Â
[caption caption="berbagi senyum di Sekolah Juara Panyileukan Bandung, pic:dok.pribadi"][/caption]
Â
Rumah Zakat nama yang cukup ramah tentunya bagi sebagian dari kita yang pernah memanfaatkan kemudahan – kemudahan dalam berzakat di era teknologi informasi saat ini.
Ada sekitar 50 lebih service point di seluruh Indonesia yang mempermudah umat untuk meyalurkan dana sosial selanjutnya disalurkan sesuai peruntukkannya.
Diantara kemudahan yang bisa di manfaatkan umat adalah donasi via kantor pos, transfer antar rekening dan donasi online bahkan visitin’ conter mudah, dan tentu waktu akan lebih efektif.
Penulis menjadi salah satu yang sangat beruntung memperoleh share informasi dari salah seorang blogger yaitu Neng Lygia Pecandu Hujan tentang program amal berbagi senyum.
Prinsipnya Rumah Zakat memberi peluang pada siapapun juga untuk mengunjungi Sekolah Juara dan berbagi ilmu apa saja, dalam Program Pekan Berbagi pakai tagar = share happening =Â Â sesuai waktu dan jam tersedia bagi calon relawan ada beberapa opsi pilihan.
Tidak sulit menjadi relawan bagi siapapun bahkan cukup mudah terjun sebagai relawan dadakan, ilmu yang kita bagi apapun bisa kita sampaikan.
Berbagi senyum
Karena salah satu persyaratannya adalah mendaftar via email dengan format formulir yang telah disiapkan oleh fihak Rumah Zakat, mendaftar dengan niat menimba ilmu, bukan hanya bagi – bagi senyam – senyum tak tentu juntrungannya akan tetapi yang di maksud adalah berbagi amal dengan ikhlas disimbolkanlah dengan kata ‘senyum’
Sejak 9 Oktober kami saling berkomunikasi baik lewat e_mail demikianpun by sms dengan cukup intensif bahkan pada 22 Oktober 2015 sekitar 07 : 44 salah seorang tenaga pengajar di Sekolah Juara – Bandung menghubungi dan menanyakan kesiapan penulis untuk hadir pada senin 26 Oktober 2015.
Alhamdulillah . . . akhirnyapun bisa berkunjung ke daerah Panyileukan kecamatan Cipadung dengan seabreg pengalaman khususnya menempuh perjalanan yang cukup panjang berganti – ganti angkutan kota.
Â
[caption caption="berinteraksi dengan sekitar 25 orang siswa, pic: dok.pribadi"]
Senang juga menembus kepadatan dan kesibukan masyarakat kota yang saling berlomba menyalip jalan demi mengejar waktu.
Akhirnya dengan niat berbagi itulah, #makhluk_udik Bandung coret menempuh perjalanan berliku menggunakan angkot di Kota bandung yang padat, dengan rute :
- Ciburial – Rumah Sakit Santa Boromeus jalan Dago
Jika tidak macet dari pondokan hingga samping rumah sakit Santa Boromeus hanya sekitar dua puluh menitan saja, namun situasi Kota bandung siang itu lumayan selalu saja macet. Bukan rahasia umum makanya penulis mengusahan tiga jam sebelum saat tiba untuk menjumpai para siswa kelas IX di Sekolah Juara.
- Dago Panyileukan Gedebage
Sambil tidak berhenti berkirim sms kepada beberapa orang blogger yang mengerti program ini juga mengetahui lokasi Panyileukan, penulis udik dan awam ini mencoba mencari tahu harus dimana berhenti dan menggunakan angkot jurusan mana lagi setelah sampai di Pasar Gedebage
Pasar Gedebage ini sempat ditulis oleh Almarhum suami ; tentang cimol yang membumi dan saat itu penulis udik menanti di kendaraan dengan menulis beberapa tugas
- Cicadas Cibiru berhenti di SD Al Biruni
Pak Musthofa dari Sekolah Juara memberi arahan lewat sms, agar setelah dari Gedebage menuju Panyileukan menggunakan angkot jurusan Cicadas Cibiru, memang tidak mendapat kesulitan berarti karena ketersediaan angkot di kota Bandung cukup memadai kendati kita sebagai penumpang tidak bisa memilih mana supir yang kompeten dan mana supir yang super ugal – ugalan tidak faham bahwa penumpang ketakutan dengan caranya membanting setir, menginjak rem dan menggas sehingga seperti di ujung maut saja hidup kita ketika itu. Masya Allah !!
Â
Sekolah Juara di Panyileukan
Sebelum masuk jam 12.30 penulis masih sempat melaksanakan shalat dzuhur, di satu mushalla yang mungil terletak mengahadap gate Sekolah Juara dan posisinya mudah ada di depan kelas para santri ( siswa ) Sekolah Juara.
Disekitar bangunan masih terbentang pesawahan yang luas dan ada beberapa kebun yang subur di cuaca panas dan hujan hampir jarang turun, asri sejuk dan sangat menyenangkan.
Kelas – kelas sederhana cukup terawat dan bersih, di depan kelas masing – masing tertata rak sepatu sehingga di dalam kelas para santri tanpa alas kaki jaminannya lantai sangat bersih
Bahkan di kelas IX yang penulis kunjungi sepintas ada satu karung penuh sisa gelas minuman kemasan yang disusun rapiiih . . . di letakkan diatas lemari dalam kelas.
Maknanya bagi penulis bahwa para guru dan santri di Sekolah Juara ini sadar tentang kebersihan lingkungan dan bahayanya gelas kemasan jika berserakan tidak dihimpun dengan secara bijak.
Good Job Bapak dan Ibu Guru.
Sebagaimana informasi yang penulis terima dari Bapak Musthofa yang dengan ramah dan berbaik hati mengantarkan penulis hingga Kiara Condong saat usai kegiatan Pekan Berbagi Senyum, bahwa santri – santri ( siswa – siswa ) di Sekolah Juara adalah santri yang di bebaskan dari macam – macam beban pembiayaan.
Tentu saja para orang tua calon santri disurvey terlebih dahulu berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditentukan fihak lembaga Rumah Zakat; haruuu . . . dengan kebijakkan yang dilakukan Rumah Zakat, disaat biaya pendidikan sedemikian muaahaaal masih ada yang peduli, mungkin tidak banyak yang dapat ditampung dan di pilih akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah siswa Indonesia yang putus sekolah
tapi mereka berani berbuat dan berani menanggung resiko.
Penulis sangat mengapresiasi program ini, karena dengan memberi kita akan mendapat banyak apapun bentuknya dengan diam saja tidak berbuat pasti rugi; semoga nanti ada kelanjutannya dan penulis ingin berbagi senyum tidak sekedar senyam senyum tidak keruan, bingung bagi yang menyaksikannya.
Terima Kasih Rumah Zakat, telah memberikan peluang berbagi.
Â
[caption caption="rumah zakat nan ramah mempermudah umat"]
Salam Pekan Senyum
Â
Â
 15 Muharram 1437 H / 28 Oktober 2015 M    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H