Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Etika Komunikasi Dakwah Daring dalam Konteks Kekinian

18 April 2018   22:11 Diperbarui: 19 April 2018   19:44 4254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi Dakwah Daring

Dakwah adalah upaya yang dilakukan oleh da'i untuk menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada mad'u guna mengajak mad'u untuk beriman kepada Allah SWT.

Jika dihubungkan dengan konteks daring, maka asumsi dakwah bisa kita batasi menjadi proses menyeru manusia dengan lisan ataupun tulisan agar beriman kepada Allah.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Wahyu Ilaihi, 2010).

Jika dihubungkan dengan dakwah, maka yang menjadi komunikator adalah dai, komunikannya disebut dengan mad'upesannya adalah materi dakwah, dan tujuannya adalah mad'u bisa beriman kepada Allah melalui materi yang disampaikan.

Sedangkan definisi daring menurut KBBI yaitu: singkatan dari dalam jaringan, terhubung melalui internet atau istilah populernya adalah online. Sehingga komunikasi dakwah daring adalah proses penyampaian materi dakwah oleh dai kepada mad'u melalui media daring dengan tujuan agar mad'u beriman kepada Allah.

Dakwah daring dan konvensional sama-sama bertujuan untuk mengajak manusia agar beriman kepada Allah, menjalankan kebaikan, dan meninggalkan keburukan.

Bedanya, dakwah konvensional dilakukan dengan cara komunikasi langsung, sedangkan dakwah daring dilakukan dengan cara komunikasi tidak langsung (komunikasi media).

Dalam dakwah konvensional dai dan mad'u diketahui secara pasti karena bertatapan langsung. Sementara dalam dakwah daring, dai dan mad'u tidak diketahui secara pasti karena tidak bertatapan langsung.

Kondisi tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi negatif dari penggunaan media daring. Misalnya dari aspek dai,  dai di media daring cenderung menggunakan nama samaran (anonim).

Dai di media daring pun biasanya tidak diketahui bagaimana rekam jejaknya di dunia dakwah. Bahkan tak jarang dakwah yang dilakukan didasari motif lain di luar dakwah seperti untuk merebut kekuasaan dan memecah belah umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun