Dalam kehidupan saya pribadi
Hari ini tanggal 21 April. Kita semua tahu hari ini adalah hari Kartini. Kaum wanita Indonesia dimanapun berada ikut merasakan betapa penting semangat Kartini dalam mengangkat harkat kaum wanita. Mengenai tanggal lahir,dimana dan kapan Kartini meninggal, semua orang sudah tahu.Â
Karena itu tidak perlu saya tulis ulang di sini. Untuk detail bio-data Raden Ajeng Kartini, tinggal klik dan dalam tempo satu menit sudah bisa dapat informasi. Karena  semua  media media sudah menulis tentang biodata Kartini secara lengkap.
Di artikel ini, saya hanya mengungkapkan jalan hidup saya pribadi dalam mengaplikasikan semangat Kartini.Â
Kita semua tahu di zaman sekarang, hampir tidak ada lagi bidang pekerjaan yang tidak ada wanita nya. Wanita yang bekerja seperti: sopir taxi, supir bus, sopir truk. Bahkan Sopir truk di pertambangan Kalgoorlie di Australia, sopirnya adalah wanita asal Indonesia  Saya lihat sendiri sewaktu kami berkunjung ke Pertambangan Kalgoorlie.
Dalam bidang pekerjaan sudah tidak ada lagi bidang pekerjaan yang tidak ada wanitanya.
Dibidang pekerjaan dan jabatan tidak ada bedanya lagi antara pria dan wanita. Buktinya,dari mulai Lurah, Camat, Wali Kota, Bupati,Gubernur, hingga Presiden .
Berbeda dengan tahun 60 an
Pada tahun 1960 an, apalagi di kota kecil seperti di Padang mana ada sopir taxi ,sopir bus dan sopir truk wanita. Untuk mobil pribadi saja bisa dihitung dengan jari yang dikemudikan oleh wanita.
Ketika suami saya terpuruk karena ditipu mitra business dan jatuh sakit saya mengambil inisiatif.
Saya menjadi sopir antar jemput anak sekolah. Yang mana pada waktu itu sangat langka  ada sopir wanita antar jemput anak sekolah. Saya tidak peduli gunjingan orang yang menganggap bahwa saya sebagai seorang wanita dan Ibu Rumah Tangga seharusnya tugas urus rumah tangga.
Pada tahun 1969 saya mengajukan untuk ikut kuliah di IKIP Padang yang pada waktu itu dibuka kesempatan bagi para ibu lulusan sekolah menengah ke atas boleh melanjutkan kuliah di IKIP. Saya ikut kuliah di jurusan exacta.
Bagaimana saya membagi waktu saya sebagai ibu rumah tangga dengan seorang putra usia 3 tahun dan sekali gus  juga mahasiswa IKIP Padang.
Berkat doa dan usaha saya selesai mendapat gelar Sarjana Muda pada tahun 1972. Dan langsung menjadi guru disekolah SMP Murni,SMP Yos Sudarso dan SMP Kalam Kudus.
Sewaktu saya sudah berhenti mengajar dan ikut suami dalam berbisnis. Sering kali suami tidak sempat untuk menghadiri rapat dengan pejabat perdagangan yang mana saya mewakili suami untuk hadir dalam rapat tersebut.
Bahkan sewaktu kami pindah ke Jakarta saya membuktikan bahwa sebagai seorang wanita sekaligus sebagai seorang isteri saya mampu meraih Champion honour selama 3 kali berturut turut.
Untuk mengaplikasikan emansipasi dan semangat Kartini dalam kehidupan pribadi, setiap wanita memiliki kesempatan yang sama. Tergantung mau atau tidak . Meraih kesuksesan, jangan sampai meninggalkan kodrat sebagai wanita.
Saya telah membuktikan bahwa sebagai seorang wanita yang sekaligus isteri dan Ibu Rumah Tangga,saya ikut mendampingi suami tercinta dalam membangun ekonomi keluarga. Tanpa meninggalkan kodrat sebagai wanita. Tidak pernah saya melakukan apapun,tanpa izin suami.
Kesimpulan:
Saya menulis hal ini bukan untuk pamer diri. Tetapi agar dapat dipetik hikmahnya oleh pembaca.Â
Bagaimana saya secara sungguh sungguh berusaha mengadopsi semangat juang Ibu Kartini dalam kehidupan pribadi.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini.
Selamat Hari Kartini
Semoga spirit Kartini selalu menyala dalam hati kita semuanya.
21 April 2023.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H