Cimahi yang dikenal dengan Kota Militer mempunyai taman yang berada di daerah strategis. Taman ini diapit oleh Rumah Militer Dustira, Stasiun Cimahi, Gedung Pertemuan (The Historic) , Pusdik, Sekolah, Gereja dan Perumahan Militer. Peletakan taman ini ternyata sudah dibangun bersama dengan tata letak Rumah Sakit, Stasiun, dan pusat pendidikan di masa Hindia Belanda.
Tuin van het militair hospitaal te Tjimahi bij Bandoeng, Garden of the military hospital at Tjimahi near Bandung, Taman rumah sakit militer di Tjimahi dekat BandungÂ
Maquette van het militair hospitaal te Tjimahi bij Bandoeng, Model of the Military Hospital at Tjimahi near Bandung, Maket Rumah Sakit Militer di Tjimahi Dekat BandungÂ
Taman Kartini diperkitakan sudah ada sejak adanya Rumah Sakit Dustira di tahun 1887. Rumah Militer dustira sendiri adalah rumah sakit Militer (Militaire Hospitaal) sebesar 14 hektar menurut maket yang ada di atas untuk kepentingan ketentaraan di Bandung dan Tjimahi. Rumah sakit besar ini sengaja dibangun di karena Tjimahi sudah di tata untuk fasilitas militer untuk persiapan perang saat itu.
Taman Kartini dahulu bernama Juliana. Ratu Juliana atau lebih dikenal dengan Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau (30 April 1909 -- 20 Maret 2004) adalah Ratu Kerajaan Belanda penerus Ratu Wilhelmina.Â
Dialah Ratu Belanda yang akhirnya mengakui kedaulatan negara Indonesia setelah pertemuannya dengan Mohammad Hatta dalam penyelesaian Diplomasi di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949.
Taman ini dahulu sangat luas, di samping taman ini ada Taman Wilhelmina. Â Ratu Wilhelmina bernama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau (31 Agustus 1880 -- 28 November 1962) adalah anak dari Raja William III.Â
Ia berkuasa di Kerajaan Belanda selama lebih dari 50 tahun, melewati Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Kepemimpinannya sangat disegani oleh orang Belanda bahkan mereka yang berada di overseas. Foto taman diatas diambil di 30 tahun ulang tahun Rumah Sakit Militer di Januari 1927
Maka tidak heran taman besar nan indah ini disebut Taman Juliana dan Taman Wilhelmina. Tokoh ini sangat dikagumi sampai meninggalkan nama di tanah koloninya.
Menjadi Taman Kartini
Â
Setelah Indonesia merdeka, nama taman Juliana diganti menjadi Taman R.A. Kartini
 Taman Kartini merupakan salah satu taman kota yang memiliki nilai sejarah di Kota Cimahi. Perlindungan taman sebagai bagian dari ruang hijau memainkan peran penting dalam menciptakan iklim mikro. Hal ini juga dipengaruhi oleh letak taman kompleks militer dan aktivitas warga kota.
Taman Kartini merupakan salah satu taman tertua di kota Cimah (sebelah Taman Alun Alun), didirikan pada tahun 1886. Karena peluang dan permasalahannya, maka diperlukan penataan hutan kota yang dapat melestarikan Taman Kartini (vegetasi dan rekreasi). daerah). perusahaan).Â
Hal ini dilakukan agar Taman Kartini dan beberapa vegetasi langkanya tetap terjaga dan terjaga dengan baik. Selain itu, hutan kota juga berperan sebagai pembangkit iklim mikro dan secara langsung/tidak langsung dapat menstabilkan lingkungan di Kota Cimahi.
Perlakuan Taman Kartini sebagai cagar alam dirinci dalam penjelasan Revisi Rencana Daerah Kota Cimah tahun 2004, yang menyatakan bahwa Taman Kartinin merupakan situs cagar budaya dan sumber daya bagi masyarakat, khususnya warga Kota Cimah.Â
Pengembangan hutan kota di Taman Kartin merupakan salah satu rencana program Pemerintah Kota Cimah (Balai Lingkungan Hidup Kota Cimah) yang bertujuan untuk mengintegrasikan taman bersejarah dengan konsep eco-regional heritage, yaitu. H. pelestarian cagar budaya. bersejarah yang merupakan warisan budaya dan berbagai peristiwa lainnya yang dimiliki Peninggalan yang tersebut berupa warisan budaya dan keanekaragaman hayati (flora dan fauna). Hal ini dilakukan guna menciptakan suatu ciri yang membentuk estetika Kota Cimahi (identitas kota).
Telapak tangan kerajaan tumbuh di sisi barat Taman Kartini. Sebelumnya, seluruh bagian Taman Kartini tertutup rapat oleh rerumputan yang sekilas tampak seperti permadani hijau. Sekarang sebagian taman ditutup dengan ubin dan beton. Lambang Taman Kartin dulunya adalah tiga pohon kenari yang berdiri tepat di ujung taman, di sisi utara.
Pada tahun 70-an dan 80-an, beberapa anak SD Baros sering mencari pohon kenari tua yang tumbang dan menjalar di halaman Taman Kartin saat pulang sekolah dan harus berjalan melewati taman ini. Kenari tua tidak hanya dimakan dagingnya, tetapi juga dikubur, dan cangkangnya kebanyakan dibuat menjadi kerajinan tangan berupa cincin dan kalung.
ReferensiÂ
[1] https://infocimahi.co/articles/taman-r-a-kartini-taman-bersejarah-di-kota-cimahi
[2] https://telusuri.id/menyusuri-warisan-londo-di-cimahi/
[3] https://www.nativeindonesia.com/taman-kartini-cimahi/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H