Saya menjadi sopir antar jemput anak sekolah. Yang mana pada waktu itu sangat langka  ada sopir wanita antar jemput anak sekolah. Saya tidak peduli gunjingan orang yang menganggap bahwa saya sebagai seorang wanita dan Ibu Rumah Tangga seharusnya tugas urus rumah tangga.
Pada tahun 1969 saya mengajukan untuk ikut kuliah di IKIP Padang yang pada waktu itu dibuka kesempatan bagi para ibu lulusan sekolah menengah ke atas boleh melanjutkan kuliah di IKIP. Saya ikut kuliah di jurusan exacta.
Bagaimana saya membagi waktu saya sebagai ibu rumah tangga dengan seorang putra usia 3 tahun dan sekali gus  juga mahasiswa IKIP Padang.
Berkat doa dan usaha saya selesai mendapat gelar Sarjana Muda pada tahun 1972. Dan langsung menjadi guru disekolah SMP Murni,SMP Yos Sudarso dan SMP Kalam Kudus.
Sewaktu saya sudah berhenti mengajar dan ikut suami dalam berbisnis. Sering kali suami tidak sempat untuk menghadiri rapat dengan pejabat perdagangan yang mana saya mewakili suami untuk hadir dalam rapat tersebut.
Bahkan sewaktu kami pindah ke Jakarta saya membuktikan bahwa sebagai seorang wanita sekaligus sebagai seorang isteri saya mampu meraih Champion honour selama 3 kali berturut turut.
Untuk mengaplikasikan emansipasi dan semangat Kartini dalam kehidupan pribadi, setiap wanita memiliki kesempatan yang sama. Tergantung mau atau tidak . Meraih kesuksesan, jangan sampai meninggalkan kodrat sebagai wanita.
Saya telah membuktikan bahwa sebagai seorang wanita yang sekaligus isteri dan Ibu Rumah Tangga,saya ikut mendampingi suami tercinta dalam membangun ekonomi keluarga. Tanpa meninggalkan kodrat sebagai wanita. Tidak pernah saya melakukan apapun,tanpa izin suami.
Kesimpulan:
Saya menulis hal ini bukan untuk pamer diri. Tetapi agar dapat dipetik hikmahnya oleh pembaca.Â
Bagaimana saya secara sungguh sungguh berusaha mengadopsi semangat juang Ibu Kartini dalam kehidupan pribadi.