Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Kuliner] Nostalgi Coto Makassar Dari Kepulauan Selayar

6 Juni 2016   22:41 Diperbarui: 6 Juni 2016   22:53 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bawang merah yang masih setengah kilogram ia kupas dengan cekatan satu demi satu tanpa merasa pedih di mata santai sambil bertutur kangen pada ponakannya.

Daeng Udji duduk diatas dingklik usang menggunakan pisau yang paling tajam, katanya “pisau tajam mempercepat semua pekerjaan”.

Dengan kebaya abu – abu dan kain panjang berwarna agak mendekati donker, busananya lebih mencitrakan wanita Jawa ketimbang perempuan dari Pulau Selayar.

Memarut Lengkuas Muda

Lengkuas yang berwarna merah muda agak sedikit kecoklatan, aroma unik dan khusus tidak semua kaum perempuan dapat mengenalnya secara baik dan tidak semua perempuan masa kini memahami khasiat serta pemanfaatannya.

Daeng Udji memarut lengkuas dengan santai dan diselingi beberapa petunjuk praktis cara memasak coto Makassar yang enak juga bercita rasa tradisi khas dan tiada berhenti berkisah tentang kehidupan di laut mengapung tanpa harapan.

Meskipun aku selayaknya memanggil Tante kepada dia, akan tetapi hampir semua merasa akrab dengan panggilan Daeng Udji kadang ia menegur dengan dialek aneh orang – orang Selayar “kau itu Intan . . . panggilan yang benar adalah Tante padaku bukan mi . . . . kau panggil Daeng”.

Aku sepakat dengan ucapan Daeng Udji yang berusia sekitar enam puluh lima tahun dengan tubuh yang tinggi sedikit kekar, sangat ramah pada semua keluarga yang ia kenal bahkan kali inipun ia mengajari aku cara membuat coto dalaman sapi yang terdiri dari hati, jantung, babat dan usus sangat terkenal seluruh Nusantara gurihnya coto ditimpali air jeruk yang khusus selalu disiapkan untuk hidangan mirip – mirip rawon, tidak hanya itu coto Makassar tak kan meninggalkan bawang goreng, irisan bawang daun juga taburan daun seledri.

Mengulek Kacang Tanah

Daeng Udji telah menyiapkan sangai kacang tanah sejak kemaren, ia sebelum ke Pasar Baru untuk berbelanja oleh – oleh yang di pesan beberapa keluarga di Selayar masih sempat membersihkan kulit arinya sehingga kacang tanah berwarna agak cream keputih – putihan dan sebagian ada yang agak kecoklatan karana over cook.

Memang Daeng Udji, menyarankan dan langsung mempraktekan bahwa sebaiknya kacang tanah tidak di goreng dengan minyak mengambang banyak, lebih utamakan menyangainya saja dengan satu atau dua sendok minyak goreng karena akan lebih sedikit kering dan memunculkan aroma gosong yang khas untuk masakan daerah Makassar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun