Apakah Semua Calon Ayah Terdampak?
Topik Pilihan Kompasiana kali ini adalah tentang Daddy Blues
Untuk jelasnya izinkanlah saya kutip dari Kompasiana:
Kompasianer apakah pernah atau sedang mengalami yang namanya daddy blues? Bagaimana kondisinya? Apa perasaan Kompasianer?
Apa momen tersulit yang Anda alami selama mengalami daddy blues? Bagaimana  mengatasinya?
Daddy blues adalah kondisi mental di mana seorang lelaki merasa cemas, stres, atau depresi karena meragukan kemampuannya menjadi seorang ayah setelah anaknya lahir.
Tetapi walaupun memang ada laki laki yang mengalami seperti ini tentu saja kita tidak dapat mengeneralisir bahwa semua laki laki mengalami hal yang sama menghadapi kelahiran anak pertama mereka.Â
Berbagi Cuplikan Pengalaman PribadiÂ
Kami menikah semenjak usia kami masih  muda , yakni dalam usia 22 tahun. Tahun kelahiran sama, yakni 1943 dan menikah 2 Januari tahun 1965 .Â
Seperti yang sudah pernah saya tulis, sebelum menikah kami berdua sudah bekerja. Untuk mempersiapkan diri. Karena pada zaman itu, siap menikah harus mampu untuk hidup mandiri.
Sejak dari saya hamil,hingga  melahirkan putra pertama kami,  suami tidak ada masalah sama sekali.Â
Bahkan ikut membantu untuk merawat bayi kami..Misalnya ketika bayi kami perlu ganti popok yang basah. .Terutama dimalam hari dan menina bobokan putra kami. Agar saya dapat tidur nyenyak.
Karena kami berdua sudah terbiasa hidup mandiri dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Berbeda sekali dengan para generasi muda zaman kini yang hidupnya sudah mapan. Semua serba ada, sehingga gamang menghadapi situasi yang baru, seperti kelahiran anak pertama.
Merasa sangat kuatir dengan dan cemas, bahkan ikut stress saat istri nya akan melahirkan. Hal ini terus berlanjut hingga kelahiran bayi Menghadapi bayi yang menangis tengah malam, menyebabkan merasa terganggu tidur nya, hingga stress.Â
Jadi masalah tentang Daddy Blues pada zaman dulu hampir tidak ada sama sekali ,berbeda dengan zaman sekarang.  Dimana semuanya serba instan dan dimanja oleh keadaan orang tua .   Sehingga sebagian dari antara nya tidak siap secara mental menghadapi kelahiran bayi ditengah mereka.
Apalagi bila bayi rewel karena masuk angin dan menangis' terus sepanjang malam. Seharusnya kehadiran bayi merupakan sebuah kebahagiaan bagi pasangan suami istri,bagi yang terdampak daddy blues, malahan merasa sebagai gangguan.
Kesimpulan :
 Dizaman dulu yakni 60 tahun lalu , berani menikah berarti sudah harus siap untuk hidup mandiriÂ
Yakni A to Z dikerjakan oleh suami istri . Menghadapi berbagai masalah kehidupan , tidak membuat kami berdua keder . Menghadapi kelahiran bayi , bagi kami berdua sungguh merupakan sebuah kebahagiaan yang tak ternilai .
Kami berdua bersama sama merawat bayi kami hingga mereka tumbuh menjadi anak yang mandiri. Baik anak pertama, kedua dan ketigaÂ
Karena itu kami berdua disayangi oleh anak anak kami, sejak dulu dan seterusnya.
Dikarenakan memang sesungguhnya suami tidak pernah merasa terdampak daddy blues, Maka saya tidak dapat menceritakan nyaÂ
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
18 Desember 2024
Salam sayaÂ
RoselinaÂ
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI