Menjadi Taman Kartini
Â
Setelah Indonesia merdeka, nama taman Juliana diganti menjadi Taman R.A. Kartini
 Taman Kartini merupakan salah satu taman kota yang memiliki nilai sejarah di Kota Cimahi. Perlindungan taman sebagai bagian dari ruang hijau memainkan peran penting dalam menciptakan iklim mikro. Hal ini juga dipengaruhi oleh letak taman kompleks militer dan aktivitas warga kota.
Taman Kartini merupakan salah satu taman tertua di kota Cimah (sebelah Taman Alun Alun), didirikan pada tahun 1886. Karena peluang dan permasalahannya, maka diperlukan penataan hutan kota yang dapat melestarikan Taman Kartini (vegetasi dan rekreasi). daerah). perusahaan).Â
Hal ini dilakukan agar Taman Kartini dan beberapa vegetasi langkanya tetap terjaga dan terjaga dengan baik. Selain itu, hutan kota juga berperan sebagai pembangkit iklim mikro dan secara langsung/tidak langsung dapat menstabilkan lingkungan di Kota Cimahi.
Perlakuan Taman Kartini sebagai cagar alam dirinci dalam penjelasan Revisi Rencana Daerah Kota Cimah tahun 2004, yang menyatakan bahwa Taman Kartinin merupakan situs cagar budaya dan sumber daya bagi masyarakat, khususnya warga Kota Cimah.Â
Pengembangan hutan kota di Taman Kartin merupakan salah satu rencana program Pemerintah Kota Cimah (Balai Lingkungan Hidup Kota Cimah) yang bertujuan untuk mengintegrasikan taman bersejarah dengan konsep eco-regional heritage, yaitu. H. pelestarian cagar budaya. bersejarah yang merupakan warisan budaya dan berbagai peristiwa lainnya yang dimiliki Peninggalan yang tersebut berupa warisan budaya dan keanekaragaman hayati (flora dan fauna). Hal ini dilakukan guna menciptakan suatu ciri yang membentuk estetika Kota Cimahi (identitas kota).
Telapak tangan kerajaan tumbuh di sisi barat Taman Kartini. Sebelumnya, seluruh bagian Taman Kartini tertutup rapat oleh rerumputan yang sekilas tampak seperti permadani hijau. Sekarang sebagian taman ditutup dengan ubin dan beton. Lambang Taman Kartin dulunya adalah tiga pohon kenari yang berdiri tepat di ujung taman, di sisi utara.
Pada tahun 70-an dan 80-an, beberapa anak SD Baros sering mencari pohon kenari tua yang tumbang dan menjalar di halaman Taman Kartin saat pulang sekolah dan harus berjalan melewati taman ini. Kenari tua tidak hanya dimakan dagingnya, tetapi juga dikubur, dan cangkangnya kebanyakan dibuat menjadi kerajinan tangan berupa cincin dan kalung.
ReferensiÂ