Mohon tunggu...
Rosika Pertiwi Hermansyah
Rosika Pertiwi Hermansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Situs Mengalitikum Gunung Padang Sebagai Ecomuseum

20 Desember 2021   13:10 Diperbarui: 20 Desember 2021   13:17 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.trussty.com

Dibalik eksotisme pemandangan yang ditawarkan dan susunan batu yang luar biasa, Gunung Padang pun disebutkan memiliki berbagai kisah yang menyelimutinya.

Kompleks punden berundak di Gunung Padang ini terdiri atas lima teras yang tersusun dengan ukuran berbeda-beda yang terus mengerucut dan dibangun dengan batuan vulkanik alami berbentuk persegi panjang. Artinya semakin tinggi letak tingkat atau terasnya, maka luasnya semakin menyempit. 

Setiap terasnya memiliki pola-pola bangunan batu yang berbeda dan memiliki fungsinya tersendiri. 

Dalam kosmologi Sunda, dunia manusia disebut Buana Panca Tengah, panca berarti "lima". Hal tersebut menggambarkan bahwa Situs Megalitikum Gunung Padang mengandung makna simbolik mengenai tahap-tahap yang dilakukan oleh manusia untuk menjadi manusia sempurna.

Teras pertama merupakan teras paling besar sekaligus terbawah yang berbentuk persegi panjang dengan jumlah batu paling banyak dibandingkan dengan tingkatan lainnya, batu tersebut disusun dengan formasi tertentu. 

Teras kedua memiliki kontur tanah yang lebih rata dibanding teras pertama, teras ini disertai dengan batu-batu tegak yang mempunyai ukuran lebih besar daripada batu-batu tegak lainnya yang berfungsi sebagai batas jalan atau pagar antar area teras. 

Pada teras tiga peneliti mengasumsikan bahwa area tersebut merupakan area perkuburan, namun asumsi tersebut dipatahkan setelah ditemukannya pecahan gerabah polos. 

Di teras keempat jumlah struktur bangunan atau susunan batuannya paling minim diantara teras-teras lain. Sementara untuk teras kelima yang merupakan teras tertinggi, di bagian tengahnya terdapat batuan yang disusun seperti altar yang bagian kanan dan kiri 'altar' tersebut terdapat susunan bebatuan membentuk persegi. 

Hingga saat ini banyak sekali ditemukan artefak-artefak yang terkubur di situs mahakarya tersebut. Penemuan Metal Kuno atau logam purba mirip pisau membuktikan bahwa masyarakat yang tinggal di situs ini pada masa lalu, sudah mengenal budaya logam. 

Di tempat tersebut juga ditemukan Semen Kuno yang mampu mengikat batu-batu purba, Semen Purba ini menjadi material pengisi diantara batu-batu kolom purba. 

Pada teras lima ditemukan sebuah artefak berbentuk kujang, yang hingga saat ini artefat tersebut dikenal dengan "Kujang Gunung Padang". Sementara di teras dua banyak ditemukan pecahan tembikar atau gerabah yang terbuat dari tanah. Selain itu, ditemukan pula pecahan keramik yang disinyalir berasal dari Eropa abad ke 19 dan China abad ke 16. Temuan lainnya disebut dengan Beliung Persegi dengan ujung yang semakin tipis dan digunakan layaknya senjata kapak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun