Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jumpa Kaget dengan Kompasianers Banda Aceh

7 Desember 2015   14:24 Diperbarui: 11 Desember 2015   20:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="interior Masjid Baiturahmaan Banda Aceh yang memukau picture : dok.pribadi"][/caption]

Rancangan Kholik tentang gerak langkah makhluk adalah desainer alam raya ini Yang Maha Sempurna, disaat kita sebagai makhluk – Nya merasakan stagnan tidak memiliki rencana apapun, maka Yang Di Atas memiliki banyak rencana bagi seluruh makhluk penduduk bumi ini.

Secara logika di kenyataan yang ada tidaklah memungkinkan penulis melakukan perjalanan kemanapun mengingat berbagai hal khususnya terkait biaya transportasi minim rupiah zero dolar, maafi fullus !

Namun rancangan Sang Kholik tentu sangat berbeda dengan apa yang sempat kita planning Dia dapat memberangkatkan seseorang dengan kalimat suci dalam Al Qur’an “kun fayakun”.

Banda Aceh Kota Para Ulama dan Pejuang

Berangkat menuju Banda Acehpun bagi   #Makhluk_Udik Bandung coret bolehlah di katakan sangat mendadak, karena kelahiran cucu ke tujuh seharusnya sekitar 22 November berdasar perkiraan dokter ternyata si kecil telah muncul di bumi Nya pada 5 November 2015.

Putera ke tiga penulis Hudaibiya Al Faruqie dengan nama panggilan di Banda Aceh ( BA ) Bang Uki sebagai adik-nya Dzulfikar Al ‘Ala 

sebelum kelahiran Keumala Haura Insiyah puteri ke duanya telah menilpun dua hari berturut – turut agar segera ke B A, menengok mendo’akan dan merawat sang bayi ala kadarnya mengingat berbagai hal di Blang Bintang agak terasa sulit memanggil bidan atau dukun beranak khususnya perawatan bayi.

Segala sesuatunya dipersiapkan serba cepat dan berangkatlah pada Selasa 17 November 2015 menggunakan citilink QG - 926 transit tiga jam 20 menit di Kuala Namu – Medan, lanjut ke B A menggunakan Lion Air dan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda.

Alhamdulillah . . . Selamat !

Penulis yang tidak pernah terbang mandiri setelah kepergian sang kekasih hati, tentu membuat putera / puteri juga Fawwaz Ibrahim dilanda kekhawatiran sehingga semua berpesan : “Bunda hati – hati di perjalanan, kabari jika sudah sampai”

Mereka seharian penuh memantau baik lewat sms, tilpun dan WA, ketika yakin Bundanya selamat . . . lega berucap syukur tiada terkira.

Sepertinya yang membuat munculnya kekuatan dan keberanian sang Bunda disamping nama Tjoet Nya’ Din yang sepanjang hayat lekat dalam memori juga daya Tarik alam B A sungguh tidak terkirakan dalam sejarah sejak lama kita kenal Aceh adalah kota para ulama dan para pejuang tangguh juga sastrawan hebat

Menakjubkan . . . !!

Buktikan . . . . Aceh memiliki lebih dari 300 tujuan wisata yang sangat memikat dan menjadikan kita ingin kembali dan kembali.

(Angka Tujuan Wisata sempat penulis baca sepintas dari brosur Departemen Pariwisata Aceh)

Mesjid Bait Ar Rahmaan destinasi yang jangan di lewatkan . . .

Demikian yang terasa oleh #Makhluk_Udik Bandung coret ini, ingin segera berziarah kesana entah menyaksikan kekokohan bangunannya, keindahan arsitekturnya keantikan sejarahnya atau mengisi ruang spiritual yang kerontang kurang ngecharge.

Pastinya priotitas utama adalah mengisi ruang spiritual yang terasa semakin melemah dan memudar , sehingga Bait Ar Rahmaan             ( Baiturrahman ) semoga bisa menjadi salah satu alternatif penyemangat jiwa dalam sessi taqarrub pada-Nya dan segera menuliskannya dengan data yang terbatas, picture yang kurang bagus dan fasilitas jaringan yang relatif sulit esok harinya dapat mempublish dua catatan :

[caption caption="dengan nama pena Abanggeuntanyo, berjumpalah di Banda Aceh pic : dok.pribadi"]

[/caption]

Kompasianers Share And Connecting Terbukti Ajaib

Dari catatan perjalanan ini di luar dugaan penulis, ternyata beberapa Kompasianers Aceh diantaranya Bang Zulkarnain, Pak Thabrani Yunis, Toean Datoek Kriko Syukri Muhammad Syukri juga Abanggeuntanyo meninggalkan komentar responsive yang sangat membahagiakan penulis . . .

