Masih di Irian Jaya.
Tulisan ini merupakan artikel penutup dari kisah perjalanan kami menjelajahi seluruh Nusantara Â
Masih berada di  tanah Papua  , kami diajak oleh pak Wayan ke Timika . Selama ini kami  hanya mendengarkan berbagai informasi tentang  Timika tapi belum pernah berkunjung ke sana  Karena itu ajakan ini kami sambut dengan senang hati. Dari Jayapura kami naik pesawat Air Asia menuju Airport Timika yaitu Mozes Kilangin.
Sesampai di Timika kami bersama  pak Wayan serta pak Carlos Phobia menuju pertambangan emas PT.Freeport  Indonesia. Kami menyempatkan singgah di supermaket "Amerika "yang berlokasi sekitar 30 menit dari Hotel tempat kami menginap.Â
Tapi karena tidak ada sesuatu yang  istimewa dijual disini dan harganya  selangit , maka kami hanya singgah untuk window shopping . Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke  Freeport Â
Mesjid Baitur Rahim
Kami berkendaraan disopiri mas Rizal yang berasal dari  Pulau Buton.Dari kejauhan terlihat pos penjagaan. Menurut Mas Rizal kami sudah memasukki daerah Freeport.Â
Karena itu ia memperlambat kendaraan dan membuka kaca jendela kendaraan dan berhenti sebentar di pos Berbicara sesat dan  kemudian meneruskan perjalanan .Dari kejauhan tampak Gereja dan Mesjid saling berhadapan .
Gereja Betlehem Kuala Kencana
Gereja Betlehem di Kuala Kencana ini menurut Carlos adalah gereja Oikume PT Freeport Indonesia.Juga tempat ibadah Mesjid dibawah tanah di Tembagapura,Mimika,Papua.
Kedua tempat ibadah ini benar benar di perut bumi.Adalah tempat iibadah pertama yang dibangun dibawah tanah. Tapi kami tidak sempat mengunjunginya.Â
Kepiting Karaka
Pada malam harinya pak Wayan mengajak kami untuk mencicipi kepiting Karaka Kami menuju restoran yang tidak mewah tapi bersih dan apik. Tidak sampai 30 menit kami dihidangkan kepiting Karaka yang beratnya sampai 2 kg .Menurut penjelasan orang restoran kepiting ini tahan hidup 20 jam dalam perjalanan tanpa airÂ
Pak Wayan berjanji pada kami bahwa kunjungan berikutnya akan mengajak kami makan kepitng seloingkuh. Yaitu kepiting jepitnya jepit kepiting tapi badan udang  .
Namun tak terbayangkan oleh kami makan malam ini makan malam terakhir kami bersama pak Wayan Karena sebelum  sempat kami berkunjung lagi kesini  pak Wayan dipanggil pulang oleh Sang Pemberi kehidupan Tuhan Yang Mahakuasa. Sungguh merupakan sebuah kesedihan mendalam bagi kami berdua Â
Kesimpulan:
Kenangan manis kami bersama pak I Wayan Pranata tak akan terulang lagi karena setelah itu Pak  I Wayan Pranata dipanggil kembali kepangkuan sang Pencipta. Makan malam bersama di Timika merupakan makan malam terakhir bersama pak Wayan Â
Kenangan manis yang tak akan terulang lagi,  karena kini kami sudah pensiun  Dan sudah memutuskan untuk tidak lagi berkelana menjelajahi seluruh Nusantara seperti dulu.
Kini kisah perjalanan kami menjelajahi  dari Sabang sampai Merauke hanya tinggal kenangan indah yang tidak pernah akan terulang lagi  .
12 April 2022.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H