Mohon tunggu...
Ni Luh Rosita Dewi
Ni Luh Rosita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Political Analys - Youth Activis

Youth Empowerment

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kita Hanya Tidak Cukup Bijak dalam Menyikapi Romansa Kehidupan

17 Juli 2023   18:20 Diperbarui: 17 Juli 2023   18:36 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menerka Perasaan Manusia. Sumber gambar: pixabay

Sore tadi aku menonton ulang sebuah drama korea yang berjudul 2521, sebuah drama yang cukup terkenal dikalangan pecinta drama. Menggambarkan sebuah kisah cinta yang dimulai dari masa SMA hingga berlanjut. Banyak penonton yang menyimpulkan bahwa drama ini adalah drama sad ending terbaik. Tapi, aku tidak berfikir demikian.

Kisah Na Hee Do dan Baek Yi Jin menurutku adalah romansa paling realistis dengan era sekarang. Terkadang sulit bagi kita untuk memilih antara karir dan percintaan. Meski sebenarnya bisa berjalan beriringan, sebagian orang bisa saja belum cukup bijaksana untuk dapat melaksanakan keduanya dengan baik. Seperti ketika mereka harus menahan diri dalam hubungan jarak jauh. Disatu sisi ada yang terus menerus merasa bersalah dan disatu sisi lainnya ada yang terluka karena harus terus menunggu.

Terkadang Manusia Menjadi Cukup Egois

 Mengingat semua manusia pasti mempunyai beban hidupnya sendiri membuat kita menyadari bahwa segala sesuatu tidak bisa selalu terjadi seperti rencana kita. Ada kalanya kita tidak cukup baik dalam menyikapi rasa lelah yang terjadi akibat beban pekerjaan dan tekanan-tekanan hidup lainnya. Meski tidak semua orang mempunyai kisah yang cukup pelik. Tapi bolehkah aku bertanya seberapa orang yang hidupnya amat bahagia dan sempurna dari segala aspek?

Aku rasa tidak ada yang benar-benar begitu, ada kalanya manusia hanya melanjutkan hidupnya meski tau bahwa ia sudah tidak memiliki semangat seperti awal dimana kisah ceritanya dimulai. Karena memang seperti itu seharusnya, itu sama seperti kita yang tidak bisa memilih mati hanya karena hidup kita melelahkan.

Saat kapan manusia menjadi cukup egois? itu terjadi saat dia hanya mencoba mengerti dirinya sendiri dan orang lain hanya dengan satu sudut pandang tanpa berupaya untuk menkomunikasikan dengan baik. Mengambil kesimpulan dengan menerka-nerka, membuat kita merasa pilihan yang kita ambil adalah yang terbaik. Padahal bisa jadi sebaliknya.

Na Hee Do pernah berkata "Kita hanya berbagi saat kita merasa senang, bukaan saat kita sedih" ungkapan itu mengisyaratkan bahwa bila kita berkomitmen untuk bersama maka kita tidak perlu merasa bersalah hanya karena berbagi rasa sedih bukan kebahagiaan. Ada kalanya kita malah menjadi sedih hanya karena pasangan kita selalu berusaha menceritakan kebahagiaan dan menutupi kesediahannya.

Dan begitulah kisah cinta mereka berakhir.....

Hei, aku sesungguhnya tidak sedang mereview drama ini, aku hanya sedang mencoba mengelaborasi sudut pandang film dan realitas yang sering terjadi pada manusia. Karena yang paling menarik bagiku adalah sosok pemeran drama ini yang berhasil menceritakan kembali romansa masa SMAnya. Meski ia banyak tertawa, menangis, kesepian, terpuruk dan bahagia. Hal yang paling menyenangkan adalah kita mampu menangkap kisah masa lalu dengan cara yang berbeda. Kita tidak lagi menangisinya ketika bercerita.

Lihat, apa yang bisa kalian pelajari?

Life Was Go On

Kita tidak hidup dimasa lalu, meski sempat mengira tidak akan bisa melukapan satu sama lain. Tapi pada akhirnya, kita bisa sampai pada titik untuk melanjutkan hidup kita masing-masing.

Mengingat romansa hidup merupakan cerita paling menarik, ketika dua orang asing bertemu dan terikan secara batin, kemudian harus kembali melepaskan karena memang tidak berjodoh, atau bahkan yang sudah happy ending juga tetap harus merela untuk melepaskan karena salah satunya harus menjemput kematian.

Hidup mengajarkan kita untuk tidak hanya mensyukuri momen indah tapu juga momen sedih yang membuat kita belajar dan menjadi lebih dewasa dari waktu ke waktu. Kita jadi lebih dewasa, meski sering kali tetapi merasa bahwa hidup orang lain lebih sempurna dari hidup yang kita jalankan. Ini mungkin jadi pernyataan yang paling valid, bukankah kita sering merasa bahwa hidup orang lain sangat menyenangkan sedangkan hidup kita tidak?

Hahaha, itu hanya karena kita tidak benar-benar tau apa yang terjadi di hidup mereka sebenarnya. Kurang lebih mereka itu sama seperti dirimu sendiri, saat orang kaya sekalipun tidak berarti bahwa hidup mereka sudah lengkap. Selalu ada pazel yang hilangm itu perlu dicari atau bahkan hanya perlu disadari bahwa tidak ada pazel yang sempurna.

Tapi begitulah hidup, suka dukanya membuat kita bisa belajar sesuatu. Mana kala hidup tidak perlu dianggap terlalu serius sebab luka-luka yang hadir hari ini bisa jadi bukan satu-satunya. Tapi, hanyalah salah satu dari tantangan hidup yang akan selalu kita temui dimasa yang akan datang. Begitu pula dengan kebahagian, bisa saja ia akan datang semakin mendekat tatkala kamu tidak buru-buru untuk memutuskan menyerah. Semua ada waktunya sobat.

Sepertinya jawaban dari tulisan ini, ingin mengatakan bahwa bagaimana kita berlaku dalam hidup itu adalah seperti berada diantara pilihan YA dan TIDAK. Kita benar-benar memilih salah satunya dengan bergantian sesuai dengan kondisi kita masing-masing. Tidak adalah pilihanyang permanen, sebab hidup tidak bisa kamu jalankan hanya dengan idealisme, tapi perlu sesuatu yang realisti. Itu seperti berada dalam pilihan YA dan TIDAK. Tidak ada yang salah dengan kamu yang harus memilih diantara itu karena memang begitulah hidup ini bekerja.

Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri kawan! dalam keterpurukan sekalipun kamu tetap bisa menemukan setitik cahaya yang bisa menuntunmu mengambil jalan berikutnya. Pertanyaan sederhananya adalah, apa kamu bisa menyedarinya atau tidak?

Jalanilah kehidupanmu dengan baik, karena sesuatu yang ditakdirkan menjadi milikmu tidak akan pernah lari, tapi jika ia lari maka dia bukanlah takdirmu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun