Sejak 9 Oktober kami saling berkomunikasi baik lewat e_mail demikianpun by sms dengan cukup intensif bahkan pada 22 Oktober 2015 sekitar 07 : 44 salah seorang tenaga pengajar di Sekolah Juara – Bandung menghubungi dan menanyakan kesiapan penulis untuk hadir pada senin 26 Oktober 2015.
Alhamdulillah . . . akhirnyapun bisa berkunjung ke daerah Panyileukan kecamatan Cipadung dengan seabreg pengalaman khususnya menempuh perjalanan yang cukup panjang berganti – ganti angkutan kota.
Â
[caption caption="berinteraksi dengan sekitar 25 orang siswa, pic: dok.pribadi"]
Senang juga menembus kepadatan dan kesibukan masyarakat kota yang saling berlomba menyalip jalan demi mengejar waktu.
Akhirnya dengan niat berbagi itulah, #makhluk_udik Bandung coret menempuh perjalanan berliku menggunakan angkot di Kota bandung yang padat, dengan rute :
- Ciburial – Rumah Sakit Santa Boromeus jalan Dago
Jika tidak macet dari pondokan hingga samping rumah sakit Santa Boromeus hanya sekitar dua puluh menitan saja, namun situasi Kota bandung siang itu lumayan selalu saja macet. Bukan rahasia umum makanya penulis mengusahan tiga jam sebelum saat tiba untuk menjumpai para siswa kelas IX di Sekolah Juara.
- Dago Panyileukan Gedebage
Sambil tidak berhenti berkirim sms kepada beberapa orang blogger yang mengerti program ini juga mengetahui lokasi Panyileukan, penulis udik dan awam ini mencoba mencari tahu harus dimana berhenti dan menggunakan angkot jurusan mana lagi setelah sampai di Pasar Gedebage
Pasar Gedebage ini sempat ditulis oleh Almarhum suami ; tentang cimol yang membumi dan saat itu penulis udik menanti di kendaraan dengan menulis beberapa tugas
- Cicadas Cibiru berhenti di SD Al Biruni
Pak Musthofa dari Sekolah Juara memberi arahan lewat sms, agar setelah dari Gedebage menuju Panyileukan menggunakan angkot jurusan Cicadas Cibiru, memang tidak mendapat kesulitan berarti karena ketersediaan angkot di kota Bandung cukup memadai kendati kita sebagai penumpang tidak bisa memilih mana supir yang kompeten dan mana supir yang super ugal – ugalan tidak faham bahwa penumpang ketakutan dengan caranya membanting setir, menginjak rem dan menggas sehingga seperti di ujung maut saja hidup kita ketika itu. Masya Allah !!
Â