Usai membaca agar Bapak dan Mamah tidak mengetahuinya maka kasur kapuk jaman dulu diangkat dan semua komik yang sudah dan belum di baca diletakan di tengah – tengah kasur yang kira – kira tidak terjangkau oleh tangan Bapak dengan Mamah analisa di otak jahilnya kalaupun disingkapkan kemungkinan besar tidaklah akan terlalu dalam hingga menyangkau karya – karya HC. Andersen sebagai salah satu kenikmatan berkhayal di jaman itu.
Hingga menginjak usia SMP masih tanpa henti membaca HC. Andersen yang diperoleh dari hasil pinjaman anak – anak tetangga memang agak jauh jika diukur kaki mungil anak usia SD dan kadang menyewa di taman bacaan dari hasil menyisihkan uang jajan kadang berhari – hari menahan tidak membelanjakannya.
Alternatif bacaan yang menarik adalah kisah Nirmala dan Oki pada lembaran khusus Majalah Bobo, sedemikian populernya majalah tersebut bahkan disewakan juga di taman – taman bacaan mini yang cukup populer terkadang juga antri untuk mendapatkannya.
Saat ini semua komik yang telah dibaca kisah – kisahnya telah hilang ditelan lupa baik urutan kisah secara global apalagi mendetail tergerus usia namun nama HC. Andersen melekat kuat sepertinya tidak akan bisa di didelete.
Yang paling penting dari semua itu bahwa kemudian kebiasaan membaca terus berlanjut dampak abadi dari kegemaran membaca komik HC. Andersen bahkan ada obsesi yang masih di pendam ingin menjadi penulis ceritera anak – anakmimpi itu tengah dipahat beriringan dengan membangun dinasti kepenulisan di lingkup keluarga besar penulis.
Baiklah mencoba membangun sebuah dinasti kepenulisan yang tidak terlalu mentereng dengan landasan logis dan aqidah yang kokoh, bahwa menulis adalah perintah Allah dan perintah Rasul dengan kalimat ringkas : “iqra” dan kalimat pembuka “Nuun Walkalami wamaa yasturuun” kedua potongan ayat ini sangat cukup mendasar asumsi jika menjadi penulis ceritera anak tidak kesampaian misalnya karena dijemput Malaikat maut dalam waktu dekat, berharap salah satu dari putera dan puteri menangkap cita – cita dan harapan ini.
Menyebarkan Virus Positif Menulis
Sesungguhnya ketrampilan dan kepandaian menulis tidak bisa instan sim salabim abra kadabra sebagaimana salah satu lafal mantera Nirmala yang menjadikan sesuatu seketika itu juga dalam beberapa bacaan khayalan yang sama – sama kita kenal.
Senyatanya ketrampilan menulis disamping mesti diasah dengan ulet dan tekun sangat penting terus membaca berbagai jenis buku atau bahkan link url demi mengupgrade diri, untuk mewujudkan satu obsesi yang rada imposibel saja rasanya akan tetapi biarlah semoga waktu akan menjawabnya.
Mari kita wujudkan secara bertahap saja dahulu dengan saling share info dan motivasi di lingkar pertama apapun event yang tengah diluncurkan pada blog keroyokan bernama Kompasiana, baik secara manual memberitakannya atau mention khususnya melalui jalur facebook.