Kejadian sering didapati di lapangan, terutama jemaah tua. Kemampuan mencerna substansi manasik relatif kurang. Bahkan dasar sekalipun. Misalnya jemaah laki-laki didapati masih mengenakan celana padahal dalam kondisi berihram. Tentu ihramnya tidak sah. Ihram tidak sah, ya hajinya juga tidak sah.
Kasus lain di Masjidil Haram, jemaah tidak tahu dia telah thawaf berapa kali putaran atau sai pun tidak tahu dimana tempatnya. Lalu mereka buru-buru keluar dari Masjid dan pulang karena khawatir tertinggal rombongan. Akibatnya tentu haji tidak sah, lantaran jemaah itu tidak paham manasik.Â
Olaraga
Persiapan olahraga bagi jemaah cukup penting, guna melatih kekuatan fisik terutama jalan kaki. Hitungan kasar penulis, rata-rata jemaah haji selama 40 hari di Saudi, jalan kaki sejauh 80 km.Â
Puncak kelelahan jemaah berjalan kaki terjadi saat rangkaian puncak haji, sejak Arafah hingga lempar jumrah, thawaf dan sai. Setidaknya dalam kurun waktu 5 hari, harus masuk menempuh sejauh 35 km.
Menjaga KesehatanÂ
Selain olahraga, jemaah juga perlu menjaga kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat. Cuaca panas di Saudi tentu sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi kesehatan jemaah.Â
Meski setiap kelompok terbang ada petugas kesehatan dan membawa obat-obatan, ada baiknya bila jemaah membawa obat pribadi. Karena bisa jadi obat yang dibawa petugas tidak sesuai dengan jenis penyakit yang diderita jemaah.
Pakaian
Bawalah pakaian secukupnya, termasuk peralatan mandi. Koper berukuran 7 kilogram untuk membawa perkakas kebutuhan selama perjalanan. Seperti kain ihram, sarung, sendal jepit, handuk, sabun, dan baju ganti serta makanan kecil dan minuman.Â
Sementara koper besar berukuran 32 kilogram, diisi dengan perlengkapan pakaian selama tinggal di Tanah Suci. Tak perlu bawa kompor, rice cooker, karena berpotensi kebakaran jika digunakan. Selain pakaian, bisa membawa makanan kering, atau sambel kesukaan.