Mohon tunggu...
Roslina Martiana
Roslina Martiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Murid

Mulia dalam setiap do'a ibunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesta Pernikahan

11 Juni 2023   23:50 Diperbarui: 12 Juni 2023   00:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu cantik sekali hari ini"

"Ih cantik banget sih"

"Wah cantik banget bikin pangling"

 Ujar setiap orang yang melihatku. Dan aku hanya bisa tersenyum, tersipu malu setiap mendengar kata-kata pujian yang terlontar oleh orang-orang yang hadir pada hari itu. Hari spesialku. Hari pernikahanku dengan seorang pangeran yang datang dari langit. Pangeran tampan. Tetapi ia tidak  berkuda, melainkan menggunakan kendaraan beroda dua yang manusia umumnya menyebut kendaraan itu dengan istilah moge alias motor gede. Terlihat gagah sekali. Kami akan berdansa berdua bak ratu dan raja sehari. Bahagia sekali aku hari itu.

Karena beberapa bulan belakang sahabat-sahabatku, sebut saja mereka Naila dan Safa. Mereka selalu overprotektif terhadapku, tepatnya selalu overprotektif kepada siapapun yang ingin mendekatiku, tidak boleh aku dekat dengan orang yang seperti ini, tidak boleh orang yang seperti itu. Harus sesuai dengan kriteria yang mereka buat.

Safa selalu curhat tentang pasangannya yang super banyak hingga ia bingung memilih mana yang akan dijadikan pasangan hidup. Sedangkan Naila, perasaannya masih saja digantung oleh pria idamannya. Dan betapa terkejutnya mereka ketika kami hangout, aku memberikan sebuah undangan bertuliskan namaku dan nama pangeranku. Betapa terkejudnya mereka. Seseorang yang selalu nyaman dengan kesendiriannya. Selalu mereka bentengi ketika ada laki-laki yang akan mendekati, tiba-tiba memberikan undangan pernikahan.

"Tidak. Tidak. Apa-apain ini"

"Iya nih. Diem-diem. Sat set sat set" gerutu mereka.

Untuk beberapa saat aku tersenyum mengingat percakapan dan wajah kesal mereka. Namun sekarang harusnya mereka berbahagia melihatku bahagia.

"Saya terima nikah dan kawinnya Layla Noor Binti Herman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagiamana saksi? Sah?"

"Sah" jawab serempak orang-orang yang hadir.

"Alhamdulillah."

Setelah ijab kabul selesai, aku dan pangeran berjalan menuju panggung pelaminan. Memegang erat lengan pangeran sambil melambai-lambaikan tangan. Melemparkan senyum bahagia pada wajah-wajah yang ikut bahagia melihat kami. Setelah sampai di panggung pelaminan, semua tamu menghampiri kami untuk mengucapkan selamat. Aku tersenyum sambil bersalam-salaman. Tamu yang berdatangan banyak sekali sampai keram pipi ini karena terus tersenyum. Dari kejauhan aku melihat Naila dan Safa berjalan beriringan menaiki panggung pelaminan aku dan pangeran. Aku memberikan tangan untuk mengajaknya bersalaman. Ku kira ia akan menyambut hangat salamanku. Tetapi tiba-tiba ia menepuk-nepuk pipiku.

"La, La bangun La! Sebentar lagi akad sahabatmu mau dimulai La."

"La bangun! Bisa-bisanya ketiduran dipesta pernikahan orang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun