Melupakan Belum
Berdasarkan perjalanan hidup kami berdua yang telah kami lalui selama delapan puluh tahun, maka tentu saja terdapat beragam pengalaman hidup pribadi yang sejalan dengan Topik Pilihan KompasianaÂ
Yakni:" Memaafkan dan Melupakan.," Karena tidak mungkin menumpuk semua pengalaman hidup dalam satu dalam sebuah artikel, maka saya bagi menjadi 3 Â artikel.
Bagian Kedua
Seakan akan drama Korea yang bersambung dari satu kisah ke kisah selanjutnya, maka begitu juga yang terjadi dalam perjalanan hidup kami.  Salah  seorang keponakan jauh suami bernama Meili (bukan nama sebenarnya) sering mengunjungi kami .Dia bermain bersama putra putri kami , sejak masih remajaÂ
Meili sudah tak ubahnya bagaikan anggota keluarga kami. Bebas keluar masuk dalam rumah kami.
Setelah dewasa,Meili menikah dengan Yanto(bukan nama sebenarnya) yang belum ada pekerjaan. Mereka sering kerumah kami berbincang bincang dengan suami. Suami menanyakan apa yang akan Yanto lakukan untuk kehidupan  bersama Meili.
Yanto bercerita dirinya sering ikut Truk pengangkut pasir untuk mengambil pasir yang akan dijual pada proyek .Misalnya pada Proyek Indarung. Seandainya ada Truk pengangkut pasir, hidup nya sudah akan terjamin. Karena hasilnya lumayan besarÂ
Suami tertarik mendengar cerita Yanto yang sudah berpengalaman mengenai penjualan pasir.Dan ingin membantu mewujudkan impian Yanto
Suami merundingkan membeli truk pengangkut pasir dan dikelolah oleh Yanto.Maka jadilah suami membeli truk pasir sehingga Yanto punya penghasilan untuk keluarganya.Â
Bulan pertama semuanya lancar saja penjualan pasir Bulan kedua Yanto menyarankan beli lagi dua truk agar bisa menguntungkan lebih baik  karena proyek lebih mementingkan yang bisa banyak mensuplai pasir pada mereka. Karena pada waktu itu kondisi ekonomi kami memungkinkan, maka  suami  membeli dua truk lagi..
Setelah tiga truk beroperasi,Yanto memberikan bon bon pasir pada suami dengan mengatakan proyek Indarung memberikan Bon yang akan dilunasi sebulan kemudian. Karena sebelumnya setiap minggu proyek membayar seluruh pasir yang diantar ke proyek.
Sifat suami adalah mengukur kejujuran orang lain dengan dirinya sendiri. Sehingga mudah percaya.
Suami yakin pada Yanto dan menerima bon bon tersebut. Pada keesokan harinya ,Yanto mengatakan dia mau meminjam BPKB truk .
Ketika saya tanyakan alasannya Yanto mau memperbaiki truk -truk tersebut karena sedikit macet jalannya.Saya langsung curiga dan berkata kenapa memperbaiki harus pakai BPKB? .
Saya sampaikan kepada suami,agar truk yang kata Yanto mau diperbaiki, dijemput dan parkir di depan pekarangan rumah kami, seperti kedua truk yang lain'Â
Keesokan harinya Yanto tidak datang seperti biasa kami tunggu dia yang akan membawa truk serta sopir sungai untuk mengambil pasir.
Selama tiga hari Yanto tidak datang. Suami mengirim orang untuk menguangkan bon bon pasir yang diberikan Yanto selama satu bulan
 Ternyata semua bon hanya copy nya saja Yang asli sudah diuangkan Yanto . Banyak yang menyarankan kepada suami agar Yanto dilaporkan ke polisi. Tetapi suami tidak setuju.
Dan sore harinya ada orang yang datang untuk melihat truk pasir karena Yanto berjanji akan menjual truk tersebut pada dia.Untung kami tidak memberikan BPKB yang diminta Yanto
Seandainya kami serahkan BPKB truk, apa jadinya truk truk kami tersebut.
Beberapa bulan kemudian terdengar berita Yanto dan istri pindah dan membeli rumah di Sungai Penuh.Tapi tiga bulan sesudah Yanto membeli rumah rumah tersebut kebakaran entah karena apaÂ
Akhirnya Yanto berserta isterinya Meili kembali ke Padang. Dan Isterinya datang meminta maaf pada kami.
 Untuk menyambung kembali hubungan seperti semula, sudah tercipta jurang pemisahÂ
Kami sudah memaafkan tapi tidak dapat melupakan pelajaran hidup yang berharga tentang kepercayaan yang diberikan secara over dosis berpotensi terjadi petaka bagi diri sendiri.
Kesimpulan:
Bisa saja kami adukan Yanto ke polisi tetapi kami tidak melakukan hal tersebut karena bagi kami biarlah Yanto sendiri yang akan merenungkan perbuatannya.
Bagi kami sesuatu yang dapat kita maafkan sebaiknya kita maafkan. Agar kehidupan kita bisa kita jalani dengan sebaik mungkin.
Puji syukur kehadirat Tuhan, walaupun sudah tidak terhitung kalinya, dibohongi oleh orang lain yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, tetapi kami tidak menjadi miskin karenanyaÂ
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
15 Agustus 2024.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H