pondok,  beberapa hal kami persiapkan khususnya bahan kering seperti gula merah bisa dibeli warung dekat pondok termasuk garam dan ketumbar. 

Karena kami bersekolah sehingga membuat tahu bacem itu saat libur,  dan liburnya hari jum'at.  Pada hari jum'at itu dikenal sebagai hari pasar.

Hari pasar ramai sekali dibandingkan hari -- hari biasa dan kami diperkenankan untuk keluar pondok berbelanja.

Tahu putih (pict.dok.pribadi)
Tahu putih (pict.dok.pribadi)
dokpri
dokpri
Bahan -- bahan Dan Cara Membuat Tahu Bacem

Namanya juga tahu bacem maka bahan utamanya adalah  tahu putih ukuran sedang  20 potong,  adapun bumbu -- bumbunya  gula merah satu setengah ons (khawatir terlalu manis),  garam secukupnya   serai  2 batang,  daun salam 3 lembar.

Yang membuat tahu bacem itu rasanya  sangat berbeda jika air untuk merebus tahu berasal dari air kelapa yang tuanya sedang ukurannya sekitar 1,5 -- 2 liter,   kalau pakai  feeling  sehingga tahu beserta bumbu terendam air kelapa.

Cara membuatnya pakai teori "cemplungin saja"  akan tetapi secara urutan -- urutannya,  adalah :

  •  Ulek bumbunya garam,  ketumbar,  sedikit lengkuas dan sedikit kemiri.
  • Susun tahu putih dalah panci  yang ukuran sedang ( cukup untuk 20 potong tahu.
  • Masukkan air kelapa,  dan taburkan gula merah di atas tahu sehingga nanti akan menyebar setelah air mendidih.
  • Setelah air mendidih kecilkan kompor
  • Kira -- kira air telah sedikit mongering,  matikan kompor. Tunggu hingga tahu dingin.
  • Setelah layak digoreng,  segera digoreng pada api yang cukup panasnya.

Saat penulis memasak santri -- santri yang satu pondok mereka mengikuti tahan -- demi tahap hingga semua tahu digoreng dan langsung habis.

Bagi mereka tahu bacem itu asing saja,  kebiasaan orang Minang memasak  tahu kadang di goreng berbumbu garam dan bawang putih,  atau dibumbu lado sehingga bisa kuat beberapa hari,  terkadang juga dimasukkan dalam bumbu kaleo.

Setiap kami memasak di dapur umum dengan tungku yang berjejer sekitar sepuluh tungku dengan berbahan kayu bakar ( asap adalah kenangan yang pedih . . . ke mata ! )  

Indahnya kami memiliki dapur umum bertungku sepuluh dengan model yang tradisional bingit, 1977 adalah belum tren kompor gas, belum muncul handphone bahkan telephone umum saja itu masih merupakan kemewahan satu wilayah.

Wilayah tempat kami biasa memasak setiap hari jum'at selalu di saksikan oleh gunung Singgalang yang tak pernah bosan menampilkan kegagahan dank abut demi kabut yang berkisah tentang negeri penuh misteri.

Memang Singgalang menjadi saksi seorang perempuan remaja menebar sedikit pengetahuan tentang cara membuat tahu bacem.

Rasanya itu baru saja terjadi Jum'at kemaren, padahal kejadiannya adalah empat puluh satu tahun yang lalu.

Ciburial, Dago - Bandung  

Selasa 26 Rabiul Awwal 1440 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun