Saat kita memesan transportasi online, tentu harapannya langsung dapat layanan memuaskan. Driver langsung bilang "ok" dan meluncur ke tempat penjemputan. Menunggu pun serasa ada kepastian. Namun apa jadinya jika saat sudah dapatkan driver, justru minta dibatalkan.
Memang aneh. Semestinya jika driver tidak dalam kondisi siap ambil penumpang kenapa buka aplikasi. Akibatnya penumpang kan jadi keki atas kelakukan driver online macam gini. Dia buka aplikasi, pas ada orderan masuk, dan tahu tujuan penumpang barulah minta dibatalkan.
Pengalaman penulis hampir dua tahun menjadi pengguna setia transportasi online, menilai ada beberapa alasan digunakan driver. Rupanya itulah cara mereka menolak penumpang.
Ban Bocor
Ini paling sering terjadi. Entah, sebenarnya driver paham atau tidak, jejak GPS kan jelas nampak di layar. Posisi driver terpantau secara realtime.Â
Sejak menerima order, sesaat kemudian kendaraan nampak bergerak di layar. Dan saat itu pula driver bilang sedang di bengkel karena ban bocor. Kan aneh. Padahal penulis tahu persis, daerah sekitar dalam radius 50 meter dari posisi GPS tidak ada bengkel satu pun. Ada juga pedagang gado-gado.
Sedang Makan
Alasan ini sedikit masuk akal. Meski sebenarnya tidak selalu bisa diterima. Bagaimana mungkin, driver bilang sedang makan, tapi kendaraan nampak bergerak. Emang bisa ya jalan sambil pegang stank, ngegas.
Tidak Sejalan
Alasan ini biasanya terjadi malam hari. Driver akan memilih penumpang yang searah jalan pulang.Â
Jauh dan Macet
Saat pagi, saat terjadi kepadatan sinyal dan permintaan, seringnya orderan nyamber driver agak jauh. Akibatnya, meski tidak selau, driver minta dibatalkan karena jauh dan macet menjemput penumpang.
Badan Capek
Alasan ini sedikit konyol. Sudah tahu badan capek, lelah, kenapa aplikasi tidak dimatikan saja kemudian istirahat. Kan bisa rebahan melepas lelah dengan tenang.Â
Tidak Merespon
Ini paling menyebalkan. Okelah orderan masuk otomatis ke hp. Saat berkendara mungkin saja driver tidak "ngeh" ada orderan. Tapi kenapa saat di chat, tidak merespon, bahkan tidak masuk, centang cuman satu.Â
Saat dipantau keberadaan lewat GPS layar, terlihat kendaraan tidak bergerak, hanya goyang kanan, goyang kiri. Respon kagak, jalan pun kagak.Â
***
Dalam hampir semua kasus, driver meminta penumpang membatalkan pesanan. Penumpang "terpaksa" melakukan pembatalan, guna melakukan order ulang. Terlihat alternatif alasan bisa dipilih. Paling banter memilih "atas permintaan driver". Duh ga kreatif banget.
Apapun alasan, dalam layanan jasa, tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Tatkala driver tidak mau mengantarkan, ya batalkan sendiri berikut resikonya yang bakalan diterima. Konon bila driver membatalkan sepihak, berdampak cukup signifikan pada dirinya.Â
Jika kompasianer mengalaminya dan tidak sedang buru-buru, cobalah sesekali biarkan itu. Jangan dibatalkan. Ayo adu kuat. Siapa yang bakalan batalkan lebih dulu.
Pertanyaan berikutnya sampai kapan kita menunggu perusahaan mampu menangkap fenomena ini di lapangan. Sekaligus menyiapkan logika bisnis keren yang menguntukan penumpang dan driver. Semoga~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H