Berusaha mengejar waktu menuju gedung tepat jam 11.00 ; kudet lah penulis . . . ternyata lewat grup ada update berita acara nobar waktunya jam 13.00 dengan sabar menunggu waktu shalat dan mengamati pengunjung yang dipastikan mereka hendak nonton AAJC.
Pengamatan dominan pengunjung masih hijau - hijau dan dikenal dengan ABG, ya seusia puteri kedelapan dan kesembilan, dengan berbagai sikap yang remaja kekinian.
Tentu sangat berbeda dengan remaja tahun 70 -an.
Segala telah serba berubah . . . .
Penggalan - penggalan kisah indah ini dari salah satu dialog antara Yulia yang diperankan dengan manis dan suara manja oleh Pevita Pearce dengan Rumi teman bermain yang di jeda dengan pertengkaran - pertengkaran ala jaman itu :
“Kata – katamu adalah nyawa dalam kalimat – kalimatmu” ini adalah sepotong puzzle kalimat yang sempat penulis tangkap dari diari yang di baca secara narasi dengan indah oleh Yulia pada kisah hidupnya dalam film besutan sutradara cerdas dan cerdik Garin Nugroho.
Garin Nugroho menjadi jaminan bagi penonton, untuk pulang dengan hati yang berbungan - bunga, berkesan dan meninggalkan slide demi slide indah nan romantis di memorinya baik terkait :
- kisah yang runtut,
- bahasa yang digunakan cukup bersusatra ria,
- pemeran yang berbobot selevel Chiccho Jericho dengan lawan mainnya yang jelita Pevita
Pearce,
- gambar yang apik dengan setting waktu antara tahun 60 – 80 an dan
- lagu – lagu nostalgia pilihan dijamin susah berdiri meskipun film telah berakhir.
Drama Keluarga Yulia dan Rumi
Dua keluarga dalam satu kampung di sebuah dusun yang tengah mengalami berbagai perubahan dalam kehidupan dari waktu kewaktu.
Keluarga Yulia, dengan ibu (Anisa Hertami) yang cantik sederhana dan kokoh atas pendiriannya juga tangguh dalam menjalani kehidupan.
Suami ibunya Yulia, adalah seorang bule yang diangkat mantu oleh kakek Yulia karena resign dari pabrik tebu.