Maka setelah sampai di Bandung penulis merasakan dengan yakin bahwa salah satu keunggulan masyarakat Aceh adalah respon positif terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya.

Sejarahpun bisa membuktikan itu, bahkan beberapa hari sampai di Blang Bintang dengan ringan hati dua perempuan asli keturunan Aceh mengajari kue tradisional di sebut – sebutlah timpan, konon dalam peribahasa masyarakat “tidaklah jadi lebaran jika tidak membuat timpan”.

Respon yang berlanjut hingga copy darat dengan Kompasianers Aceh, penulis lakukan bersama putera dan puteri cucu juga mantu dapat kami bertemu dengan Abanggeuntanyo ; Bang Faisal kami panggil demikian saat sms pertamanya masuk.

Salah satu rencana – Nya adalah perjumpaan yang ajaib ini, sore menjelang maghrib tanggal 3 desember saling menyempatkan diri bershilah ar Rahim.

Bincang – bincang ringan sebagai juga quality time bagi kami, dari   Abanggeutanyo sempat beberapa hal beliau ungkapkan tentang dunia tulis menulis, bagaimanapun bagi #Makhluk_Udik berjumpa seorang penulis tanpa melihat level dan popularitas selalu menarik di tanyakan, “kenapa ia suka menulis dan share di Kompasiana ?”.

Abanggeuntanyo secara nyeletuk renyah, katanya : “sejak dari SD saya suka menulis hingga Ibu Gurunya bosan karena tulisan selalu panjang – panjang” di Kompasianalah saya bisa melepas beban fikiran yang melekat di kepala.

Katanya lagi :

  • Dengan menulis keresahan dan kegundahan yang ada difikiran dapat di lepaskan, selalu banyak hal ingin diungkapkan.
  • Dengan menulis kita dapat mengatakan dalam forum khalayak yang lebih berakhlak, karena saat menulis kita harus memilih kata dan kalimat yang tepat disamping Kompasiana sebagai blog keroyokan itu bukan rumah kita, sebagai penulis kita adalah tamu yang harus memegang akhlak dan adab bertamu.
  • Setelah menulis si Abang melepas tulisannya dan tidak pernah memikirkan klik dan posisi, lepaskan dan bebas . . .
  • Menulis menjadi hiburan malam malamnya yang tersisa, pengisi waktu biar lebih memberi manfaat khususnya secara pribadi semoga juga bagi pembaca

Dalam inbox beta yang tayang di Kompasiana beliau sempat menyampaikan pernah tinggal di Bandung, lalu dalam obrolan nyaris menjelang isya saat kami katakan :

“mending tinggal di Bandung atau tinggal di Aceh ?”

Jika boleh memilih antara tingga di Bandung dengan di Banda Aceh, saya akan lebih memilih tinggal di Bandung pertama cuaca cukup sejuk cocok bagi diri dan keluarganya, salutnya lagi orang Bandung rerata mendalami dan memahami Islam itu mendalam dan modernis, saya suka . . .

Namun saya menjelang pensiun ingin menetap di Banda Aceh sebagai tanah kelahiran.

Tubuh jangkung khas laki – laki Aceh melesat di jalan lengang pada keramaian Kota Banda Aceh yang beberapa tahun kedepan akan mengalami kemacetan yang sama parah-nya seperti Bandung dan Jakarta

jika tidak diwaspadai oleh pemangku kebijakan sebagaimana hendaknya Pemda memikirkan pembatasan kendaraan bermotor, kebijakan penjualan mobil dan motor, pelayanan angkutan umum yang logis menata supir yang bersertifikasi.

Ah . . . ya terima kasih Bang Faisal sapa hangatnya plus teh Tarik dan sebagainya, terima kasih Kompasianers Aceh yang responsip semoga suatu saat bisa jumpa juga.

 

 

Salam Share dan Connecting

Ciburial – Bandung 25 Shafar 1437 H / 7 Desember 2015 M

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun