Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Parade Keagungan Allah Ketika Datang Kematian

20 Oktober 2017   19:40 Diperbarui: 20 Oktober 2017   19:49 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam semesta raya yang menghampar tanpa batas Bumi yang menakjubkan dan  kita salah satu penghuninya bisa menyaksikan keanggunan Gunung,  kewibawaan Lautan, kesumringahan Matahari dan kesenyapan malam hari jika telah tiba serta keluguan Bulan di 13 bulan hijriah.

Segala sesuatunya terasa sedemikian menakjubkan kemudian dieksplorasi lewat gambar -- gambar memikat dan di deskripsikan pada tulisan -- tulisan menawan lewat buku, koran, majalah dan media daring yang tengah populer saat ini.

Ketakjuban kita sebagai makhluk  'debu'  pada alam semesta raya pada hakekatnya adalah  kesaksian diri  akan  ke_Mahakuasaan_ Nya Allah atas seluruh alam.

Jika dibandingkan dengan apa yang telah kita simak tentang alam raya ini maka  parade  ke_kuasaan_Nya yang paling mencengangkan adalah bagaimana DIA mematikan hamba_ Nya  

Al Maut Adalah Hak-Nya

Dalam al Quran minimal ada 14 ayat yang membahas tentang ayat -- ayat kematian,  disamping menakutkan membahas tentang ini akan tetapi kematian pasti akan datang juga. 

Sebagaimana  Allah Swt dalam ayat -- ayat Nya Yang Mulia. Satu diantaranya adalah :

 "Katakanlah,  bahwasanya  kematian yang kamu lari daripadanya,  maka sesungguhnya ia akan menemui kamu,  kemudian kamu akan dikembalikan kepada Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu Dia beritakan pada kamu apa -- apa yang telah kamu kerjakan."  

 QS.al Jumuah (62):8

Mari kita mencoba sedikit saja memaknai ayat ini dengan cara yang sangat sederhana . . .

"Katakanlah,  bahwasanya  kematian yang kamu lari daripadanya,  maka sesungguhnya ia akan menemui kamu, . . . "

Ada orang yang berikhtiar untuk menghindari kematian karena takut dan karena alasan yang tidak masuk akal sekalipun seperti Firaun yang sombong dan congkak merasa dirinya bisa mematikan dan bisa menghidupan dengan logika yang sangat pandir dan kita saksikan karena kepandiran dan kecongkakannyalah kemudian  Allah menenggalamkan dia dengan terhina hingga akhir jaman.

Tidak ada seorang makhlukpun yang bisa menghidari kepunahan dan kematiannya.  Innalillahi wa innailahi raaji'uun.

Kita itu bukan hanya sekedar remahan rengginang,  kita adalah debu senyata -- nyata debu siapa yang faham tentang gerakan ikan di lautan siapa yang mengerti berjatuhannya daun kering di sekian kecamatan di Indonesia dan siapa yang bisa memantau kehidupan jutaan virus dalam tubuh manusia yang sakit demikian pun yang sehat kata -- kata yang tepat  kita sanjungan "hanya Allah"  semata  tiada yang bisa menandingi agung Nya kekuasaan DIA.

" . . . . kemudian kamu akan dikembalikan kepada Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata . . . "

Pemberitaan tentang semua kejadian yang melingkupi diri kita ayatnya bukan hanya di surat al jumuah namun ada di beberapa ayat sekiranya kita dapat menyempatkan diri untuk mengamatinya,  kabar tentang ini sesungguhnya sudah cukup untuk memotivasi diri agar lebih taqarub pada -- Nya.

"Lalu  . . Dia beritakan pada kamu apa -- apa yang telah kamu kerjakan."  

QS.al Jumuah (62):8

.

Kesempurnaan Hidup Usai Kematian

Hati menjadi ciut dan mengkerut saat membahas tentang kematian karena satu sebab kurang faham tentang hakekat kematian, meskipun kita memahami tetap pemahaman tersebut akan menjadi bekal bagi kita semua yang beriman untuk berhati -- hati dalam jalan -- Nya.

Beberapa pemikiran tentang kematian, penulis paparkan dari buku :

"Tafsir"   Holistik  :  Kajian Seputar Relasi Tuhan Manusia Dan Alam.  Jakarta : Penerbit Citra, 2012

Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa orang yang hidup itu sebenarnya tengah terlelap,  begitu mereka mati sesungguhnya mereka terbangun.  Itu  artinya  bahwa tahap kehidupan setelah mati lebih tinggi dibanding kehidupan sebelum mati.

Selama terlelap kesadaran manusia menjadi lemah.  Tidur merupakan keadaan antara hidup dan mati.  Ketika bangun tidur,  hidupnya lebih sempurna.

Kehidupan di alam Barzakh pada tingkat tertentu juga lebih sempurna dibandingkan dengan kehidupan di dunia.

Ada dua poin yang patut disebutkan disini :

(1).  Menurut riwayat -- riwayat dari  para Imam,  di alam Barzakh  manusia ditanya tentang imannya saja.  Sedangkan pertanyaan yang lainnya ditanyakan pada hari Kebangkitan.

(2).  Amal saleh yang dilakukan keluarganya dengan niat supaya pahalanya diberikan pada almarhum / almarhumah,   membuat mereka yang telah mendahului kita  menjadi bahagia dan membawa keuntungan baginya.

Jika sedekah dan amal saleh,  entah bentuknya wakaf dan lainnya,  dilakukan dengan niat agar pahalanya diberikan pada almarhum  ayah, ibu,  sahabat,  guru atau lainnya,   maka amal shaleh ini dapat dianggap sebagai pemberian pada almarhum / almarhumah yang bersangkutan.

Dan Amal saleh yang telah di tunaikan oleh para keluarganya itu membuat almarhum / almarhumah menjadi bahagia.

Begitu pula dengan doa memohonkan ampun Allah Swt.,  atau rangkaian ibadah -- ibadah lainnya seperti  berhaji, tawaf dan berziarah ketempat suci lainnya,  yang dilakukan atas nama almarhum / almarhumah.

Putera / puteri yang memiliki hubungan darah dan posisi sebagai anak biologis yang ketika kedua orang tuanya masih hidup berbuat tidak menyenangkan kedua orang tuanya,  dapat berbuat sesuatu yang menyenangkan mereka setelah mereka menjadi almarhum / almarhumah.

Demikian hal yang sebaliknya bisa terjadi.

Kesedihan sepanjang hayat akan tertanggungkan di diri kita yang di tinggalkan namun ada upaya -- upaya yang bisa kita lakukan untuk menetralisir jiwa yang sedih dan duka ditinggalkan mereka yang sangat kita cintai.

Wallahu'alam Bis showab

Salam Jumah Mubarokan (30 Muharam 1439 H / 20 Oktober 2017 M

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun