Penulis paham masyarakat kesulitan meskipun tidak bisa menolong mereka, tetapi ada anggota masyarakat hingga berani mengeluarkan uang tiga puluh ribu rupiah demi mendapatkan satu tabung gas yang konon harganya Rp 17.500  di pom bensin Dago. Setali tiga uang, di pom bensin pun kita sebagai masyarakat biasa  tidak akan mendapat jatah gas itu karena masing–masing sudah ada pemiliknya, seakan mereka membangun lingkaran sendiri pada masyarakat umum ohno . . . no . . . no (demikian penuturan beberapa anggota masyarakat yang kesulitan mendapat jatah dari pom bensin Dago)
Dalam chit chat antara penulis dengan salah seorang member Blogger Bandung ,Teteh Raisa Hakiem, ia dengan terpaksa membeli gas merk lain yang lebih mahal dikarenakan si melon susah diperoleh. Tentu saja dengan demikian, relatif lebih memudahkan bagi dirinya agar kehidupan keluarga lancar jaya. Bingung juga mengikuti cara ini jika kebanyakan dari masyarakat Kota Bandung berada di bawah garis kemiskinan. Boro–boro beli gas merk baru, menganggarkan uang untuk membeli gas melon saja sudah menyisihkan berhari–hari.
Dan penulis tidak merasa gagal hidup meskipun telah tinggal di Bandung sejak 1965. Inilah Bandung Juara kahiji.
Ciburial, Â Rabu 20 Oktober 2016 M/19 Muharam 1438 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H