Mohon tunggu...
Jenderal Mahasiswa
Jenderal Mahasiswa Mohon Tunggu... Administrasi - Portal Mahasiswa Lampung

Berandanya Mahasiswa Lampung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

#KalianPunyaPotensi

11 Januari 2016   00:26 Diperbarui: 11 Januari 2016   00:47 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Jangan pernah mengecilkan diri dan menghukum diri.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)

Begitu luar biasanya seorang manusia yang diberikan bentuk dan potensi yang sebaik-baiknya. Lebih baik ketimbang makhluk Allah lainnya. Sudah sepatutnyalah bagi kita insan bernama manusia mensyukuri atas apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Jangan sekali-kali kita dustai dan kufuri. Karena azab Allah pedih bagi orang-orang yang tak mau bersyukur.

Generally, manusia itu memiliki 3 potensi dasar dalam dirinya dan tiap-tiap manusia memiliki akan hal itu. Dan potensi ini merupakan potensi penting bagi keberlangsungan hidupnya.

Pertama, potensi fisik. Kita akan menjadi manusia yang memiliki karya yang produktif dan mobilitas yang tinggi manakala kita mampu memanagemen potensi fisik kita dengan baik dan teratur.

Rasulullah Saw bersabda
“Al mu’minuun Qowiyyun khoirun wa ahabbu illah minal mu’minin dho’ifa. Mukmin yang kuat lebih dicintai ketimbang mukmin yang lemah.”

Cobalah kita tengok qudwah kita nabi Muhammad yang hingga usia 63 tahun masih memiliki postur badan yang atletis dan bugar. Dan menurut riwayat bahwa Beliau memulai peperangan ketika usianya 53 Tahun. Tahukah sahabat?

Ternyata Rasulullah memakai baju besi sebanyak 2 lapis dan tentu 1 lapis saja sudah berat. Dan perjalanan menuju medan perang pun juga tak kalah jauhnya berkilo-kilo meter. Sungguh luar biasa, itu mengindikasikan bahwa fisik Beliau sangat-sangat prima. Bagaimana dengan kita?
Inti yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah bahwa tidak selamanya fisik yang baik membawa seseorang kepada kemuliaan di hadapan Allah selayaknya Rasulullah Saw. Justru yang sering terjadi adalah banyak manusia yang memiliki badan tegap, berotot, kekar, macho, seksi, langsing, gitar Spanyol, putih dan lain-lain menjadikannya hina akan keindahan fisiknya tersebut.

Adakalanya seorang wanita yang berpenampilan seolah-olah sempurna tidaklah juga identik dengan kemuliaannya. Bahkan menjadikannya hina karena kegemarannya yang sering mempertontonkan tubuhnya ke khalayak banyak tanpa rasa malu dan takut sedikitpun. Seperti bintang iklan sampo, sabun mandi, cream pelembab dan penghalus kulit dan artis-artis bermental mesum. Baginya ini adalah bentuk pengeksistensian diri. Wajar saja ketika UU Pornografi dan Pornoaksi di sahkan oleh DPR beberapa tahun yang lalu, dia adalah orang yang pertama kali kontra akan UU tersebut. Astaghfirullah.

Dan tak sedikit pula yang stress dengan fisiknya. Bagaimana tidak. Ia harus menjaga keseimbangan kecantikan tubuhnya dan harus menjalankan program-program diet sehingga selera makan terbatasi, hidup terasa sempit, dan terkesan pemaksaan dan penzhaliman diri.

Tapi, intinya adalah potensi fisik haruslah ditempatkan sesuai dengan kepentingan syar’i bukan untuk duniawi. Dan potensi fisik ternyata tidak identik dengan kemuliaan seseorang.

Kedua, Potensi akal. Akal adalah potensi yang begitu istimewa. Dan akal ini hanya terdapat pada seorang makhluk saja, yaitu insan bernama manusia. Itulah yang membedakan antara manusia dengan binatang, tumbuhan, setan, jin, dan malaikat sekalipun. Akal yang diberikan oleh Allah untuk kita seharusnya dimanfaatkan dengan baik dengan memikirkan ayat-ayat kauliyah (tersurat) dan ayat-ayat kauniyah (tersirat). Sehingga tercipta suatu letupan-letupan karya karenanya. Tapi realita yang terjadi tak seindah tujuan awal. Banyak dari manusia menggunakan akalnya untuk mencuri, membunuh, bersilat lidah di pengadilan, memikirkan cara-cara untuk menyingkirkan seorang yang dianggap musuhnya. Dalam benaknya hanya kejahatan, kedengkian, dan keirian terus-menerus. Sehingga menyebabkan orang seperti ini dikatakan sebagai orang yang kerdil. Sungguh apabila akal digunakan dengan baik pada tiap-tiap manusia rasa sakinah akan memayungi bumi dari kerusakannya.


Sebenarnya banyak orang pintar dan cerdas di dunia ini, jangankan di dunia, di Indonesia saja bertaburan orang-orang pintar. Mereka lulus dengan predikat cum laude juga banyak. Pemenang-pemenang olimpiade sains dan matematika bertaburan di Indonesia. Tapi kenapa negeri justru terpuruk akan moralnya. Korupsi merajalela di berbagai sektor. Korupsi yang dilakukan pun tidak tanggung-tanggung berkisar ratusan juta hingga triliunan rupiah. Kalau kita bisa telaah tidak mungkinlah orang bodoh melakukan itu. Kalau menurut saya orang bodoh palingan bermain di kisaran jutaan rupiah saja. Pastilah ia orang yang pintar mencari alasan atau pintar melobi pihak ketiga dan pintar mengkalkulasi kecurangan, dan lain sebagainya. Dan pula seorang anak yang pintar justru berani melawan orang tuanya yang secara pendidikan jauh di bawahnya. Ia berani menipu orang tuanya dengan alasan untuk duit kursus namun digunakan untuk hura-hura bersama teman-temannya. Na’udzubillah.

Sehingga semakin jelaslah akal yang pintar dan cerdas tidak identik dengan kemuliaan seseorang.

Dari kedua potensi yang disebutkan di atas yaitu potensi fisik dan potensi akal tidak identik dengan kemuliaan seseorang. Tak berlaku hokum, semakin bagus fisik seseorang dan semakin pintar seseorang maka mendapatkan kemuliaan. Dan sebaliknya. Tak akan berlaku hokum seperti itu. Walaupun di dunia ia merasa angkuh, merasa paling besar, merasa hebat, merasa kuat, tapi tidak nanti ketika di akhirat. Dan perlu diingat juga bahwa fisik itu lama-kelamaan akan kendor, keriput, tak tampak bagus lagi dilihat. Begitu juga akal yang pintar akan hilang dengan semakin menuanya seseorang, kualitas berpikirnya lama-kelamaan akan terkikis. Seperti itulah. Janganlah bersandar kepada kedua potensi tersebut kecuali digunakan dengan syar’i sesuai tuntunan al-Qur’an dan as Sunnah.

Terus… potensi yang terakhir adalah potensi yang semua manusia memilikinya dan mampu untuk diarahkan.

Tergantung dari manusia itu sendiri. Apabila ia baik maka seluruh anggota tubuhnya dan amalnya akan baik dan apabila ia buruk maka keburukan pula yang akan terjadi. Potensi tersebut adalah qalbu (hati).

Aa Gym mengatakan bahwa ada 3 kategori hati

Qalbu Maridh (Hati yang sakit)
Ciri-ciri orang memiliki hati yang sakit, tak ubahnya seperti gelam kusam yang berisikan air keruh. Jangankan sebutir debu yang mencemarinya, paku payung, jarum, silet atau patahan cutter sekalipun yang masuk, tidak akan terlihat.

Orang yang menderita qalbun maridh akan sulit menilai secara jujur apa pun yang Nampak di depannya. Ia terkena virus megaloman.

Intinya adalah dalam qalbun maridh ini terdapat dua sisi yang beriringan. Sisi kecintaan kepada Allah dan keimanan dan juga sisi rasa cinta terhadap hawa nafsu, mementingkan kehidupan dunia, ketamakan terhadap kesenangan.

Qalbu Mayyit (Hati yang mati)
Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang mati. Kendati dicubit, dipukul, digorok, di tusuk, tidak akan terasa karena sudah mati. Ciri utama hati mati ini adalah penolakan kebenaran dan ayat-ayat Allah serta berlaku zhalim terhadap diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya.

“Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?

Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi: 57 "Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah: 7)
Oleh karena itu orang yang memiliki hati seperti ini tidak mengenal Tuhan dan hakikat dari ma’rifatullah. Karena hawa nafsu sudah menjadi masinisnya, ia hanya duduk di gerbong VIP yang mewah tanpa mempedulikan dibawa ke mana oleh si masinis tersebut.

Qalbu Shahih (Hati yang sehat)
Hati yang sehat sama halnya dengan tubuh dan akal yang sehat. Ia akan berfungsi dengan optimal tanpa ada gangguan yang berarti. Di antara cirri orang yang hatinya sehat adalah hidupnya diselimuti mahabbah dan tawakal kepada Allah. Dengan begitu, ia tidak akan berlebihan dalam mencintai makhluk. Ia bisa menempatkan cinta pada porsinya. Dan ia bersikap adil terhadap cintanya. Dan begitu pula ketika ia membenci sesuatu ia berlandaskan pada kebencian sesuatu tersebut karena Allah.
Hati yang semakin bersih hidup akan selalu diselimuti rasa syukur terhadap semua kondisi. Walaupun bertubi-tubi bencana, musibah, dan rintangan menghadang dirinya, ia tetap tsabat (teguh) akan prinsipnya dijalan Allah. Tak sedikitpun keinginan untuk jauh dari jalan tersebut.

Teringat dengan nasyid “Jagalah Hati” yang populer beberapa tahun yang lalu.
Bila hati kian bersih, pikiran pun akan jernih, semangat hidup nan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlaq kian terpuruk, jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah tetap senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terimpit, lahir batin terasa sakit.

Sungguh luar biasa ketika hati bersih kan! Semuanya jadi enak dan lapang, sakinah terasa dekat, rahmah berlimpah didapat, rezeki insya Allah datang tanpa terduga-duga.
Ingat, potensi dalam diri ini adalah amanah yang harus dijaga dan dikembangbiakkan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pintalah kepada Allah. Dialah yang telah memberikan potensi itu. Pintalah agar potensi-potensi itu dapat dioptimalkan dengan semaksimal mungkin agar tak menyesal di dunia dan tentu saja di akhirat.

Wallahu’alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun