Karena Kita tidak Pikun.
Termotivasi oleh Topik Pilihan Kompasiana tentang Memaafkan Sudah, Melupakan Belum ,maka saya bagikan pengalaman pribadi yang telah alami .
Sebagai pengingat, ijinkankanlah saya kutip dari Kompasiana:
Kompasianer, apa, sih, yang bikin kita mudah sekali memaafkan tetapi sulit sekali melupakannya? Apakah itu bentuk berpura-pura untuk memaafkan, tetapi sesungguhnya masih mendendam?
Momen seperti itu lazim sekali kita mengenalnya dengan 'forgive but not forget'; memaafkan, tetapi bukan berarti melupakan..Nah, adakah peristiwa atau kejadian yang membuat Kompasianer berada di posisi seperti itu?Â
Pengalaman pribadi yang sudah saya tayangkan sebelum ini.:
Kalau memaafkan dan melupakan orang yang telah meminjam,tapi "lupa" mengembalikan, itu sudah tak terhitung jumlahnya. Dan sudah sejak puluhan tahun lalu kami jalani . Tapi kalau menyangkut perkara keselamatan diri, sejujurnya tidak mampu saya lakukan.Â
Kalau sekedar untuk menulis:" memaafkan dan melupakan' memang kedengarannya sangat indah. Tetapi kita harus jujur pada diri sendiri dan tentu juga jujur kepada orang lain.
Pengalaman pribadi:
Kami membawa mobil kami untuk di service dan sekaligus menukar oli dan memeriksa ban mobil karena mau berpergian ke Permandian Indarung Jalanan berbelok belok dan mendaki..Tetiba persis di pendakian, laju kendaraan menjadi tidak stabil. Suami cepat menyalakan lampu sign dan berhenti di pinggir jalan. Menarik rem tangan dan turun untuk memeriksa kendaraan.Â
Ternyata baut roda kendaraan hampir lepas. Tak terbayangkan andaikan suami terlambat beberapa detik menghentikan kendaraan... Dalam kendaraan, selain saya dan suami, ikut ketiga putra putri kami yang waktu itu masih kecil. Ternyata bukan hanya baut roda kendaraan yang hampir lepas,olie kendaraan juga kosong. Padahal kami baru saja service di bengkel langganan kami.
Kelak sewaktu orang yang melakukan, dalam keadaan sakit parah, minta maaf, kami sudah memaafkan tapi tidak bisa melupakan kejadian. Walaupun pelaku nya sudah almarhum. Kami jadikan pelajaran hidup yang berharga,agar selalu check and recheck, bila menyangkut keselamatan diri.
Kejadian kedua dimana kami ditipu dalam hal bisnis damar batu  oleh karyawan yang sudah kami anggap sebagai anggota keluarga kami sendiri .Kami sudah memaafkan tapi tidak bisa melupakan.'
Kejadian ketiga dimana kami membantu mencarikan pekerjaan pada keponakan kami dan ditipu dengan bon bon palsu yang mana sudah kami maafkan tapi tak bisa kami lupakan.
Kejadian ke empat di mana teman akrab suami sudah diberikan kepercayaan penuh, ternyata membuat hak paten atas namanya sendiri. Melaporkan suami, sehingga suami ditangkap polisi ditengah malam..Â
Kejadian kelima dimana teman bisnis menipu kami dalam soal pinang 65 ton tidak dibayar sama sekali Menyebabkan bisnis kami berantakan ,juga sudah kami maafkan , tapi sejujurnya tidak bisa melupakan.
Karena semua pengalaman tersebut merupakan pelajaran hidup yang berharga agar jangan sampai pernah melakukan terhadap orang lain.
Memaafkan sesuatu kejadian yang menimpah diri kita walaupun sangat menyakitkan pada diri , sudah kami lakukan setulus hati. Tapi tidak bisa melupakannya karena itulah pelajaran yang hidup yang sangat berharga. Seperti kita masih ingat akan guru TK yang mengajarkan kepada kita, 1+1 = 2. Walaupun sesungguhnya sudah berlalu 75 tahun yang lalu.
Kesimpulan:
Kalau ada orang yang mampu memaafkan dan sekaligus melupakan, tentu saja kita sungguh sangat salut.Â
Tapi secara pribadi sejujurnya saya sudah memaafkan orang yang telah merencanakan mencelakai kami sekeluarga. Sama sekali tidak ada lagi dendam dan sakit hati.Â
Tapi secara jujur saya tidak dapat melupakan pelajaran hidup yang berharga tersebut, karena saya tidak pikun. Bahkan kejadian pada waktu saya masih kecil tidak dapat saya lupakan  Forgive but not forgetÂ
Tulisan ini merupakan cuplikan pengalaman pribadi dan sekaligus ungkapan rasa hati. Boleh jadi orang lain dengan mudah dapat memanfaatkan serta sekaligus melupakan, tentu saja kita perlu belajar.Â
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
30 Agustus 2024.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H