Berdasar makalah jadul yang masih penulis simpan, beliau adalah seorang Kiyai sebagai pembaharu pendidikan di Indonesia dan bahkan ada satu kisah bahwa Ajengan Sanusi adalah guru Ki Hajar Dewantoro.
Otomatis saja ada sedikit komentar yang agak miring – akurasinya masih perlu ditinjau ulang akan tetapi penulispun sempat membaca salah seorang Kompasianer yang mengungat status Ajengan Genteng ini.
Memang dalam komentar yang berkembang, seharusnya yang menjadi Pahlawan Pendidikan Nasional itu adalah Kiyai Ajengan Sanusi karena Ki Hajar Dewantoro berguru pada beliau; sedang diimajinasikan khususnya oleh para Menak sebagai yang membangkang pada penjajahan Belanda maka situasi ini coba dimaklumi.
Secara akurat tentang hal ini memang mesti membongkar - bongkar lagi kepada ahli sejarah yang lebih kompeten.
Memang dalam catatan sejarah di Indonesia Kiyai Ajengan Sanusi nyaris tidak dikenal sama sekali ; bahkan menurut Mochamad Iskandar yang menulis makalah jadul tersebut, dokumen – dokumen tentang Kiyai Ajengan Sanusi hampir semua di boyong ke Leiden – Belanda.
Jika sepintas saja menelusuri Ajengan Genteng ini, aslinya bernama Ahmad Sanusi lahir dari keluarga Kiyai yang cukup terpandang pada zamannya, yaitu Kiyai Abdurrakhim dari pesantren Cantayan, Kecamatan Cibadak Sukabumi. Menurut beberapa sumber Ahmad Sanusi lahir pada tahun 1889, atau sekitar setahun setelah meletusnya Gunung Krakatau. (makalah : Mohammad Iskandar, p.2 )
Hal yang penting penulis ungkapkan tentang jasa Kiyai Ajengan Ahmad Sanusi, diantaranya :
- Tentang penentuan klasikal, jadi dimasa Ayahnya mendidik para santri seluruh siswa tidak dilakukan penjenjangan semua digarap seada – adanya santri. Karena kecerdasan beliau para santri di susun berkelas.
- Memasukkan pelajaran umum ke dunia pesantren, karena Kiyai Ajengan Cantayan ini berpendapat hal yang mendesak bagi para santri berpengetahuan luas.
- Berkembangnya dunia kepenulisan yang awalnya masyarakat Jawa – Barat termasuk Indonesia lebih mengemukakan budaya tutur dibandingkan dengan budaya tulis. Jadi khususnya Jawa Barat Kiyai Sanusi inilah yang merintis dan memulai budaya menulis, bahkan beliau memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Priangan dengan menggunakan huruf Arab Melayu berbahasa Sunda.
Sehingga wajar kemudian penulis makalah berpendapat bahwa : “Satu hal yang paling menarik dari Ahmad Sanusi dibanding umumnya para Kiyai atau Ulama di Pasundan waktu itu adalah kemampuannya menangkap fenomena yang berkembang di lingkungannya yang kemudian dicarikan pemecahannya baik secara tidak langsung seperti melalui tablighnya atau secara langsung melalui tulisannya”. (p. 4)