Mohon tunggu...
Rosi Dwi Budiastuti
Rosi Dwi Budiastuti Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, pengajar Bahasa Indonesia di SMAN 5 Purwokerto

Ibu rumah tangga-penikmat karya sastra-gemar mengabadikan momen melalui foto dan video.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practices Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Anekdot Menggunakan Media Audiovisual

9 Desember 2022   15:30 Diperbarui: 9 Desember 2022   15:34 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi

Pembelajaran menulis teks anekdot merupakan salah satu materi yang sangat penting bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan tanggapan atau kritikan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, berdasarkan eksplorasi masalah di kelas ditemukan bahwa banyak peserta didik yang masih kesulitan dalam menulis teks anekdot, padahal pembelajaran teks anekdot memiliki banyak manfaat bagi peserta didik antara lain: memperhalus budi dengan cerita lucu menghibur yang terkandung dalam teks, belajar memberikan kritik dan sindiran terhadap suatu hal dengan bahasa yang santun, dan juga sebagai media mengeluarkan ide serta gagasan peserta didik.

Dalam menulis teks anekdot peserta didik masih menemukan beberapa masalah, antara lain peserta didik merasa kesulitan dalam menemukan ide cerita, peserta didik kesulitan dalam merangkai kerangka cerita, dan merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton hanya membaca bacaan pada buku paket. Akar masalah dari beberapa masalah tersebut, yaitu guru belum memaksimalkan penerapan model pembelajaran inovatif yang ada, hanya menerapkan metode yang umum digunakan, yaitu metode ceramah, sarana dan prasarana di sekolah kurang mendukung dalam pembelajaran, peserta didik kurang memahami manfaat pembelajaran yang mereka peroleh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik kurang termotivasi untuk belajar karena guru masih monoton dalam pembelajaran, dan peserta didik mendapat lingkungan pertemanan yang kurang baik sehingga terpengaruh untuk tidak sungguh-sungguh dalam belajar.

Dengan melihat situasi yang terjadi di kelas, guru perlu melakukan langkah-langkah yang dapat mengatasi permasalahan tersebut sebagai salah satu peran dan tanggung jawab sebagai guru. Langkah-langkah guru dalam mengatasi permasalahan tersebut, yaitu guru menyusun perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan memanfaatkan media tayangan video lawakan tunggal stand up comedy youtube untuk menyaksikan contoh sajian teks anekdot dalam bentuk lawakan tunggal. Lalu guru menggunakan koran Kompas minggu sebagai sumber rujukan aktual dan valid dalam membuat teks anekdot, serta memanfaatkan media sosial Instagram untuk mempublikasikan tulisan karya peserta didik sebagai salah satu upaya membangun percaya diri peserta didik dalam mempublikasi tulisan yang telah dibuat.

Praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena banyak guru yang mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dihadapi penulis. Dengan demikian, harapannya selain dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi penulis dalam meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot, praktik pembelajaran ini juga dapat dimanfaatkan oleh rekan guru lain sebagai referensi dan inspirasi untuk menyelesaikan permasalahan serupa.

Tantangan

Berdasarkan hasil kajian literatur serta wawancara dengan kepala sekolah dan teman sejawat, diketahui bahwa penyebab rendahnya kemampuan menulis teks anekdot peserta didik antara lain : Guru belum memaksimalkan penerapan model pembelajaran inovatif yang ada, hanya menerapkan metode yang umum digunakan, yaitu metode ceramah. Sarana dan prasarana yang mendukung guru dalam pembelajaran belum memadai. Peserta didik kurang memahami manfaat pembelajaran yang mereka peroleh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik kurang termotivasi untuk belajar karena guru masih monoton dalam pembelajaran. Peserta didik mendapat lingkungan pertemanan yang kurang baik sehingga terpengaruh tidak sungguh-sungguh dalam belajar. 

Tantangan yang dihadapi guru pada saat proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis teks anekdot peserta didik, antara lain: Guru harus menemukan model, metode, dan media inovatif yang menarik peserta didik untuk belajar. Guru harus terus belajar dari berbagai sumber dan mengikuti berbagai pelatihan yang mendukung kompetensi guru dalam membangun motivasi dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Guru harus mampu memanfaatkan media pembelajaran yang menarik untuk membuat peserta didik tertarik, termotivasi dan bersemangat seperti menggunakan media Power Point, memanfaatkan video dari Youtube, memanfaatkan aplikasi Canva dalam membuat desain, dan memanfaatkan media sosial untuk mempublikasi tulisan karya peserta didik. Guru harus mampu mengaitkan tujuan pembelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Dilihat dari tantangan di atas, dapat disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi dalam proses ini melibatkan kepala sekolah sebagai sumber informasi wawancara dan koordinasi, guru dengan kemampuan kompetensi pedagogik dan profesional, dan peserta didik.

