Bergeraknya waktu dari menit ke jam dari jam ke hari bertambah jugalah korban jamaah haji tahun ini di #tragedi_Mina, setelah runtuhnya tiang yang di kenal dengan crane sungguh menyesakkan dada dan menyimpan cemas karena ada beberapa keluarga dan kerabat dekat #makhluk_udik Bandung coret, bahkan meskipun begitu sungguh membuat kita semua yang tidak mengalaminya dengan menyaksikan tayangan demi tayangan menanam duka mendalam.
Kita semua dapat memantau dengan seksama saat posting awal dari Umm Mariam jumlah korban beberapa saat setelah kejadian di jalan 204 . . .
Hari ini 24 September 2015 atau 10 Dzulhijah 1436 H, musibah kembali terjadi di Mina. Sampai artikel ini saya tulis, televisi lokal memberitakan dalam musibah itu jamah haji yang tewas telah mencapai lebih dari 300 orang, dan lebih dari 600 jamaah cedera.
Dan saat publish catatan ini korban telah mencapai 717 orang yang luka lebih dari 800 dan yang wafat jamaah haji Indonesia dari pantauan media elektronik ada sekitar 40 orang
Berhamburanlah komentar baik di media eletronik demikian dalam sosmed teriring sesal dari mereka semua terhadap pengelolaan dari pihak panitia Akbar ditunjuklah Pemerintah Arab Saudi apalagi beruntun dengan mushibah kebakaran dan sebelumnya dibuka dengan mushibah yang cukup memilukan di sekitar Ka’bah.
Crane Runtuh
Adalah runtuhnya crane masih sangat terbayang jelas dalam ingatan dan tidaklah mungkin hapus juga punah seketika, di inbox FB penulis masih tersimpan picture menggigilkan tangan kaki dan jiwa, pakaian kerudung bersimbah darah tas paspor dan tas tenteng yang tanpa bentuk karena saat kejadian salah seorang bibi penulis menjadi saksi mata beliau sempat posting dan mengisah kan seperti ini :
[ 13/9 / 00.38] Alhamdulillah berkat doa dari sanak keluarga dan kerabat, saya dan suami sehat wal afiat.
Saat kejadian posisi saya kurang lebih 50 meter dari Makom Ibrahim mengikuti detik demi detik robohnya crane yg tersapu badai, diawali dengan kebakaran di seberang Masjidil Haram, di bawah terowongan.
Debu dan sampah plastik beterbangan.
Langit mulai gelap, semburan hujan mulai terlihat.
Kami sempat takjub dan nge"shoot" sambil terus bertakbir...
Hanya dalam hitungan detik tiba – tiba suara keras sekali sangat mengagetkan, dan suara takbir serta jerit suara semakin kencang terdengar dari berbagai arah.
Saya dan teman – teman yang berangkat bertujuh merunduk, tetapi semburan debu menutupi pandangan ke depan... saya hanya mampu melihat secara samar org di dekat saya bergelimpangan, bahkan ada yang sudah tidak bergerak sama sekali...
Saya dalam posisi sadar dan siaga agak merunduk sambil mundur dan meraih dua teman yang sudah sepuh (usia sekitar 70-an) ; sambil berfikir dan siap (pasrah sepasrah-pasrahnya) bahwa boleh jadi gedung yg luar biasa kokohnya akan runtuh tersapu badai bila Allah berkehendak...
Kami terus merapat ke tembok.
Ternyata dari kepala dan tangan salah seorang teman terlihat cucuran darah yg cukup banyak.
Saya angkat tangannya utk mengurangi cucuran darah....
Sampai disitu saja seluruh pelataran Masjidil Haram sudah terbayang porak porandanya, panik, pilu, kiamat itu tiba di tanah suci . . . di area Ka’bah rumah Nya yang Agung . . .
[caption caption="Shalawat Bagi Nabi Agung Muhammad Saw"]
[/caption]
Mekkah Tempat Berkumpul Yang Aman
Penulis merenung berhari – hari dan berfikir mendalam bahwa disekian banyak ayat, Allah memberikan jaminan keamanan minimal dengan dua surat saja . . .
Kata Allah ini adalah negeri dan tempat yang aman DIA nyatakan :
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. . . . . “
- AlBaqarah (2) : 125
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a : “Ya Allah . . . Ya Tuhanku Jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa . . . “
- AlBaqarah (2) : 126
Jaminan keamanan itu berulang kali kami buktikan dan jamaah yang berkesempatan hadir bertahun – tahun dari berbagai penjuru dunia tidak akan dapat memungkiri janji Nya.
Kenikmatan beribadah disekitar Ka’bah serta area Masjidil Haram dengan aroma semerbak yang menebar baik aroma parfum berlabel Hajar Aswad, ataupun yasmin ; bahkan seribu bunga . . . atau aroma semerbak alam Malakut menjadi semacam maghnit dan daya tarik juga daya pikat . . . bagi penulis secara pribadi dan pasti . . . bagi seluruh kaum muslimin yang telah merasakan kenyamanan berlama – lama melaksanakan paket demi paket thawaf, ruku dan sujud, yakin . . . akan jaminan Allah tentang ‘keamanan’ itu, akan tetapi kali ini tahun 2015 . . . ada pertanyaan besar yang tentu jawabannya perlu investigasi mendalam apa yang salah pada diri kita semua . . . sehingga musibah itu kembali terjadi khususnya di Masjidil Harom wilayah kenikmatan ibadah dan Mina menjadi tempat langganan pertumpahan darah.
Bada Dzawal Waktu Yang Afdhal
Rangkaian prosesi haji secara general :
- Ihram
- Arafah
- Mudzdalifah
- Ifadhah – Masjidil Harom
- Mina
Bagi calon jama’ah haji, prosesi ihram dilakukan di miqat disesuaikan jurusan dan arah para jamaah dengan rangkaian Talbiyah.
Haji Arafah, wisuda Akbar seluruh jama’ah dimuka bumi berkumpul di Padang Arafah menghadiri acara pelantikan yang dalam salah satu hadis pelantikan dilakukan oleh para MalaikatNya dengan cara mereka turun ke langit dunia di mulai bada dzuhur hingga menjelang maghrib, seluruh jamaah wukuf ( berdiam diri ) dengan melaksanakan shalat dzuhur ashar jamak qashar, menyimak khutbah Arafah, dzikir membaca doa – doa pilihan memperbanyak istighfar atau melaksanakan tadarus Al Qur’an.
Mabit berhenti sejenak untuk melaksanakan salat mghrib dan isya jamak takhir mengumpulkan batu (kerikil, dengan bobot perkiraan kita dapat melemparkannya jarak antara 5 – 10m), jika nafar awal mengumpulkan ± 49 kerikil dengan rincian :
- Pada tanggal 10 Dzulhijjah butuh 7 kerikil pelaksanaan Jumrah Aqabah
- Pada tanggal 11 Dzulhijjah butuh 21 kerikil untuk jumrah Wustha ‘ula dan Aqabah
- Pada tanggal 12 Dzulhijjah butuh 21 kerikil untuk jumrah Wustha’ ‘Ula dan ‘Aqabah
dan jika nafar tsani ditambah 21 kerikil lagi untuk pelaksanaan
Jumrah Aqabah, Wustha dan ‘Ula pada tanggal 13 Dzulhijjah sehingga total keseluruhannya 70 batu kerikil.
Para ulama telah sepakat bahwa waktu melempar yang utama dilaksanakan bada dzawal yakni setelah Matahari terbit hingga waktu dzuhur. Lihat disini
Memang dalam ritual penyelenggaraan prosesi ibadah haji ada semacam nafsu masing – masing jamaah siapapun juga mereka ingin melaksanakan ibadah yang terbaik atau paling afdhal akan tetapi tentunya Rasulullah Saw akan memberikan alternatif dan toleransi ibadah yang paling aman dan menyelematkan nyawa, bagaimanapun juga ini bukan merupakan kesimpulan akhir toch dengan kejadian – kejadian memilukan yang sama – sama kita saksikan akhirnya kita masuk dalam kesimpulan alangkah baiknya lebih mengutamakan keselamatan nyawa di banding mengejar keafdhalan waktu menuju Jamarat.
Seperti sepenggal kisah, bagaimana jamaah haji khususnya yang sempat penulis alami saat mereka mengejar waktu bada dzawal dengan tidak memedulikan keselamatan jamaah lainnya.
Seusai Arafah di tahun 1996 penulis bergerak dengan 72 orang menuju Mudzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan kerikil, selesai shalat shubuh kami menuju Mina dengan harapan memperoleh bis sebagaimana sebagian telah bergerak menuju Jumrah Aqabah.
Hingga jam enam pagi rombongan sambil berjalan perlahan ke arah Mina, sebagian bergerak membawa jamaah yang diatas delapan puluh tahun, dan sebagian bertanggung jawab membawakan beberapa perbekalan jamaah yang telah sepuh. Ketika waktu menunjukkan sekitar jam 07.40 rombongan yang menuju arah Mina bergerak sebagian yang bisa menumpang bis akhirnya juga semua bis berhenti bergerak muncul rombongan besar sekitar dua hingga tiga ribu orang dari arah Mina dengan garang merangsek jamaah yang hendak ke Mina, mereka tinggi besar berkulit legam bertakbir dan bertalbiyah namun seperti buldoser raksasa tidak peduli makhluk disekitarnya.
Saat itu seluruh perbekalan yang penulis bawa diantaranya dua ember besar berisi macam – macam buah – buahan yang kesemuanya titipan jamaah haji yang sudah sepuh demikian teko pemanas, cangkir – cangkir steanlles berhamburan, juga thermos.
Jika berangkat setelah tahun 1996 hingga 2015 ini pemerintah Arab Saudi menyiapkan air minum panas yang cukup, buah – buah yang berlimpah dan menu makanan yang memadai, jadi jamaah haji menuju Arofah tidak perlu repot membawa thermos dan pemanas air.
Kami menepi menyelamatkan diri dan semua yang berhamburan diinjak mereka dengan tanpa peduli ; bahkan beberapa teman laki – laki menyelamatkan diri menuju bawah – bawah bis yang tengah yang berhenti dengan ihram yang terlepas dan berbagai keadaan jamaah kepanikan.
Alhamdulillah ketika itu tidak ada korban, paling cedera – cedera sedikit, akan tetapi dari kejadian tahun 96 itu terbayang bahwa kelompok jamaah Afrika ( entah dari negara mana ) melakukan jumrah bada dzawal saat fajar pergi dan muncul Matahari . . .
Rombongan penulis yang 72 orang saat buldoser merangsek mereka terpencar dan banyak yang tersesat meskipun pada akhirnya sampai di Mina sebelum waktu isya.
Otomatis menggunakan fatwa selain bada dzawal.
Yang tepat dalam masalah ini, bolehnya melempar jumroh pada hari tasyriq sebelum zawal pada kondisi hajat saja. Namun waktu yang afdhol adalah setelah zawal karena hal ini disepakati oleh para ulama.
dari pengalaman secara individual dan bahkan kita calon yang akan berangkat haji pada tahun yang akan datang minimalnya perlu perlindungan dan pengamanan diri masing – masing; diantara yang dapat kita lakuan untuk Jumrah :
- Lihat Situasinya jika memang tidak berbahaya untuk keselamatan jiwa bisa dilaksanakan ba’da dzawal sebaiknya lakukan jumrah saat itu, jika tidak jangan terlalu bernafsu tunggu hingga jamaah mereda
- Jika dilantai satu sedemikian membludak, alternatif dapat dilakukan di lantai dua atau tiga
- Sejak awal prosesi hendak jamaah berkoordinasi dengan Karu ( ketua regu) Karom (Ketua Kloter)
- Selalu bermunajat kepadaNya mohon selalu perlindungan diperbanyak Istighfar dan banyak peduli kepada orang yang buruh pertongan disekitar kita, karena kesholehan sosial InsyaAllah akan menjadi wasilah bagi keselamatan personal.
Dan sedikit kita melihat juga menyimak makna kata Mina sendiri jika meninjau buku KH Muchtar Adam di halaman 131 :
- Bermakna kurban, karena dimina terletak Jabal Qurban tempat menumpahkan darah
- Bermakna “harapan” diistilahkan sebagi Muna, karena Nabi Adam As ditempat inilah mengharapkan surga.
Menyimak makna ini, penting kita renungkan bersama bahwa tidak hanya semata dan sekedar hewan yang dikurbankan, atau membayar dam (denda) bagi yang melakukan pelanggaran demi pelanggaran saat prosesi ibadah haji bahkan sudah banyak dirilis kejadian demi kejadian tragedi Mina hingga delapan kali dan ini . . . dirangkum dari data Khaleej Times :
- 2 Juli 1990 sebanyak 1426 korban tewas.
- 23 Mei 1994, Mina kembali memakan korban, 270 tewas.
- 9 April 1998, sebanyak 118 korban mati syahid di Mina.
- 5 Maret 2001, Mina kembali menelan korban 35 tewas.
- 11 Februari 2003, sebanyak 15 orang meninggal.
- 1 Februari, 250 jemaah pelempar jumrah tutup usia di Tanah Suci.
- 12 Januari 2006, jumlah jamaah yang syahid 364 orang tewas.
Semoga seluruh jama’ah yang wafat menjadi syuhada nya Allah dan semoga ini menjadi pembelajaran semua fihak sehingga kedepan tidak terulang kembali kejadian dengan kesalahan yang sama.
Reference :
Muchtar Adam. Tafsir Ayat – Ayat Haji Menuju Baitullah Berbekal AlQuran.
Bandung : Al-Bayan Mizan, 1426 H / 2005 M
Ciburial Bandung ; Senin 14 Dzulhijjah 1436 H / 28 September 2015 M
DUKA CITA MENDALAM
BAGI SELURUH DUNIA YANG TENGAH BERKABUNG
ATAS MUSIBAH RUNTUHNYA CRANE DAN TRAGEDI MINA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H