Sekolah Juara di Panyileukan
Sebelum masuk jam 12.30 penulis masih sempat melaksanakan shalat dzuhur, di satu mushalla yang mungil terletak mengahadap gate Sekolah Juara dan posisinya mudah ada di depan kelas para santri ( siswa ) Sekolah Juara.
Disekitar bangunan masih terbentang pesawahan yang luas dan ada beberapa kebun yang subur di cuaca panas dan hujan hampir jarang turun, asri sejuk dan sangat menyenangkan.
Kelas – kelas sederhana cukup terawat dan bersih, di depan kelas masing – masing tertata rak sepatu sehingga di dalam kelas para santri tanpa alas kaki jaminannya lantai sangat bersih
Bahkan di kelas IX yang penulis kunjungi sepintas ada satu karung penuh sisa gelas minuman kemasan yang disusun rapiiih . . . di letakkan diatas lemari dalam kelas.
Maknanya bagi penulis bahwa para guru dan santri di Sekolah Juara ini sadar tentang kebersihan lingkungan dan bahayanya gelas kemasan jika berserakan tidak dihimpun dengan secara bijak.
Good Job Bapak dan Ibu Guru.
Sebagaimana informasi yang penulis terima dari Bapak Musthofa yang dengan ramah dan berbaik hati mengantarkan penulis hingga Kiara Condong saat usai kegiatan Pekan Berbagi Senyum, bahwa santri – santri ( siswa – siswa ) di Sekolah Juara adalah santri yang di bebaskan dari macam – macam beban pembiayaan.
Tentu saja para orang tua calon santri disurvey terlebih dahulu berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditentukan fihak lembaga Rumah Zakat; haruuu . . . dengan kebijakkan yang dilakukan Rumah Zakat, disaat biaya pendidikan sedemikian muaahaaal masih ada yang peduli, mungkin tidak banyak yang dapat ditampung dan di pilih akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah siswa Indonesia yang putus sekolah
tapi mereka berani berbuat dan berani menanggung resiko.
Penulis sangat mengapresiasi program ini, karena dengan memberi kita akan mendapat banyak apapun bentuknya dengan diam saja tidak berbuat pasti rugi; semoga nanti ada kelanjutannya dan penulis ingin berbagi senyum tidak sekedar senyam senyum tidak keruan, bingung bagi yang menyaksikannya.