Dengan membuka diri untuk persahabatan
Saya  lahir di sebuah kota kecil yang bernama Solok  di Sumatera Barat. Tapi sejak kecil ikut orang tua tinggal di Padang.  Karena itu tidak banyak yang dapat saya ingat tentang Kampung halaman saya.Â
Kami tinggal di  jalan Prof Moh. Yamin  berdampingan dengan  Bopet A. Wahid yang sekaligus merupakan "Lapau Nasi "  Didaerah dimana orang orang kebanyakan orang Banjar dan orang  jawa tinggal. Karena itu daerah ini disebut "Kampung Jawa"  Pada masa itu , seingat saya selain Kampung Jawa, ada :
Kampung Cina
Kampung NiasÂ
Kampung KelingÂ
Di Kampung Jawa, hanya beberapa keluarga Tionghoa yang tinggal didaerah ini. Tapi bagi kami sekeluarga sama sekali tidak ada masalah.  Jadi bagi saya beradaptasi  dengan lingkungan adalah hal biasa biasa saja. Semenjak usia saya 7 tahun saya sudah tingga disana bersama kedua orang tua dan nenek kami yang berasal dari Kerinci .
Menikah dan PindahÂ
Setelah nikah dan beberapa kali pindah rumah akhirnya setelah nasib kami berubah, maka  kami memutuskan tinggal di daerah Ulak Karang, tepatnya di Komplek Perumahan Wisma Indah I. Dimana daerah ini merupakan  pemukiman masyarakat yang beragama Islam saja. Tapi kami sudah memutuskan untuk beradaptasi. Dengan tanpa ragu ragu kami  membel i rumah di Jalan Bunda I no 6 di Komplek perumahan Wisma indah Ulak Karang .Â
Ketika kami memberi tahu pada orang tua suami beliau terkejut sambil berkata "Tidak salahkah saya mendengar kalian mau tinggal di Ulak Karang?" Disini sudah nyaman kenapa cari masalah dengan pindah kesana?" Tapi karena sudah merupakan keputusan kami maka orang tua merestuiÂ
Pada hari pertama  pindah ke Ulak karang kami mengunjungi pak RT yakni  H. Syafri Syaun. Ternyata kami diterima dengan senang hati. Setelah itu kamipun membuka diri  untuk bergaul dengan penduduk  setempat.Â