Berbagi pengalaman pribadi.
Belakangan ini berbagai Media mewartakan tentang cuaca extreme yang melanda dunia. Seperti di  India,dan dibeberapa belahan dunia termasuk Indonesia.
Biasanya di Indonesia kita tahu suhu berkisar antara 30 sampai 32 derajat celcius. Belakangan ini melonjak menjadi  36 sampai 37,38 derajat.
Hal mana sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat sehingga banyak yang jatuh sakit dan kabarnya beberapa orang meninggal dunia.
Kami tinggal di Western Australia, yang termasuk negeri  4 musim Sementara musim panas biasanya berkisar 40 derajat ,tetapi akhir akhirn ini panas melonjak mencapai 48 sampai 50 derajat.
Kami berkebun sekitar 30 km dari tempat kami tinggal.Dimana kami menanam Alfukat,pepaya,cabe, Blueberry dan buah naga. Sehingga harus menyirami tanamam tersebut karena panas. Untuk mana Putra kami membelikan kami bermacam macam crem untuk menjaga agar kulit tidak terbakar matahari dan mengelupas. Kami juga dibelikan topi rumput untuk menahan  cahaya yang menyinari dari matahari tersebut.
Cara mengunakannya:
Crem digosok keseluruh tangan  kaki dan tengkuk. Crem untuk muka juga tidak dilupakan.kemudian memakai topi rumput . Mengapa topi dari rumput? karena topi rumput lebar dan menyerap sinar matsahari jadi kita tidak terlalu panas jadinya.
PersiapanÂ
Didalam mobil selalu membawa crem dan topi rumput.serta air mineral  untuk diminum. Karena di Australia tidak bisa kita mendapatkan  air minum diluar kota Tidak seperti di Indonesia ,dimanapun banyak yang jual air dipinggir jalan. Dalam kendaraan kami selalu stand by minimal selusin botol air minum. Karena kami berdua sering melakukan perjalanan jauh.
Selain temperatur yang tinggi,di Australia sering juga hujan disertai angin badai disiang hari dan malam .Kalau lagi diperjalanan di Free way mobil yang melaju dengan kecepatan rata rata 100 km perjam, terasa body kendaraan bergeser karena angin yang kencang. Saya selalu ingatkan pada suami, agar mengurangi kecepatan saat badai dan hujan lebat.
Bila terjadi angin badai dan hujan turun bersamaan,bila sedang dalam perjalanan ,berhenti sejenak Tapi jangan di bawah pohon besar, karena pohon disini ada yang dinamakan Ghost tree"  .Patah sendiri tanpa sebab dan banyak yang sudah mendapatkan kecelakaan dari pohon hantu tersebut. Ini bukan cerita horror, tapi kami berdua sudah menyaksikan Ghost tree yang pohonnya besar,tetiba patah. Padahal pohon tampak segar dan menghijau.
Kesimpulan:
Cuaca yang berobah tidak  menentu tidak begitu menguatirkan bagi penduduk  Karena sudah terbiasa menghadapi nya
Yang penting kita harus mampu merawat kesehatan dengan minum air secukupnya untuk menghindari dehidrasi. Dan stand by dengan cream di kendaraan.
Selain itu kami juga mengonsumsi buahan segar. Tidak ada yang perlu ditakuti. Apalagi di Indonesia hanya 37 derajat Celcius. Disini 40 derajat Celcius, semua orang sudah terbiasa menghadapi nya.Â
Semoga tulisan ini ada manfaatnya untuk sahabat Kompasiana yang domisili di daerah yang cuaca nya Ekstrem
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk singgah
Salam Saya,
RoselinaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H