Kiasan - kiasan ini mengantar pada satu halaman kata – kata yang tidak penuh bahkan hanya tiga paragrap saja . . .
“Bahwa aku ombak yang tidak mudah melepaskan.”
Bolehkan saya kasih hesteg #lebay
Halaman Enam Belas
Permainan logika yang realistis jadi ya . . . bisa saja mencintai lebih dari seorang perempuan yang masing – masing perempuan yang masing – masingnya mempunyai daya pesona yang memainkan sudut ruang :
“perempuan itu berusia enam tahun. Ia adalah perempuan kedua yang merebut hatiku. Melihat foto tersebut aku menyadari bahwa mungkin saja bagi seorang laki – laki mencintai dua orang perempuan dalam satu waktu.”
Tidak perlu kaget, karena sejak awal di katakan bahwa ‘Luka Dalam Bara’ bukan novel biasa maka pada ending halaman enam belas menjadi ending kisah novel ini.
Perempuan kecil berbusana terusan warna merah dan celana panjang abu – abu bertopi warna kuning, dialah perempuan lain yang dia cintai di samping perempuan mantan yang telah memutuskan semua akses perjumpaan bahkan dalam alam realita kini dia tinggal di Jakarta demi menghindari perjumpaan yang di haramkan.
Pesona Luka Dalam Bara
Kekuatan novel ini tentu ada di penulisnya yang cukup piawai dan telah berpengalaman menulis 11 judul novel, Bara cukup mapan dengan profesinya sebagai penulis sehingga meskipun novel ini terasa terkesan tidak ada jalinan ceritera selayaknya novel Inferno karya Dan Brown misalnya akan tetapi atas dukungan penuh Teguh Afandi dan road show Luka dalam Bara optimis penerbit bisa pasang senyumlah.
Tampilan juga cukup menawan memegangnya tidak membutuhkan energi, membawa dan menggemnggamnya tidak susah berbeda dengan Inferno 600 an halaman super tebal dan tidak bisa bawa kemana – mana.
Kelemahannya adalah kalimat yang di ungkapan oleh sang penulis sendiri bahwa ini bukan novel biasa . . . silahkan di apresiasi secara obyektif saja. Jika anda telah menggenggam untuk mebacanya.
Ciburial, 7 Sya'ban 1438 H / 4 Mei 2017 M
Info Penerbit :