Mohon tunggu...
Antonia Rosita
Antonia Rosita Mohon Tunggu... Jurnalis - Youtube Specialist

semana mestinya sebagai makhluk hidup yang diciptakan dengan sempurna kita harus dapat selalu bersyukur menerima kenyataan sekalipun yang buruk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Smartphone Berdampak Technostress, atau Hidup Tanpanya Meresahkan?

19 Agustus 2024   21:45 Diperbarui: 20 Agustus 2024   21:27 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak sedikit manusia bisa terlepas dari genggaman smartphone, kini ponsel pintar tersebut sangat sangat sangat melekat pada kehidupan kita.

Dewasa ini, smartphone telah meluncurkan berbagai fitur menarik bagi penggunanya hingga membuatnya candu, bahkan hampir tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-harinya. 

Karena smartphone yang kita genggam dapat memanjakan kehidupan kita.

Namun, tak sedikit dari mereka merasa capek akan adanya kecanduan tersebut, atau berbagai informasi yang terlintas di ponsel genggamannya.

Banyak informasi yang berseliweran dapat mengakibatkan pengguna mengalami technostress.

Apa yang Dimaksud Technostress?

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 

Bisa dibilang bahwa si pengguna masih belum siap menyikapi fenomena yang terjadi di smartphonennya hingga mengakibatkan gangguan kesehatan mental.

Sobat Kompasiana, pernahkah kalian mengalami technostress ini? Jika pernah bagaimana tips kalian mengatasi permasalahan ini? Apakah kalian bisa hidup tanpa ponsel pintar kalian??

Pengalaman Technostress dan Cara Mengatasinya

Semester 7 merupakan semester di mana para mahasiswa melaksanakan magang atau pengerjaan skripsi bukan?

Yapsss, pengalaman saya mengalami technostress dimulai dari semester 7, dimana teman-teman saya sudah meninggalkan kampus sementara waktu untuk magang di berbagai perusahaan impian mereka.

Dengan begitu berbagai postingan hari pertama magang hingga keseharian mereka di tempat baru dipostingnya di akun sosmed mereka.

Namun, tidak dengan saya yang masih harus menetap di kampus karena dua lain hal saya tidak memutuskan untuk melakukan magang di semester 7.

Empat bulan berlalu, teman-teman saya sudah mulai kembali ke kampus untuk melakukan seminar magang. 

Kebiasaan saling posting mengucapkan selamat atas pencapaian seminar magang di sosmed khususnya Instagram, membuat saya mengalami technostress.

Technostress yang saya alami yakni belum siapnya saya menerima informasi bahwa teman-teman saya sudah satu atau dua langkah lebih cepat daripada saya.

Mereka sudah berhasil melakukan seminar magang ataupun proposal skripsi, sedangkan saya?

Saya masih berkelahi dengan isi otak kepala saya, topik atau isu apa yang akan saya teliti.

Selain itu, saya masih berjuang mendapatkan nilai 3 sks dengan dosen kiler dan hiruk pikuk di kelas internasional.

Postingan selamat atas pencapaian di Instagram membuat saya capek untuk bermain sosmed tersebut.

Niat buka sosmed untuk melepas penat, eh justru saya merasa capek dengan postingan teman-teman yang berseliweran.

Hingga akhirnya saya memutuskan untuk off dari sosmed khususnya Instagram, Tiktok, X, dan WhatsApp, sehingga teman-teman bahkan orang tua saya sendiri sulit untuk menghubungi saya.

Saat itu saya berpikir, bahwa saya masih sanggup berkomunikasi dengan dosen pembimbing saya perihal skripsi melalui Teams atau jumpa langsung di kampus.

Saat itu juga, saya berpikir harus fokus skripsi-an dan menyelesaikan matakuliah saya agar bisa menyusul langkah teman saya.

Kehidupan tanpa bersosial media ternyata bisa buat pikiran kita jauh lebih tenang. 

Informasi yang kita terima tentu tidak terlalu banyak dan baik untuk kondisi kesehatan mental kita.

Kembali ke Alam

Pengalaman saya tanpa smartphone bersama teman-teman di alam terbuka.

Dokumentasi Palawa Uajy
Dokumentasi Palawa Uajy

Singkat cerita saya tergabung dalam UKM MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam), dimana ketika latihan dasar selama 7 hari di alam, ponsel kami diambil.

Tujuh hari hidup bersama teman-teman di hutan, sungai, goa, tanpa adanya smartphone membuat kehidupan kembali ke tahun 80-an mungkin?

Selama kegiatan berlangsung, kami benar-benar tidak bisa sekejap pun untuk menyentuh ponsel kami.

Berbagai informasi yang berseliweran di media sosial tentu tidak dapat singgah di pikiran kami. 

Kami pun juga terbebas dari overthinking yang biasa kami alami ketika setiap hari menggenggam ponsel kami.

Menyatu dengan alam bersama teman-teman sungguh nikmat sekali, bahkan lebih nikmat jika kita hanya berbaring di kasur dengan genggaman ponsel kita.

Hidup Tanpa Smartphone Bikin Resah Gelisah

Di dunia yang semakin digital, sepertinya sulit untuk hidup tanpa smartphone dengan waktu yang cukup lama.

Hal ini dikarenakan, kita hidup sudah berdampingan dengan smartphone kita.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Singkat cerita saya pernah mengalami kehidupan sedikit pahit tanpa adanya smartphone di genggaman saya.

Ketika saya MABA universitas di salah satu kota pendidikan. Minggu pertama kelas dimulai, saya semangat mempersiapkan diri untuk mengikuti kelas di pagi hari.

Di saat itu saya hidup tanpa smartphone dan hanya mengandalkan Line yang masih terpasang di laptop saya.

Karena waktu itu, smartphone saya rusak dan belum diservice. 

Perjalanan kurang lebih 1 jam disertai rintikan air yang membasahi sekujur tubuh saya, akhirnya sampai juga di kampus.

Waktu sudah menunjukkan pukul dimana kelas dimulai dan harusnya ruang kelas sudah dipadati oleh mahasiswa.

Namun, waktu berlalu 15 menit, dosen dan mahasiswa lain pun tak kunjung datang hingga saya bertemu satu mahasiswa lainnya.

Di sinilah kisah pahit kudapatkan, ternyata kelas ditiadakan dan informasi dishare ketika saya mungkin di perjalanan atau bahkan belum jalan.

Saya tidak dapat mengingatnya, tapi itulah yang buat saya susah untuk melepaskan smartphone dari kehidupan saya.

Informasi penting tidak saya dapatkan di waktu yang tepat. 

Keresahan inilah yang mungkin juga dirasakan oleh sebagian manusia bahwa dirinya masih sulit melepaskan smartphone.

Sobat Kompasiana, apakah kalian juga pernah resah jika tidak ada smartphone di dekat kalian? 

Kini, kehidupan semakin digitalisasi, apakah next nya kita tidak bisa luput sekejap pun menyentuh smartphone kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun