Buku terbitan adalah alternatif  utama sebagai sumber otoritas bila tidak dapat menemukan ahli secara langsung. Namun harus tetap berhati-hati dengan buku cetakan yang telah mengalami manipulasi dari teks aslinya (tahrif). Karena saat ini banyak buku cetakan terkait pemahaman keagamaan beredar telah mengalami pergeseran dari naskah aslinya.
Terkait dengan kajian agama dan keyakinan, mintalah verifikasi dari  sumber-sumber otoritatif, yang memiliki kajian mendalam dari segi substansi maupun konteks. Bukan sekedar ulama abal-abal yang belajar agama secara instan.
5. Cari pembanding
Jika masih ragu atas penjelasan seorang ahli, boleh saja cari pembanding. Disini penting, karena isi pesan bisa memiliki persepsi berbeda di mata ahli. Dan manfaatnya tentu kita akan memperoleh pemahaman yang lebih lengkap.
Mesin pencari Google kini telah sediakan fasilitas verifikasi atas sebuah gambar. Dengan fitur ini, kita bisa memperoleh informasi keaslian  sebuah gambar. Siapa pengunggah pertama, kapan, dimana dan informasi awalnya seperti apa sebelum terjadi manipulasi.
Dengan berperilaku bijak, broadcast di medsos justru akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi pengguna. Namun sebaliknya dan percayalah, tidak akan menambah kehebatan pengetahuan hanya dengan share sana-sini. Tidak akan menambah kekaguman orang lain lain atau tepuk tangan dari teman atas apa yang lepas dari jari kita.
Jadi tidak perlu merasa menjadi orang yang paling hebat ketika share informasi, sementara literasi nol besar.
Semoga mencerahkan!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI