Dari hitungan di atas, jemaah masih memegang sisa 350 Riyal. Lumayan kan bisa untuk sedekah, wisata atau sekedar beli cemilan dan oleh-oleh.Â
Rupiah atau Riyal
Bagaimana jika jemaah hendak memenuhi kebutuhan diluar itu semua. Tidak cukup mengandalkan uang 1.500 Riyal saja.
Membeli makan atau minum dengan pecahan 500, hampir dipastikan tidak ada kembalian. Kalopun ada pedagang malas. Makanya diperlukan uang pecahan kecil, lima puluh  hingga satu Riyal. Untuk itu, jemaah cukup menukar 1 juta rupiah sebagai pegangan.Â
Menukar Rupiah ke Riyal di Indonesia memang serba salah, terlebih musim haji. Kurs melonjak dari biasanya. Hal ini disebabkan permintaan mata uang Riyal salama musim haji sangat tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan uang saku 204 ribu jemaah haji saja, harus ada 306 juta Riyal atau setara Rp 1,1 Triliun.
Selain money changer, di asrama haji ada layanan tempat penukaran uang. Tapi di sini, Rupiah sering dihargai sangat murah, hingga 4.000 rupiah per satu riyal. Selisihnya cukup signifikan. Untuk yang satu ini, penulis tidak merekomendasikan jemaah menukar Rupiah di asrama haji.
Membawa uang dalam bentuk Rupiah bisa menjadi solusi. Banyak pedagang di Saudi menerima pembayaran Rupiah dengan nilai tukar kompetitif. Terlebih pedagang emas, tangannya cekatan pegang kalkulator tawarkan harga dalam kurs rupiah.
Membawa Rupiah saat berhaji tidak ada salahnya, asal tidak melebihi batas aturan penerbangan. Dengan rupiah, terbebas dari dua kali kerugian. Rugi pertama saat menukar ke Riyal dengan harga tinggi. Saat kembali ke Indonesia, menukar sisa Riyal dengan harga murah.
Alternatif berikutnya adalah membawa kartu ATM. Tapi untuk akses mesin ATM tidak banyak, baik di sekitar Masjidil Haram atau Nabawi. Jemaah harus tahu di mana sajaÂ
Selebihnya kembali ke pribadi jemaah... Semoga mabur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H