Aksi

Langkah-langkah yang harus dilakukan guru untuk menghadapi tantangan tersebut antara lain: Guru menyusun perangkat pembelajaran (Modul ajar, bahan ajar, media pembelajaran, LKPD, dan asesmen pembelajaran). Pada kegiatan awal pembelajaran, guru menyampaikan capaian pembelajaran (CP), tujuan pembelajaran, dan manfaat pembelajaran yang tersaji dalam slide power point. Penyampaian capaian pembelajaran, tujuan, dan manfaat pembelajaran dilakukan supaya peserta didik mengetahui apa yang akan dicapai selama pembelajaran dan apa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan inti, di tahap orientasi peserta didik terhadap masalah, peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada tayangan video lawakan tunggal stand up comedy dari YouTube yang ditayangkan oleh guru. Pada proses pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan memanfaatkan media tayangan video lawakan tunggal stand up comedy  dari youtube untuk menyaksikan contoh sajian teks anekdot dalam bentuk lawakan tunggal. Lalu guru menggunakan koran Kompas minggu sebagai sumber rujukan aktual dan valid dalam membuat teks anekdot, serta memanfaatkan media sosial Instagram untuk mempublikasikan tulisan karya peserta didik sebagai salah satu upaya membangun percaya diri peserta didik dalam mempublikasi tulisan yang telah dibuat. Pada tahap mengorganisasikan peserta didik, guru membantu peserta didik membentuk kelompok diskusi berdasarkan diagnostik yang telah dilakukan dalam pertemuan sebelumnya, membagikan LKPD, dan membagikan koran Kompas kepada peserta didik sebagai sumber rujukan aktual dan valid dalam menulis teks anekdot. Guru membimbing peserta didik dalam proses membuat teks anekdot. Guru membimbing peserta didik dalam proses menyalin teks anekdot pada aplikasi Canva dan mengunggahnya di media sosial Instagram. Guru membimbing peserta didik dalam mempresentasikan teks anekdot hasil diskusi kelompok, serta membimbing kolompok lain memberikan tanggapan presentasi dan memberikan tanggapan dalam media sosial. Guru memberikan apresiasi berupa pujian dan tepuk tangan kepada peserta didik dan yang telah presentasi dan memberikan tanggapan. Pada kegiatan penutup, guru dan peserta didik melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru menyimpulkan pembelajaran, dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan yang akan datang.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran ini, antara lain:

  • Kemampuan guru dalam mengaitkan tujuan pembelajaran dengan materi yang diajarkan serta mengaitkan media pembelajaran yang digunakan dengan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Sarana dan prasarana yang memadai serta kemampuan guru yang baik dalam menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti pemanfaatan Power Point, video Youtube, aplikasi Canva, dan media sosial Instagram.
  • Pemahaman guru pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk mengondisikan peserta didik dalam pembelajaran.

  • Dilihat dari langkah-langkah di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan aksi ini melibatkan guru dengan kompetensi yang dimiliki, yaitu kompetensi pedagogi dan profesional, serta peserta didik dengan motivasi belajar yang baik untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran.

Refleksi Hasil dan Dampak

  • Dampak dari aksi langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sangat efektif, hal itu dapat dilihat dari:
    • Pemanfaatan media Power Point, Video Youtube, dan aplikasi Canva, dan Instagram yang sangat membantu menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran menulis teks anekdot.
    • Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terbukti dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis teks anekdot. Hal ini dapat dilihat dari hasil tulisan teks anekdot peserta didik sangat baik dan sesuai dengan struktur serta karakteristik teks anekdot, dibandingkan dengan sebelum menggunakan model dan media yang digunakan oleh guru. Hasil aksi pembelajaran ini telah mencapai KKM yang telah ditetapkan, yaitu 80 dan telah mencapai persentase ketuntasan yang ditetapkan, yaitu 75% peserta didik dari total peserta didik 36 peserta didik telah mencapai batas tuntas atau 27 peserta didik telah mencapai nilai KKM.
    • Kelebihan dari langkah-langkah yang dilakukan, yaitu respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran sangat senang dan antusias karena peserta didik dapat berperan aktif dalam kelompok untuk berdiskusi memecahkan masalah yang mereka temukan.
    • Kekurangan dari langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan ini, yaitu langkah-langkah pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik apabila sarana dan prasarana sekolah tidak memadai misalnya listrik padam, jaringan internet tidak ada, speaker kelas dan LCD tidak ada sehingga penggunaan media pada proses pembelajaran tidak dapat terlaksana sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun