Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menuai Apa yang Kami Tabur (Seri 133)

23 Juli 2021   04:51 Diperbarui: 23 Juli 2021   07:18 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memetik pelajaran berharga 

Sebuah pelajaran berharga tidak harus berasal dari peristiwa besar  . Bisa jadi dari hal kecil dan tampak sepele  .Suatu hari sekitar jam 5.00 sore, kami baru pulang mengantar  cucu kami ke tempat  latihan Gymnastic . Sebelum sampai rumah kami melewati mall dan singgah disalah satu toko roti. Karena sudah lama juga kami tidak makan roti.

mall dimana ada toko roti (dok pribadi)
mall dimana ada toko roti (dok pribadi)
Rencana mau membeli roti kismis. Setibanya disana ,saya ambil satu batang roti kismis dan saya minta salah seorang karyawannya  ,yakni seorang  remaja putri belasan tahun untuk memotong roti tersebut. Disini rata rata yang bekerja di toko roti adalah para Pelajar . Mereka resmi diizinkan bekerja maksimal 20 jam seminggu.  Cucu cucu kami juga semuanya bekerja. Hal ini untuk mempersiapkan mereka agar mampu hidup mandiri dan kelak bila sudah lulus ,menjadi sarjana siap pakai 

Tidak mau menerima uang 

Setelah siap dipotong dan dibungkus rapi remaja puteri  ini mengembalikan roti pada saya  Lalu saya memberi uang 10 dolar untuk membayar roti tersebut .Tapi ternyata  gadis ini  tidak mau menerima uang saya Ia tersenyum sambil berkata:"It's free .nothing to pay." 

"Are you sure?" kata suami . Dan dengan wajah meyakinkan gadis ini menggangguk dan berkata:" Sure "

Menurutnya  kalau kas sudah tutup berarti toko sudah tutup Tidak boleh lagi ada penjualan  .Semua sisa roti akan diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke second hand shop secara gratis. Rasanya aneh mendengarkan penjelasan ini ,tapi katanya ini memang aturan .

Roti yang diberikan di Ops shop (dok pribadi)
Roti yang diberikan di Ops shop (dok pribadi)
Sementara itu sepasang suami isteri yang berdiri disamping saya juga ingin membeli roti,suaminya  membatalkan niat mereka.Si isteri bertanya pada  suaminya kenapa  tidak jadi beli roti ?Kata suaminya :"Kita  punya uang cukup untuk membeli  kenapa harus menerima yang gratis? Biarlah orang yang membutuhkan dan tak punya uang mengambil roti tersebut.Rupanya dia mendengar kata pelayan kepada kami .

Ternyata mereka punya prinsip hidup yang berbeda dengan kita. Yakni  :"Kalau bisa beli kenapa mau yang gratis? Biarkan orang yang lebih membutuhkan yang mengambil" 

Renungan 

Kami kembali kerumah sambil merenungkan percakapan antara suami isteri tadi yang kebetulan kami dengar Benar juga kalau kita bisa beli kenapa mesti ambil yang gratis? 

Saya jadi tahu sekarang kenapa di club club ada minuman gratis tapi kebanyakan dari anggota lebih suka membeli dari ambil yang gratis.

Kesimpulan:
Sejak masih kecil ,kita selalu mendengarkan kalimat  :" Bila ada yang gratis mengapa harus beli ?" Karena itu bila ada yang membagikan secara gratis, maka panjang antrian untuk mendapatkannya . Tidak jarang yang antri termasuk orang berduit . 

Minggu lalu kami dikasih voucher untuk dapatkan masing masing 1 box ice cream, ternyata tidak ada antrian panjang disana .Padahal harganya lumayan.  Seperti kata peribahasa:" Lain lubuk lain ikannya" Begitu pula dengan cara berpikir antara kita sebagai orang Indonesia dan orang Australia .

Prinsip mereka :" Biarlah yang tak mampu yang mengambil gratis " Jadi bukan masalah roti gratis, tapi sudut pandang atau filosofi hidup yang mungkin berbeda . Sejak saat itu kami juga tidak mau mengambil roti gratis,karena kalau untuk beli roti atau makanan lainnya,  kami masih punya cukup uang . Bahkan kami juga ikut dalam berbagai kegiatan sosial  sesuai kemampuan kami. 

Kami jadikan peristiwa kecil tersebut sebuah pelajaran berharga dalam memaknai arti sebuah kehidupan .

23 Juli 2021.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun