Masih ada satu pemeriksaan lagi yang harus dilalui para penumpang saat menuju ruang tunggu bandara di lantai dua, semuanya kita yakini mesti antri dan inginnya segera terbang sampai ke tujuan istirahat menghilangkan penat.
Karena harga sedemikian terjangkau oleh rakyat akar rumput, maka kursinya perlu di rampingkan agar terkejar biaya transportasi rasa – rasanya ini salah satu kiat menjadikan harga tiketnya relatif murah.
Terima nasib itu adanya tidak akan bisa tawar menawar yang utamanya terbang.
Setengah jam berlalu, kemudian terdengar pengumuman bahwa Lion Air JT 0911 V akan terbang jam 09.30 yang mengiringi penerbangan delay sebelumnya tujuan Medan, Ambon dan entah apa lagi penulis lupa tidak mengingatnya.
Semua Calon penumpang berjuang membayar lunas harga ticket baik secara online atau cash di loket bandara, sesungguhnya ini sebagai jaminan bahwa penumpang selayaknya di perlakukan secara bermartabat, Â banyak diantara kami tidak faham dan tidak mengerti pengelolaan perusahaan ini sehingga delay menjadi monster yang muncul rutin dan tidak pernah tuntas.
Apa yang telah penulis paparkan adalah satu kasus dari sekian banyak kejadian disiplin delaynya Lion Air sehingga hari kemarin , juga hari ini sedemikian kencang dan viralnya kisah delay ini.
Dalam skala individu yang dirasakan penulis saat delay, Â bukan semata kasihan pada besan yang menanti sejak jam 06.00 ingin menghormati tamu dari Bandung, selama di bandara menanti jam terbang terasa stres karena ketidak nyamanan bandara, stres rentang waktu delay yang cukup panjang
 ( kejadiannya hanya satu jam lebih tiga puluh menit, apalagi yang delay 12 jam jenis kesabaran macam apa yang harus penumpang persiapkan )
Kejadiannya memang di bandara Juanda ruang tunggu keberangkatan relatif sempit, fasilitas yang tampak adalah free charger selainnya tempat duduk standar yang kokoh dan keras, jika ingin ke toilet musti melewati satu pintu keluar.