[caption caption="Ayam pramugari bertabur penuh daun jeruk dan daun pandan beraroma khas pic : dok. pribadi"][/caption]
Bentangan pemandangan gunung yang berjajar indah hijau sejuk menakjubkan dan tak mudah terlupakan adalah kreasi alam yang mahal sekali sekitar Jalan Bandara Lama, samping Pertamina Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang.
Rupanya pesona alam seindah itu hanya sepintas saja oleh penduduk dan pengunjung sekitar di pandang dan diamati sejenak, mereka memang berfokus untuk mengisi perut disiang cerah akhir pekan Sabtu 21 November 2015.
Atau mereka beranggapan pemandangan ini biasa – biasa saja sehari – hari memang seperti itu, terjebak dalam fikir yang monoton karena indahpun jika rutin terkesan tak tampak indah lagi.
Dan penulispun menyapu pandang keseluruh ruang dalam rumah makan yang padat pengunjung, dan banyak mobil juga motor berleter BL tanpa petugas parkir disana. Setiap pengunjung bebas memarkir kendaraannya dimana mereka suka dan merasa nyaman.
[caption caption="potongan kecil puzzle pemandangan yang menakjubkan, pic : dok. pribadi"]
Tentu saja untuk ukuran Kota Bandung ataukah Jakarta, Malang dan Surabaya tempat ini relative sangat sederhana terkesan alakadarnya saja baik interior demikian eksterior semua pengunjung tidak memperdulikan itu . . . tidak penting !!
Hal utama dan terpenting mereka mengejar kuliner berlabel Ayam Pramugari dan Ayam Tangkap sedang mitra kenikmatan lainnya adalah kari kambing, kari ayam, burung berki goreng plus minuman kates dan es mentimun.
Bahkan para pelayan yang menata dan mengirim hidangan ke meja – meja yang saling berganti – ganti pengunjung ibaratnya kosong isi kemudian pengunjung satu meja berdiri dan isi lagi mereka tampil ala kadarnya jauh dari necis, harum dan bergincu . . . ya karena hampir keseluruhannya laki – laki berwajah campuran agak mendekati Arab atau mungkin India entahlah, awak tak menanyakannya pula ya.
[caption caption="ayam segar digoreng panas berempah nikmat, pic : dok. pribadi"]
Mohon maaf terabaikan tentang hal yang satu ini ; berharap ada Kompasianers Aceh yang menambahkan !
Para pengunjung baru dan pelanggan tak seorangpun usil tentang gaya mereka . . . . . tidak terlalu urgen di tingkat persaingan yang ada.
Akan tetapi jika megingat ucapan salah seorang ulama di Jawa – Barat bahwa kata Aceh, singkatan dari : Arab – China – Eropa dan Hindi. Nach ini – pun bagi #makhluk_udik Bandung coret akurasinya musti di konfirmasi kembali kepada ahli Sejarah Tanah Rencong ini.
Gambling . . . juga.
Seusai menyantap Ayam Pramugari, penulis sempat berjumpa dengan pemilik rumah makan Adytia Jaya Pak Sofyan Hs. dan menanyakan beberapa hal, diantaranya :
“Apa sich perbedaan antara ayam tangkap dan ayam pramugari ?”
Disela – sela kesibukan beliau mengawasi para juru masak ayam tangkap dan ayam pramugari, Pak Sofyan dengan suka cita menjawab :
“Sesungguhnya dari racikan dan cara menggoreng keduanya sama saja, jika ayam tangkap dipotong – potong ; sedang ayam pramugari itu utuh dengan kaki yang panjang dan besar – besar tinggi . . . maka disebutlah ayam pramugari”
[caption caption="tabur penuh daun jeruk, daun pandan . . . berselera pic : dok.pribadi"]
Ada beberapa macam daun – daun khas yang menjadi semacam asesoris hidangan ayam pramugari, kami santap dengan rasa kare kambing yang gurih, saos bawang merah mentah dengan lombok rawit plus jeruk dan kecap . . . rasa – rasanya penulis seakan kembali ke suatu alam di masa lalu saat kakek dan nenek buyut panen padi di ladang – ladang hijau berlimpah kesuburan, suara gemericik air dan cicit – cuwit burung – burung pemakan padi yang ladang itu kini telah menjadi hutan – hutan beton . . . . pun kakek buyut kami telah lama tiada.
Sesungguhnya pengunjung tidak akan dirugikan dengan satu ekor ayam pramugari enam puluh ribu rupiah relative cukup murah jika berdua atau bahkan berempat, bagi kami bisa berlima, ayam tangkap juga harganya sama.
[caption caption="kare kambing mitra kenikmatan ayam pramugari, pic : dok. pribadi"]
Kare daging ayam dan kare daging kambing satu porsi dua puluh lima ribu rupiah, hehehe . . . jika makan disini satu kali seumur hidup apalah nilainya dengan pengalaman yang bisa di ceritakan ke anak cucu plus seluruh jenis minuman berharga lima ribu rupiah, Pak Sofyan menyiapkan es jeruk, kates, mentimun juga the manis.
Beliau sangat berpengalaman mengelola ayam pramugari dan ayam tangkap goreng, dengan omzet 300 ekor saat hari ahad tiba dan saat ditanyakan telah berapa lama berjualan, ia menjawab ringkas sebelum Tsunami kami telah berjualan.
Keterbatasan signal, kualitas picture yang anjlok dan fasilitas note book yang mendadak padam karena kabelnya terbakar tetap ingin berbagi.
Diupayakan untuk publish hari ini . . .
Salam share and connecting
Desa Cot Mancang Kecamatan Kotabaru
21 November 2015 M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H