Menelusuri Pulau Jawa Â
JakartaÂ
Kami mengadakan lokakarya mula mula di Hotel Bidakara Jakarta, setelah melakukan Dialog interaktif di Radio Pro2FM yang studionya pada waktu itu berada di jalan Gajah Mada. Pernah bekerja sama dengan majalah Gatra untuk kegiatan sosial penyembuhan gratis dan lokakarya.Â
Kemudian kami mendapat izin menggunakan  ruangan pertemuan di kantor Setneg di jalan Veteran Jakarta Pusat. Koordinator Perwakilan kami waktu itu  adalah Kol.TNI ( Purn.) bapak RIS Danu Kusumo(Alm) Yang tinggal di Bulak Rantai, membantu untuk mendapatkan izin meminjam ruangan di Setneg untuk dimanfaatkan tanpa dipungut biaya apapun. Karena almarhum adalah mantan pimpinan di sanaÂ
Melangkah ke BogorÂ
Di kota Bogor, kami mendapatkan sambutan yang tak kalah hangat dari masyarakat setempat  Koordinator Perwakilan Bogor dipegang oleh Drg Suhanto yang kesehariannya bertugas di Rumah Sakit Bhayangkara di kota Bogor. Dan seperti biasanya kami mengadakan kegiatan sosial penyembuhan dan lokakarya di Hotel Pajajaran.
BandungÂ
Perwakilan dipercayaka kepada ibu Susi Sulastri S.H. yang sudah lama kami kenal Kegiatan sosial dan lokakarya diadakan di Hotel Muntiara Bandung. Kami juga diundang  mengadakan lokakarya di Cimahi, Sumedang, Garu, Subang.
Selesai acara lokakarya kami diajak jalan-jalan ke Makam Pahlawan Nosional Cut Nyak Dien  dan juga makan malam bersama di Fountain of HopeÂ
Di mana kami semua anggota perwakilan dan panitia lokakarya mengadakan makan bersama yang menghadirkan rasa persaudaraan yang sangat menyentuh hati.
Pada tahun 2012 kami mengadakan RAPIM di Lembang yang dihadiri Bapak MENPAN Taufiq Effendi.
Yang memberikan kata sambutan dalam acara RAPIM ini dan memberikan kepada suami kenang-kenangan. Hubungan persahabatan dengan suami tidak sebatas formalitas tapi berlanjut dengan undangan mengadakan kegiatan yang sama di kantor MenPan. Bahkan pak Taufik Effendi mengajak suami untuk menulis buku secara berkolaborasi karena beliau juga seorang Master Reiki.
Bapak Taufiq Effendi memberi kenang-kenangan pada suami | dok pribadi
Kesimpulan:
Kalau boleh dianalogikan perjalanan kami pada waktu itu adalah ibarat menyaksikan puncak gunung yang tinggi sehingga menyebabkan banyak orang gamang mendakinya.Â
Tetapi setelah kami jalani dengan penuh keyakinan dan niat baik , ternyata semuanya dapat kami lalui hingga tiba di puncak gunung. Pada setiap tempat kami menjalin hubungan persahabatan dengan masyarakat setempat selalu diterima dengan begitu hangat dari berbagai kalangan.Â
Tidak ada yang mempermasalahkan kami berdua beda suku dan agama , karena kami tidak pernah menyentuh masalah keimanan orang lain.Â
Kami bersyukur ilmu yang kami ajarkan bermanfaat untuk masyarakat Seperti tersirat dalam pesan: "Hidup baru berarti bila kehadiran kita membawa manfaat bagi orang lain". Walaupun jauh dari kata sempurna, setidaknya kami berdua bersyukur sudah mengisi hidup dengan hal yang bermanfaat bagi orang banyak.
30 Desember 2021.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H