Anwar Natari Hotel Homann - Bandung
Hanya dua kali saja berjumpa dengan seorang laki – laki bernama Anwari Natari rasa – rasanya saya tidak pernah mengenalnya bukan karena dia tidak populer, yang paling tegas bahwa perempuan sepuh ini baru saja masuk dan melek di dunia kepenulisan jadi ini penting sekali dimaklumi.
Perjumpaan pertama :
Bertemu di Ciampea Kampung Rumah Joglo Bogor dalam satu acara Blogger Day 2017 komunitas blogger crony memperingati miladnya yang kedua dengan cara melaksanakan workshop acara tersebut dilaksanakan pada 18 – 19 Maret.
Bang Away nama beken Anwar Natari malam itu (18/03/2017) menyampaikan bahasan bertajuk "Review Elegan dan Berdampak"
Kesimpulannya lelaki berambut setengah gondrong ini berusaha mengarahkan para blogger untuk menyadari pentingnya menggunakan bahasa yang benar dan menjadi pelayan bagi pembacanya sehingga pembaca di buat senyaman dan senormal mungkin ketika mereka mencoba memahami apa yang kita sampaikan lewat tulisan.
Sambil berguyon – guyon saja nara sumber setengah berwasiat bahwa :
“Penulis adalah pelayan bagi pembacanya . . . sehingga jadilah penulis yang tidak menimbulkan berbagai macam tanda tanya setelah membaca karya tulis kita”
Di balik kata – kata Bang Away “penulis adalah pelayan pembacanya”, kata pelayan mengingatkan saya pada KH. Drs Muchtar Adam yang dalam beberapa pertemuan menjelasan kata Abdun yang bermakna hamba Allah, bahwa kita sebagai abdun juga bermakna menjadi kembang matahari dan bermakna juga sebagai anak panah yang siap melesat.
Abdun - Pelayan Allah tugas melay ani adalah tugas tanpa penolakan apapun perintah Allah mau atau tidak mau siap laksanakan sehingga dalam kehidupan makhluk bumi dengan berbagai lika – likunya adalah menjadi pelayannya Allah.
Abdun– kembang matahari maknanya menyoroti pada kualitas semisal minyak kelapa yang sehari – hari kita gunakan untuk menggoreng harganya jauh lebih murah di bandingkan dengan minyak kembang matahari.
Abdun– anak panah yang siap dilesatkan maknanya adalah pengabdian dan pelayanan tanpa batas ketika Allah katakan pergi berhijrah kesatu wilayah maka pergilah ia seperti Ibrahim As berangkat dari Mesopotamia menuju Palestina puluhan abad yang lalu tanpa transportasi memadai hanya berjalan kaki saja menempuh perjalanan panjang, sehingga di sematkan pada dirinya nama Khalilullah (kekasihnya Allah).