Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencerdaskan bangsa Indonesia. Untuk bisa membina siswa agar berhasil dalam pendidikannya, pendidikan harus mencakup seluruh aspek pendidikan seperti kemampuan kognitif(berpikir), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) (Susanto, 2013: 85).Â
Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan literasi sains. Huda,et.al (Rahayuni:2016) mengatakan jika pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah alat yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu meningkatkan pribadi yang memiliki literasi sains yang baik karena sains memuat asas pendidikan yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Masalah yang terjadi di Indonesia adalah ditemui bahwa literasi siswa masih sangat rendah terutama dalam literasi sains. Hal ini sangat disayangkan mengingat pentingnya kemampuan literasi siswa untuk memajukan dirinya yang akan berpengaruh pada kemajuan bangsa.Â
Hasil data PISA (Program for International Student Assessment) Hasil studi PISA 2018 menggambarkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam literasi sains, nilai rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan nilai rata-rata OECD yakni 489. Ada yang menarik dalam capaian PISA 2018, yaitu diketahui bahwa Indonesia ada pada kuadran low performance dengan high equity. Kemudian, ditemukan juga bahwa gender gap in performance ketimpangan performa belajar antara perempuan dan laki-laki tidak besar. Siswa perempuan lebih baik dari siswa laki-laki dalam semua bidang di PISA.Â
Diketahui juga bahwa para guru di Indonesia tergolong memiliki antusias yang tinggi. Antusias para guru Indonesia termasuk empat tertinggi setelah Albani, Kosovo, dan Korea. Namun, kebanyakan guru masih belum memahami kebutuhan setiap individu muridnya.
Berdasarkan hasil  studi  PISA yang  menunjukkan  literasi  siswa Indonesia masih rendah hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian guna meningkatkan literasi sains siswa. Identifikasi masalah dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan siswa di SDN Sekepeuris 02 agar mengetahui kemampuan literasi siswa dan proses pembelajaran dikelas 5 SD.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa mereka merasa sangat terhambat dengan adanya pembelajaran secara daring ini.Â
Mereka mengaku kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran mengingat belum semua guru dapat mengoperasikan perangkat dan aplikasi pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu guru hanya bisa memberikan tugas dan materi yang harus dipelajari secara mandiri.Â
Selain itu, tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai untuk mendukung tercapainya keberhasilan belajar.Â
Oleh karena itu sekolah memutuskan untuk melakukan pembelajaran melalui Whatsapp Group baik dalam pemberian materi, pemberian tugas maupun diskusi.Â
Sejauh ini cara tersebut sebetulnya belum bisa dikatakan efektif karena masih butuh pendampingan orang tua, sedangkan tidak semua orang tua bisa mendampingi anaknya dalam pembelajaran di rumah, sehingga banyak siswa yang tidak mengerjakan tugasnya dan mengumpulkan tidak tepat pada waktunya.