4. Tukang Semen
Mungkin bagi kita yang pertama kali melihatnya akan bingung. Kenapa ada orang nungguin adukan semen basah di jalanan terjal macam ini. Saat malam hari, mereka bermodal lampu untuk menerangi agar tidak terinjak orang lewat. Namun itulah profesi mereka.
Orang-orang itu sengaja membuat adukan semen ditempat semacam petakan yang telah disediakan, berukuran variasi antara 50 hingga 60 cm. Kemudian menawarkan kepada pengunjung lewat untuk tanda tangan diatas adukan semen yang telah diratakan itu. Entah apa maksudnya. Mungkin sebagian orang percaya sebagai bentuk tanda peninggalan karena telah berziarah di tempat itu.
Namun sebaiknya tidak terkecoh dengan jasa ini kecuali sekedar sedekah. Karena sesaat setelah berlalu, tanda yang sudah ada akan segera dihapus untuk berikan jasa orang berikutnya. Begitu seterusnya hingga adukan semen mengering dan akhirnya menjadi anak tangga.
5. MonyetÂ
Binatang terbesar penghuni Jabal Nur adalah monyet. Mereka hidup secara berkelompok di lereng-lereng  bukit sepanjang perjalanan yang dilalui manusia. Mereka mencari makan dari sisa-sisa makanan yang dibuang.
Bagi pengunjung yang sedang berjalan agar jangan lengah dari pantauan mereka. Karena bisa saja menyerang dan merampas barang bawaan. Tas ataupun makanan sebaiknya selalu perhatikan keamanan.
6. Sampah Botol PlastikÂ
Meski telah disediakan tempat sampah di beberapa titik, namun tidak membuat para pengunjung membuang sampah pada tempatnya. Tumpukan sampah, terutama botol plastik bekas tempat minum tersebar hampir di setiap sudut. Botol plastik yang dibuang dari ketinggian akan turun menyusuri lereng dan akhirnya berkumpul di satu titik.
Akibatnya banyak cerukan di lereng bukit terisi penuh sampah. Sulit dijangkau oleh petugas yang setiap hari melakukan kebersihan. Mereka hanya bisa menjangkau lereng yang relatif dekat dengan jalur dan landai.
7. Vandalisme
Kebiasaan mencoret rupanya tidak saja terjadi di Indonesia, ditengah kota. Bahkan batu di Jabal Nur ini pun tak luput dari sasaran. Tulisan dari berbagai negara. Turki, India, Pakistan, bahkan Indonesia.
Kondisi seperti ini tentu membuat Jabal Nur semakin kotor oleh ulah sebagian orang. Bukannya turut menjaga kelestarian alam, malah justru menunjukkan ketidakarifan terhadap alam kepada orang lain.